Aku terbangun pukul 03.45, bukan alarm tapi nyamuk yang membuatku bangun pagi-pagi buta begini. Jadwal kami seharian beraktivitas di Pulau Rambut. Kami harus sudah berangkat pukul 06.00! Ada kejadian unik saat kami sarapan, yang membuatku tersadar pentingnya botol minum berkualitas dan berkelas.*Botol plastik hijau, mirip tupperware* milik Fakhri menciut jadi sekecil gulungan tisu, akibat diisi teh panas. Botolnya ASLI, mengkerut. Ini merupakan pertama kalinya melihat botol mengkerut. Biasanya kalau diperingatkan aku iyaiya aja, tanpa percaya. Tapi ternyata ini nyata bukan hanya di film. Ketiban Rezeki di Pagi HariKapal kami mendarat kembali di sisi timur dermaga, tapi kali ini aku tidak takut dengan air, karena sudah pakai celana se paha + sepatu boots wkwkwk. Tapi itu percuma, karena kami lewat semak-semak, bukan menerebos air. Sambil menunggu kelompok lain yang datang. Aku berjalan ke arah breakwater. Ini tempat biasanya Raja-Udang dan Cekakak main. Benar saja, aku menemukan seekor Cekakak Sungai yang sedang asyik bersuara, serta seekor Raja-Udang Biru menunggu ikan dengan sabar. Di kejauhan kulihat seekor burung sangat besar bertengger di pucuk pohon. “Wah paan nih” seruku dalam hati. Harapannya sih elang agar bisa pamer-pamer gitu ama yang laen. Teropong sayangnya tidak bersamaku dan masih pagi sehingga mata agak gelap. MEMANG REJEKI ANAK SOLEH… burung besar itu benar seekor Elang-Laut Dada-Putih. Jarang-jarang aku bisa mengamati dari dekat, biasanya lewat menara, di sana elang ini kayak semut wkwk. Langsung kupotret dan direkam, sehingga anak lain bisa melihatnya dari dekat ;) Berkeliling PulauPukul 08.30, bersama taman nasional kami berkeliling Pulau Rambut. Karena kami sudah sampai dari pukul 06.30an, para pengamat mulai bosan. Byurr, byurr, byurr Satu persatu anak laki-laki terjun dari dermaga ke air. Mereka sudah tak kuat menahan diri untuk tidak berenang, apalagi air di Pulau Rambut bening seperti kristal wkwk. Aku tidak tertarik untuk berenang, karena setelah ini masih berkeliling pulau. Terkena angin saat basah adalah siksaan yang berat. Rasanya kayak telanjang di depan kulkas, makanya aku lebih memilih bermain pasir biarpun kek bocah. Ada tiga petugas taman nasional yang menemani kami berkeliling, Pak Jaya, Bang Choki dan Bang Acung. Jalannya searah jarum jam dari sisi barat dan berakhir di dermaga. Aku bersemangat mengikuti acara ini, karena kalau pengamatan biasanya berhenti di laguna. Aku penasaran ada apa di sisi lain Pulau Rambut, jangan-jangan ada sarang elang. Sepatu boots memang digunakan agar tidak terkena air, tapi di sini air cukup tinggi sehingga tetap saja masuk. Awalnya setiap orang jalan berhati-hati tapi begitu sepatu bootsnya terkena air. Langsung bodoamat, tidak peduli airnya dalam atau tidak. Kayaknya hanya Adinda yang ambisius tidak ingin terkena air. Tapi jadinya dia harus lewat kayu, bebatuan dan banyak lagi, pokoknya ribet banget deh. Ibu juga sempat mencoba tetap kering, dengan menglakban sepatu boots. Banyak banget sampah yang dihasilkan akibat percobaan gagal ini. Kakinya jadi tidak leluasa akibat terikat lakban, dan air tetap masuk bahkan susah keluar… Di tengah jalan, Pak Jaya menemukan anakan Pecuk Padi Hitam yang terjatuh dari sarang. Biasanya jika sudah seperti ini, bakal dimakan oleh biawak. Sadis memang kedengarannya, tapi ini sudah seleksi alam menurutku, karena jika kebanyakan Pecuk Padi pun tidak bagus. Di laut pun ada anggur, aku mencobannya saat di jalan. Dia seperti rumput laut, tapi bulet-bulet. Kupotek salah satu “buah anggur”, rasanya asin tentu saja, selain itu buah ini cukup segar. Menurutku rasa dan teksturnya kayak telor ikan, tapi dengan warna lain, yaitu hijau. Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah cara Pak Jaya menangkap ikan gabus di pulau. Dia hanya menaruh selongsong bambu, dan saat dibalik “tadaa” ikan-ikan berjatuhan. Salah satu bambu bahkan berisi sebelas ikan. Rasa dari ikan ini juga lumayan, kayak lele. Aku sayangnya tidak terlalu suka ikan, sehingga hanya makan sedikit. Tidur Siang Lanjut PulangKami selesai berkeliling pulau sekitar 2 jam. Yang kudapat dari berkeliling adalah berbagai hal menarik baik burung, ikan, koral dan mangrove. Selain itu aku juga dapat lingkaran merah di kedua pergelangan kaki, akibat lecet. “Awalnya tidak terasa, lama-lama sakit juga” Saat keliling juga, di belakang terdengar paduan suara. Teriakan “Aduhh” dari kiri ke kanan, dengan nada yang berbeda-beda. Memang salah besar, menggunakan celana pendek dan kaos kaki pendek, saat menggunakan sepatu boots. Permukaan karet boots tidak ramah untuk kulit dan menyiksa dikit-dikit. Aku beruntung baru terasa saat mendekati dermaga, Alev dan Fakhri baru 1/4 jalan sudah mau nangis, karena tidak kuat. Gambar: Qasidah Meme For All Occasion Siang-siang, cuaca sejuk dengan angin sepoi-sepoi, waktu yang paling pas untuk… tidurr. Pasir pantai adalah tempat paling nyaman untuk tidur, kayak kasur gitu empukk bett. Awalnya sekedar tidur-tiduran saja, tapi kok nyaman. Dan akhirnya ku tertidur wkwk. Bangun-bangun badanku sudah ditimbun pasir. Tinggal muka saja yang disisakan, aku DIKUBUR HIDUP-HIDUP… “Ya Allah, ternyata masih ada suku pedalaman di Pulau Seribu” Tapi ternyata, dikubur enak juga. Pasirnya adem dan empuk, jadi setelah kaget, aku lanjut tidur lagi. Aku percaya teman-temanku tidak akan meninggalkanku dengan badan seluruhnya terkubur, aku percaya mereka tidak sejahat itu... Foto: Kak Shanty JAKARTA SAMPAHSore hari kami melakukan kegiatan bersih pantai, mainstream banget gasiii. Menurut opiniku Pulau Rambut seperti mall barang bekas. Mulai dari Cup Popmie sampai sofa ada di sepanjang pinggiran pantai. “Pulau ini kan gakada penghuni” lalu darimana sampah-sampah ini datang. Pulau Jawa… semua terbawa hanyut dari sana. Tak bisa kubayangkan berapa banyak sampah yang dibuang ke sungai dan laut. Kalau kata iklan Tango, ratusannn. Menurutku, himbauan jangan buang sampah sembarangan sekarang sudah tidak pas lagi. Karena tetap saja bakal overload, lebih cocok kurangi sampahmu. Ini lebih memberikan dampak, apalagi kalau yang dikuranginya styrofoam. Selama bersih pantai, yang tak begitu lama. Aku berhasil mengumpulkan lebih dari 25+ cup Popmie. Kalau ditumpuk ke atas tingginya nyaris se adikku yang berumur 5 tahun. Kalau terus begini bisa-bisa di Jakarta bakal dibangun, tower styrofoam, sponsored by Popmie… Foto: Kak Shanty
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|