Kami bertolak dari Pulau Rambut pukul 14.00. Besok kami sudah harus pindah ke Pulau Pramuka, sehingga hari ini pulang lebih cepat untuk eksplor P Untung Jawa. Aku tertarik untuk mengeksplor sampah. Karena saat di Pulau Rambut ada pemulung yang tinggal di Pulau Untung Jawa.
Aku ingin tahu berapa banyak sampah yang didapat, berapa harganya dijadikan apa dan banyak lagi. Sayang sekali sudah satu pulau ku kelilingi bersama Kak Opal tidak ada orang yang bisa ditanya-tanya terkait sampah. Pulau Untung Jawa memang kecil, tapi ada 5 pantai yang bisa dikunjungi. Pantai Amiterdam, Pantai Sakura, Pantai…, Pantai… dan Pantai … . Jangan bayangkan ini seperti Pantai Ancol atau Pantai Pulau Pari. Di sini pantai-pantai yang disebut pasirnya tidak landai, dan dibeton, sehingga kurang asik jika ingin main-main ke laut.
0 Comments
Aku terbangun pukul 03.45, bukan alarm tapi nyamuk yang membuatku bangun pagi-pagi buta begini. Jadwal kami seharian beraktivitas di Pulau Rambut. Kami harus sudah berangkat pukul 06.00!
Ada kejadian unik saat kami sarapan, yang membuatku tersadar pentingnya botol minum berkualitas dan berkelas.*Botol plastik hijau, mirip tupperware* milik Fakhri menciut jadi sekecil gulungan tisu, akibat diisi teh panas. Botolnya ASLI, mengkerut. Ini merupakan pertama kalinya melihat botol mengkerut. Biasanya kalau diperingatkan aku iyaiya aja, tanpa percaya. Tapi ternyata ini nyata bukan hanya di film.
Matahari saja belum terlihat, tapi aku dan ibu sudah berangkat menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Ngantukkk paraaaa tapi telat sedikit saja, lengangnya stasiun Buaran bakal terisi orang pergi kerja dan tak mungkin aku bisa masuk dengan tas carrier sebesar kulkas… Hari ini menjadi hari keberangkatan kami ke Pulau Seribu untuk eksplorasi 2018. Memang tahun lalu kami juga pergi ke pulau, jadi mirip-mirip. Ini adalah keputusan final setelah dua kali berganti tempat. Pertama Ujung Kulon dan yang kedua Gunung Halimun. Tidak ada output yang dikejar. Yang bakal jadi hasil akhir adalah jurnal perjalanan milik kami dan buku cerita perjalanan yang disusun oleh Kak Opal, Calon eksplorer baru… Sabtu pagi (1/6) aku bersama ibu, Kak Noni, Kak Aron dan Om Dedy Istanto melakukan pengamatan burung laut di Teluk Jakarta. Pengamatan ini berbeda dengan biasanya, karena fokus utamanya adalah menghitung jumlah cikalang yang melakukan aktivitas di Teluk Jakarta.
Ini kali kedua aku melakukan pengamatan cikalang di Teluk Jakarta. Yang mengajakku pengamatan pertama kali di tempat ini adalah Kak Khaleb Yordan, 4 November 2015. Waktu itu kami berhasil mendapatkan ketiga jenis cikalang yang ada. Cikalang Christmas, Cikalang Kecil dan Cikalang Besar. Tanpa Kak Khaleb aku agak ragu bisa membedakan ketiganya karena mirip-mirip. Pulang! hari ini kami pulang. Tidak ada perasaan kangen rumah, justru aku ingin lebih lama. Tapi tampaknya kakak-kakak sudah lelah. Hari ini kami harus bangun pagi-pagi sekali. Ada trekking, ke Curug Cibadak. Tahun lalu aku sudah pernah ke curug tersebut, bersama Kak Elly dan teman-temannya bahkan berendam di salah satu cekungan yang dalamnya 4-5 meter! Mendaki Gunung Lewati Lembah Kami mulai trekking pukul 7.30 dipimpin oleh kakak pramuka yang baru. Aku lupa siapa namanya, pokoknya lebih muda lah dari Kak Opal :D Kelompok kami berangkat paling dulu bersama kelompok tulip. Awalnya aku jalan paling depan bersama Kak Opal. Lama-lama secara teratur Kak Opal memelankan kecepatan. Alasannya sih nungguin yang belakang tapi kok ragu gitu ya. “Kay, tungguin yang belakang kesian. Kita berenti sebentar” Sementara kelompokku sudah melesat di depan. Aku dan Kak Opal konsisten dalam kecepatan 1km/hari. Untungnya kelompok perempuan juga pelan jadi ada temennya lah.
