“MENGAUM LAYAKNYA HARIMAU” “CEPET DIKIT NGAPA ELAH, BUAT APAAN SIH NUNGGUIN GENG MANGGARAI??!!” tanpa berpikir panjang aku mengaum di tengah keramaian stasiun karena sebal, menunggu anak-anak yang berangkat dari Manggarai datang. Dari awal kami tidak janjian untuk tunggu-tungguan, tapi ternyata beda cerita dengan geng Kranji…
“apasih ini geng-gengan?” mungkin kalian bertanya-tanya… Itu adalah sebutan untuk anak yang berangkat bersama dari salah satu stasiun menuju Bogor. Untuk mengikuti kegiatan bersama kakak sekala. Ada Geng Manggarai, Kranji, dan Tanjung Barat. Ternyata kemarahanku yang membuat panik anak-anak lain menjadi awal dari kejadian yang mengHEBOHKAN satu grup WA Penggalang Oase dan ibunya Nawra. Apakah kamu bisa menebaknya? tepat sekali, Nawra yang harusnya bersama Ziel dan Sovi berangkat dari Manggarai, terpaksa berangkat sendirian.
1 Comment
Mendung membayangi pagiku yang asyik ini. Hari ini kami (aku dan Pramuka Penggalang Oase) akan mengikuti kemah ceria di Loji Nenek. Aku sangat bersemangat karena pasti akan ramai penggalang-penggalang dari gudep lain, waktunya menambah teman :D. Kami meninggalkan meeting point di SPBU Cipinang pada pukul 9.00 menggunakan truk tronton. Total 26 orang berangkat termasuk 5 kakak yang mendampingi. Ada Kak Cumeww, Kak Pras, Kak Evan, Kak Sari dan Kak Opal. Sepanjang perjalanan tidak ada suara sama sekali, mungkin karena campuran anak baru dan lama sehingga belum terlalu dekat. Sehingga aku berinisiatif untuk menghibur bersama Husayn. Kami bernyanyi segala macam lagu indonesia yang kami tau, sekedar membuat suasana lebih ramai. Tiba-tiba…. Suara-suara suram, nyanyi-nyanyian korea mulai terdengar dari pinggir mobil. OH MY GOD TIDAKKKKK Untungnya tidak selamanya korea menghiburku. Tidak lama kami sampai di perkemahan, sekitar pukul 11.00. Truk kami tidak bisa mengantarkan kami hingga depan perkemahan, sehingga aku terpaksa berjalan sekitar 200 meter menanjak. Sesampainya di perkemahan tidak ada anak-anak lain. Sepiiiiii. Ini beneran ada kemping gasih? mana anak pramuka lainnya nih. Kembali dari sholat Jum’at belum juga satu pun orang yang terlihat “Fix ini surammm”
Jadi kelompok terpisah jadi 3. Pertama ada Adam, yang kedua kelompok tengah-tengah yang tidak capek, tapi tidak ngebut isinya hampir semua anak, dan yang terkakhir ada Katya, Ratri, Tata dan kakak fasilitator.
