Sabtu pagi (1/6) aku bersama ibu, Kak Noni, Kak Aron dan Om Dedy Istanto melakukan pengamatan burung laut di Teluk Jakarta. Pengamatan ini berbeda dengan biasanya, karena fokus utamanya adalah menghitung jumlah cikalang yang melakukan aktivitas di Teluk Jakarta. Ini kali kedua aku melakukan pengamatan cikalang di Teluk Jakarta. Yang mengajakku pengamatan pertama kali di tempat ini adalah Kak Khaleb Yordan, 4 November 2015. Waktu itu kami berhasil mendapatkan ketiga jenis cikalang yang ada. Cikalang Christmas, Cikalang Kecil dan Cikalang Besar. Tanpa Kak Khaleb aku agak ragu bisa membedakan ketiganya karena mirip-mirip. Mendung membayangi pagi kami, untungnya tidak hujan sehingga kami masih bisa ke sero (tambak ikan) yang ada di tengah. Dengan Kapal Gajah Laut kami pun pun berangkat menghitung cikalang. “Lihat tu, Lumba-lumba di depan…” Bahagianya aku belum sampai tempat cikalang sudah disambut dengan makhluk yang jarang-jarang muncul. Tidak pernah terbayang olehku, lumba-lumba bisa muncul di tempat se kotor laut jakarta. Kapal kami mencoba mengejar lumba-lumba tersebut tapi semakin lama mereka semakin jauh. Sero nomor satu kosong. Tidak ada cikalang yang bertengger, puluhan Pecuk Padi Hitam bermain-main di tonggak bambu, sepanjang bambu terhitung ada 100 ekor lebih. Tapi sayangnya bukan ini yang kami cari. Kami pun beranjak ke sero kedua yang letaknya tak jauh dari tempat pertama. Tempat kedua memberi harapan lebih. Sekitar 10 ekor cikalang terlihat bertengger di sana. Tetapi… begitu kami mendekat “WRRRR” semua terbang, melayang-layang di langit. Geregetan rasanya, burung yang tadi ada di depan mata tiba-tiba terbang. Walaupun begitu mereka tetap berguna karena tujuannya mencatat bukan memotret. Sisa satu sero lagi yang belum kami datangi. Aku berdoa dengan cemas semoga pengamatan ini tidak gagal, instagramku belum di isi foto burung sejak Februari wkwk. Di sini jumlah cikalang yang hinggap paling banyak dibandingkan sebelumnya. Di kejauhan juga ada cikalang-cikalang yang terbang mencari ikan-ikan untuk disantap. Cikalang disebut juga burung perampok. Mereka terkenal karena merebut makanan milik burung lain di udara. Burung ini tidak suka menyelam karena bulunya tidak tahan air. Sebagai gantinya mereka lincah di udara. Jadi mereka bisa mengganggu dan mengambil ikan milik burung lain. [1] Burung-burung di sero terakhir sangatlah bersahabat dan baik. Mereka sangat tenang dan tidak kabur bahkan ketika kami sudah sangat dekat. Burung ini tampak tidak peduli sama sekali dengan kami. Momen ini tentu saja sangat bagus untukku dan yang lain. Kami bisa memotret mereka sepuas hati. Dari yang kuamati selama dua jam, burung ini senang sekali mengganggu temannya yang sedang beristirahat. Setelah tengger sekitar 10-15 menit pasti dari puluhan burung ada dua hingga tiga, yang terbang mengusir temannya. Aku masih tidak mengerti kenapa mereka harus rusuh padahal masih banyak tonggak bambu yang kosong. Selain itu mereka juga mengganggu pecuk padi yang tengger.
Pengamatan ini selesai sekitar pukul 12.00. Bahkan saat kami menyalakan mesin dan pergi, burung-burung ini tidak kabur. Mereka tetap di tonggak bambu tersebut. Aku sangat senang dengan pengamatan ini karena aku berhasil melihat lumba-lumba, juga mendapat pengetahuan baru, terutama yang berkaitan dengan cikalang dan aku mendapatkan foto baru :D.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|