> “ASSALAMUALAIKUM, SELAMAT PAGI SEMUANYA” jamku masih menunjukan pukul 4.00, tapi inilah saatnya. MEMBALAS AYAM YANG SEMALAM. Satu persatu tenda mulai mengeluarkan suara-suara, tanda terbangun mendengarku. “HAHA, rasakan para ayam penderitaanku semalam” Beragam reaksi mereka, ada yang sebal dibangunkan kepagian tapi ada juga yang bersyukur (well, gayakin. Tapi kayaknya ada deh)
Dengan muka bantal (padahal tidur gapake bantal lho) kami solat shubuh lalu kembali bergegas ke bawah. Tidur? jamannnn, olahraga boi.. dipimpin oleh Kak Opal, Alev dan Husayn. Kami berolahraga, tapi bagus juga badan jadi hangat. Selesai olahraga badan masih belum berkeringat sama sekali. Akhirnya Kak Opal memutuskan untuk memainkan beberapa game icebreaking dari koleksinya.
Pada Selasa (4/4), kami kembali belajar matematika dengan Kak Victor. Setelah 2 minggu istirahat karena ada saja yang sakit, kami kembali rekaman. Karena itu juga hari ini kami hanya mengulang yang kemarin sudah diajarkan Kak Victor. Terdapat 4 buah soal matematika di depan yang harus kami jawab. Keempat soal tersebut ada yang harus di pecahkan menggunakan 3 sifat operasi matematika yang di pertemuan terakhir baru saja dipelajari. Soal 1 dengan mudah aku lewati, sedikit kesusahan di soal kedua, soal ketiga juga berhasil aku lewati dengan cukup lancar, tetapi saat mengerjakan soal ke 4 jawaban yang didapat dari setiap anak berbeda-beda. Aku menjawab 19, Tata 9 dan 10 sementara Adinda 14. Salah satu dari ketiga jawaban ini ada yang benar Semakin bingunglah kami, karena semua merasa yakin jawabannya. Akhirnya untuk membuktikan siapa yang benar, kami menghitung hasilnya sama-sama. Dan ternyata............ Jeng...jeng...jeng
Jawabanku yang paling tepat. Tata karena tidak menggunakan sifat distribusi maka hasil yang ia temukan berbeda, sementara itu Adinda lupa mengurangi 5 di sebelah kana sehingga hasilnya tidak sesuai perhitungan. Aku senang sekali karena jawabanku benar, menurutku ini berarti aku semakin paham dengan apa yang diajarkan Kak Victor. Besok adalah terakhir kalinya kami belajar Persamaan Linear Satu Variabel, aku jadi penasaran apa lagi yang akan Kak Victor ajarkan ke kami. “Ayo Kay, besok hari selasa (17/01/17) kita ke Darungan, cari Seriwang Jepang,” kata Mas Swiss.
“Kenapa dibela-belain sampe pergi ke Darungan Mas Swiss? Cuman buat nyari satu burung,” tanyaku dengan penasaran. “Iya, burungnya ini catatan pertama untuk daerah Jawa Timur, siapa tahu kita bisa dapat fotonya,” jawab Mas Swiss. “Wah pasti seru banget nyari, aku bisa jadi salah satu yang pertama ngeliat di Jawa Timur, selain itu juga bisa ketemu banyak burung yang lain,” seruku dalam hati. Ranu Darungan yang berada di kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru) ini memakan waktu 4 jam perjalanan dari Kota Batu. Berangkat dari Malang sekitar pukul 15.00 kami sampai di sana pukul 19.00. Di saat kami hampir sampai, ada batang pohon yang tumbang dan perbaikan jalan yang membuat kami harus memutar jalan. Kami menginap di “RESORT RANU DARUNGAN,” jangan dipikir resort yang mirip hotel, resort yang ini adalah kantor Taman Nasional untuk kawasan Ranu Darungan. Ada beberapa kakak dari UMM (Universitas Muhamadiyah Malang) yang sedang kuliah lapangan, mereka tidur di rumah penduduk dekat resort. Selain itu ada juga Mas Ibunk, penjaga TNBTS juga tapi di daerah Coban Trisulo dan Mas Happy. Aku pertama kali bertemu dengan keduanya di Merapi Birdwatching Competition. Mas Happy bela-belain datang dari Surabaya untuk mencari Seriwang Jepang. Mas Ibunk dan Mas Happy sudah melihat burung itu kemarin, tetapi karena kami datang maka mereka memutuskan tinggal dua hari lagi. Melihat banyaknya orang yang datang, aku jadi makin penasaran dengan burung ini. Pak Tony, dialah yang membuat semua orang secepat mungkin datang ke Ranu Darungan. Ia berhasil mendapatkan foto burung tersebut dan menguploadnya di facebook pada tanggal 13 Januari 2017.
I wrote the essay in Indonesia and translated into English. I received some help during translation from Ibu and final grammar check from Kak Lizzie Fierro, because this is the first time I wrote an essay in English. Protecting Bird through Children I started regularly birdwatching by joining the Jakarta Bird Walk since the end of 2013. The Jakarta Birdwatcher's Society has held its monthly walk since May 2013. Every time I see new bird species, I feel an urge to see more. I have kept a life list since January 2015 and have seen 256 out of 1.615 [1] species of birds in Indonesia as of May 2016.
I visited the local parks and urban forests around Jakarta with the community to view birds. Then I practiced identifying birds around my home almost every day. In May 2014 my mother took me to my late grandfather’s hometown in West Sumatra to attend a family gathering. I came across 40 bird species around the village just within a week, without making a special effort to go into the forest. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|