Untuk meringankan beban yang perempuan aku sudah membawa tenda mereka, lumayan juga rasanya karena jadi berat sebelah. Kakak-kakak awalnya mengatakan kita akan sampai dalam 10 menit, tapi lewat 30 menit belum juga sampai. Padahal kita sudah sudah mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra. Kita belum juga melihat area kemping. Matahari belum terlihat tetapi aku sudah siap untuk pergi Perkemahan Selasa Rabu (Persera) Pramuka Oase 2017 di Suaka Elang, Loji, Bogor (23-24 Mei 2017). Sudah seminggu lebih aku menunggu acara ini, penyebab utamanya adalah kita akan kemping tanpa orang tua dan masak sendiri! Persiapan sudah dilakukan selama seminggu lebih. Termasuk membeli bahan makanan, keperluan berkemah dan packing di dalam tas. Karena yang memasak adalah kami. Menu yang dibuat tentunya yang sesuai dengan selera kami. Rasa belum tentu tetapi satu yang pasti yaitu kami tidak memasak indomie dan makanan lainnya yang instan dan enak. Berbagai macam bumbu sudah kugiling dari rumah sehingga mudah dipacking. Saran dari Kak Rahmad, yang mengajarkan kami saat latihan Pramuka ke-2 (12/4/17), kami pergi dengan tas 45-60 liter agar barang-barang banyak yang muat di dalam tas. Setelah mencari-cari di rumah, aku hanya mempunyai 2 pilihan. Yang pertama Deuter Futura 30SL dan yang kedua adalah Tatonka 70L. Biasanya untuk pergi kemping 3-4 hari aku hanya menggunakan Deuter Zugspitze 22L tetapi kemping kali ini walaupun hanya 2 hari tetapi lebih banyak barang yang dibawa. Akhirnya pilihanku jatuh ke Futura 30SL. Alhamdulillah dengan sedikit bantuan dari ibu barang yang begitu banyaknya bisa masuk tanpa plastik di sisi kiri dan kanan tas.
Dua ekor Kadalan Birah sudah terlihat di kejauhan. Tampaknya akan lebih banyak lagi kejutan sepanjang perjalanan. Trek yang masih becek sisa hujan semalam tidak mengoyahkan niatku untuk mendapat foto luntur. Cukup jauh kami berjalan tidak juga terlihat paruh dari sang luntur, beberapa kali terdengar sahutan membalas pancingan yang kami putar, tetapi burung ini tetap tidak mendekat. Sempat putus asa dan kami pun balik ke arah tadi datang, dan semua mulai berdatangan.
Suara semakin kencang, dan tiba-tiba tanpa suara sedikit pun burung tersebut meluncur hinggap di pohon yang terdapat sangat dekat dengan kami, sebentar saja burung tersebut kembali masuk ke dalam hutan. Kami sangat optimis burung tersebut akan kembali keluar maka dengan sabar kami menunggu ditemani nasi jagung yang sudah dibawa Hilmi dari rumah. Aku penasaran dengan rasa nasi jagung dan ternyata rasanya enak banget! Semua lauk yang ada di dalamnya rasanya pas dan membuat nasinya jadi super lezat. “Ayo Kay, besok hari selasa (17/01/17) kita ke Darungan, cari Seriwang Jepang,” kata Mas Swiss.
“Kenapa dibela-belain sampe pergi ke Darungan Mas Swiss? Cuman buat nyari satu burung,” tanyaku dengan penasaran. “Iya, burungnya ini catatan pertama untuk daerah Jawa Timur, siapa tahu kita bisa dapat fotonya,” jawab Mas Swiss. “Wah pasti seru banget nyari, aku bisa jadi salah satu yang pertama ngeliat di Jawa Timur, selain itu juga bisa ketemu banyak burung yang lain,” seruku dalam hati. Ranu Darungan yang berada di kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru) ini memakan waktu 4 jam perjalanan dari Kota Batu. Berangkat dari Malang sekitar pukul 15.00 kami sampai di sana pukul 19.00. Di saat kami hampir sampai, ada batang pohon yang tumbang dan perbaikan jalan yang membuat kami harus memutar jalan. Kami menginap di “RESORT RANU DARUNGAN,” jangan dipikir resort yang mirip hotel, resort yang ini adalah kantor Taman Nasional untuk kawasan Ranu Darungan. Ada beberapa kakak dari UMM (Universitas Muhamadiyah Malang) yang sedang kuliah lapangan, mereka tidur di rumah penduduk dekat resort. Selain itu ada juga Mas Ibunk, penjaga TNBTS juga tapi di daerah Coban Trisulo dan Mas Happy. Aku pertama kali bertemu dengan keduanya di Merapi Birdwatching Competition. Mas Happy bela-belain datang dari Surabaya untuk mencari Seriwang Jepang. Mas Ibunk dan Mas Happy sudah melihat burung itu kemarin, tetapi karena kami datang maka mereka memutuskan tinggal dua hari lagi. Melihat banyaknya orang yang datang, aku jadi makin penasaran dengan burung ini. Pak Tony, dialah yang membuat semua orang secepat mungkin datang ke Ranu Darungan. Ia berhasil mendapatkan foto burung tersebut dan menguploadnya di facebook pada tanggal 13 Januari 2017. Hari ini aku pergi ke Aula Simfonia Jakarta untuk menonton Konser Simfoni Negeriku oleh Twilite Orchestra. Twilite Orchestra adalah sebuah grup Simfoni Orkestra yang dipimpin oleh Addie MS. Addie MS adalah seorang dirigen. Ia pernah memimpin grup orkestranya di Sydney Opera House, Australia. Pada Sea Games 2012 aku menonton final sepakbola di GBK. Saat itu Indonesia kalah lewat adu penalti, aku sangat sedih. Tiba-tiba saat menuju mobil yang diparkir di salah satu gedung, ada seseorang yang berpapasan lalu menepuk punggungku, "Jangan sedih dek, Indonesia mainnya bagus kok" katanya. Ibu dan Tante Yani tampak heboh berdua melihat orang yang menepuk punggungku, sementara aku bingung siapa dia. Kata ibuku dia Addie MS, tapi aku tetap tidak tahu. Akhirnya sampai rumah aku langsung mencarinya di google, ternyata ia terkenal sekali. Alhamdulillah hari ini aku bisa menyaksikannya beraksi di atas panggung. Kedai Kopi Es Tak Kie
Pada hari Kamis (21/7) Tante Melly, Tante Inu, ibu dan aku pergi mengunjungi Kedai Kopi Es Tak Kie, warung yang sudah dibuka dari 1927. Aku curiga jangan-jangan tokoh Sumpah Pemuda dulu minum kopi di sini. Letaknya yang tersembunyi di dalam pasar tidak membuat sedikit pengunjung yang datang, bahkan Pak Jokowi pernah mengunjungi tempat ini. Saat aku datang ada 6-7 meja yang terisi, mereka menikmati kopi ditemani nasi campur atau bakmie yang dijajakan penjual di depan kedai. Sesekali tercium bau babi rebus dari depan. Aku beruntung sekali karena beberapa saat setelah minuman datang, kopi yang dijual sudah habis. Asam, manis, dan pahit yang dicampur dengan tepat meninggalkan kesan tersendiri di mulut. Kata ibu rasa kopinya seperti Nescafé dingin yang dulu sering nenek buat. Sementara itu Es Kopi Hitam juga tidak kalah enaknya, tetapi terlalu banyak gula. Sediakan Rp. 15.000 untuk menikmati Es Kopi Hitam dan Rp. 17.000 untuk Es Kopi Susu. Jika ingin membuatnya di rumah kamu bisa membeli kopi yang sudah dibuat menjadi bubuk. Kopi Es Tak Kie berada di Kawasan Pecinan, Petak Sembilan, Kota Tua. Jangan sampai datang setelah jam 2 siang karena mereka sudah tutup. Soto Tangkar Pak H. Diding Walaupun sudah minum kopi yang sangat enak, aku belum makan siang, maka aku pun melanjutkan dengan makan Soto Tangkar yang sudah melegenda. Lokasinya yang terletak di Pasar Pagi, Kota Tua membuatku bisa mencapainya dengan berjalan kaki. Pada hari Sabtu (16/7) aku sempat pergi ke tempat ini tetapi Pasar Pagi penuh sekali dengan orang, jalan tertutup oleh orang-orang yang sibuk mencari buku untuk hari pertama sekolah. Walaupun sampai di tempat Soto Tangkar berjualan, tapi kami tidak makan karena sudah terjual habis. Dengan tujuan yang sama aku kembali ke Soto Tangkar Pak H. Diding. Walaupun memiliki bangunan sendiri tapi sangatlah sempit bentuk ruangannya seperti huruf P dengan luas 3 meter x 2 meter. Tanpa kipas membuat orang-orang yang berada di dalam kepanasan, aku berada di ujung sempit huruf P dan membuatku hampir pingsan. Alhamdullilah soto tangkar yang dipesan datang sebelum aku pingsan sehingga aku mendapat energi kembali. Sotonya sangat enak, daging yang ada di dalam soto empuk, bumbunya pun meresap ke daging dengan sangat sempurna, dan kuahnya luar biasa. Jika dibandingkan dengan soto tangkar yang pernah aku coba, ini adalahnya juaranya, asin dan campuran rempahnya pas. Setelah mencoba sate kuah, kembali aku mengacungi dua jempol. Kedai ini didirikan oleh Alm. H Diding, pada 1965, beliau meninggal pada 1998 dan memberikan resep soto tangkarnya kepada anak-anaknya. Kedai ini juga ada di beberapa kota di Jawa Barat seperti Bogor dan Garut. Kedai yang di Pasar Pagi di kelola oleh H. Tatang walaupun masih tampak muda tapi ia sudah bisa mengelolanya. Ia dibantu 5 orang untuk keperluan memasak, belanja, cuci piring dll. Hal yang paling membuatku kagum adalah kedai ini tidak menggunakan MSG, karena menurutnya tanpa MSG dulu juga sudah enak, kenapa sekarang harus pakai. Ayo temukan warung ini di tengah Pasar Pagi, Kota Tua yang padat. Warung ini berada di salah satu gang di sebelah kanan jika datang dari Museum Bank Mandiri. Jika tetap tidak menemukan warung ini gunakan mulut untuk bertanya ke orang sekitar. Hari ini aku menemani ibu pergi ke pasar dalam rangka persiapan lebaran. Tahun ini lebaran dirayakan di rumah, jadi banyak yang harus disiapkan jauh-jauh hari. Tukang Sayur yang biasanya lewat di depan rumah sudah pulang kampung dari beberapa minggu yang lalu. Jadi tidak ada pilihan lain selain ke Pasar Simpang yang terletak di depan Stasiun Buaran.
Pasar yang kumuh dan bau busuk adalah hal yang pertama terlintas dalam pikiranku saat diajak ibu. Ternyata pasar yang aku datangi ini memang kumuh tetapi bau rempah-rempah yang dicampur oleh penjual di pasar membuatku lapar. Selama aku di sana tidak tercium sedikit pun bau busuk. Pasar yang ini berbeda dengan Pasar Rawamangun, karena di sini hanya ada 7 penjual sementara di Rawamangun banyak sekali yang berjualan. Walaupun kecil tetapi kita bisa menemukan banyak barang untuk keperluan sehari-sehari terutama bahan makanan. Datang di dekat lebaran membuatku menemui bungkus ketupat yang dijajakan di beberapa lapak. Ketujuh penjual yang ada di pasar berjualan barang yang berbeda-beda. Ada yang berjualan santan, daging, sayur, sosis, dan bumbu untuk makanan yang sudah diracik oleh si penjual. Salah satu ibu dari anak yang berkunjung ke GARASI berjualan di pasar juga. Di sana harga sayur ada di kisaran Rp. 3.000 sampai Rp. 30.000. Walapun yang dijual bermacam-macam di pasar semua penjual menggunakan timbangan yang sama. Timbangan ini memiliki 2 nampan besi, yang satu untuk barang yang kita beli dan satu lagi untuk besi yang dipakai sebagai penghitung berapa berat belanjaan kita, bentuk dari besi itu adalah balok, berat balok berbeda-beda ada yang 1/4 kilogram, 1/2 kilogram dan 1 kilogram. Hal yang paling aku kagumi dari penjual di pasar adalah mereka tidak memiliki daftar harga, semua barang yang tersedia di lapaknya dia hafal harganya. Pembeli di pasar tampaknya hanya ada satu yaitu ibu rumah tangga, aku tidak menemukan bapak-bapak yang berbelanja selama aku di pasar. Oh iya jika ingin pergi ke pasar jangan pergi setelah sholat dzuhur karena barang yang dijual biasanya sudah habis, bahkan terkadang lapak sudah tutup. Pada kamis 28/4/16 aku beserta teman-teman dari Klub Oase dan GARASI pergi ke Bandara Soetta untuk jalan-jalan ke Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Sriwijaya Training Center (STC). Di GMF kami melihat cara menjaga pesawat agar saat dipakai tidak rusak, pesawat harus dijaga secara berkala agar tidak rusak dan menimbulkan kecelakaan fatal. Sementara itu di STC kami belajar menggunakan masker oksigen, berenang menggunakan pelampung dan menggunakan perosotan darurat
Disana kami dipandu oleh Om Rivan dan Om Ananta, mereka menjelaskan banyak hal. Pertama kami pergi ke hanggar GMF, walaupun judulnya Garuda Maintenance Facility ada juga pesawat diluar Garuda yang diparkir. Pesawat di hanggar sangatlah besar, ada Boeing 747, Airbus A330 dan Boeing 737. Ternyata GMF memiliki hanggar terbesar di dunia! Hanggar ini bisa menampung 16 pesawat terbang. Oh iya di sini aku juga melihat pesawat Garuda yang sudah tua, sehingga sekarang hanya dipakai untuk latihan, jenis pesawatnya adalah DC-9. Menurutku logo Garuda yang dulu lebih keren dari yang sekarang. Setelah dari hanggar kami melihat-lihat mesin pesawat-pesawat tadi. Di sini kami tidak boleh lari-lari dan jumpalitan karena komponen mesin pesawat sangatlah mahal, dan penting untuk siap pada waktunya. Mesin pesawat yang paling besar di tempat itu adalah milik Boeing 747. Tingginya saja setinggi badan anak umur 12 tahun. Selain mesin yang disamping pesawat di sini juga ada APU, guna APU adalah untuk membantu pesawat lepas landas, jadi APU ini kayak nitro. Pesawat sudah, mesin juga sudah berarti tinggal safety yang belum. Tempat terakhir di GMF yang kita kunjungi adalah tempat pembuatan kapal untuk pesawat kalau tenggelam dan tempat pembuatan perosotan di pesawat. Sayang saat kami kesana sedang banyak pesanan jadi tidak bisa duduk dan memperhatikan (soalnya tempatnya ada karpet dan kursi buat duduk) tetapi kami beruntung karena bisa melihat proses pengetesan perosotan. Karena untuk safety perosotan harus bisa mengembang dalam waktu kurang dari 10 detik. Setelah safety sekarang saat yang paling ditunggu-tunggu yaitu mencoba perosotan. Berbeda dengan sebelumnya, sekarang kami berpindah tempat ke Sriwijaya Training Center (STC). Di sini tempat para pramugari dilatih untuk belajar safety. Tempat ini merupakan training center pertama di Indonesia yang dibangun dengan pesawat sesungguhnya. Di STC kami dipandu oleh Ibu Jule. Walaupun dipakai untuk training, pesawat ini adalah pesawat asli jadi sama saja dengan pesawat yang dipakai untuk bepergian. Pertama kami belajar cara keselamatan saat kekurangan oksigen. Saat kabin kekurangan oksigen otomatis masker yang ada di atas bangku keluar, hampir semua orang di pesawat dapat masker, tetapi ada beberapa yang tidak dapat jadi mereka pura-pura sesak napas. Setelah masker kami juga berlatih cara menggunakan pelampung. Karena sangat semangat semua orang mengembangkan pelampung di dalam kabin pesawat. Jadi kabin pesawat dalam sekejap sudah berubah menjadi lautan manusia, dan semua kepalanya seperti kejepit pelampung warna kuning. Sebenarnya diawal kami tidak diperbolehkan berenang tetapi kami boleh meluncur. Ternyata saat disana ternyata terbalik, kami diperbolehkan berenang tetapi tidak boleh meluncur. Kami tidak boleh meluncur karena perosotannya sudah sering dipakai sehingga seratnya jadi kasar dan berbahaya untuk tubuh. Berenang merupakan penutup untuk kunjungan ke GMF dan STC. Hari ini sangat menyenangkan dan seru. Semoga lain kali bisa main perosotan di STC. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|