Pada tanggal 4-5 Februari 2016 aku mengikuti Konferensi Peneliti & Pemerhati Burung di Indonesia ke 2 yang berlangsung di Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Di konferensi aku presentasi tentang Pengamatan Burung di Dukuh Banjarharjo 1. Selama konferensi aku tinggal di basecamp KBP Bionic. Usai konferensi, aku diajak kakak-kakak mengamati burung di Taman Nasional Gunung Merapi pada tanggal 6-7 Februari 2016. Aku bersama 12 orang lainnya menginap di Resort Tlogo Nirmolo, Merapi. Kami sampai di sana sekitar pukul 16.00 WIB dan langsung pengamatan. Info dari Mas Irwan penjaga Taman Nasional Gn Merapi, 5 menit yang lalu baru saja ditemukan Anis Hutan. Kami pun langsung buru-buru pergi ke tempat yang dimaksud, karena takut burungnya sudah pergi. Ternyata burung tersebut masih ada dan sedang asyik difoto oleh beberapa orang.
Setelah itu kami mengobrol ternyata di daerah Plawangan tadi ada burung Uncal Loreng yang sedang bersarang, lokasinya sangat mudah dicapai tetapi karena sudah malam kita merencanakan untuk besok pagi mengamati di daerah Plawangan. Malam harinya ada pengamatan malam, tetapi aku sudah terlalu lelah sehingga sudah tertidur dari pukul 21.00 WIB. Sementara pengamatan malam dilakukan pukul 22.00 WIB. Keesokan paginya kami kembali mencari Anis Hutan, karena kemarin belum mendapatkan foto yang bagus. Baru saja keluar, aku, Mas Imam, dan Mas Irwan disambut oleh gerombolan Perling Kumbang dan Perling Kecil. Di tengah-tengah gerombolan ada satu burung yang berbeda, karena memiliki jambul dan bercak putih di pipi, setelah ditanyakan ke Mas Imam nama burung tersebut adalah Raja-perling Sulawesi, walaupun burung ini endemik Sulawesi tetapi ada di Merapi. Ini diduga burung yang lepas dari sangkar seseorang. Dari situ kami pergi kembali ke air terjun untuk melihat apakah ada Meninting Besar. Belum sampai air terjun kami sudah ditelpon Kak Sigit karena ada sepasang Meninting Kecil di bawah, saat sampai di bawah menintingnya sudah pergi. Kami pun jalan-jalan berkeliling parkiran, ada burung datang. Warnanya abu-abu dengan kepala berwarna kuning, menurut Mas Imam itu adalah Kicuit Batu yang terkadang muncul di Merapi. Setelah pengamatan di Tlogo Nirmolo, sekitar pukul 10.00 WIB kami pergi untuk pengamatan di Goa Jepang. Setiap dua tahun sekali ada lomba pengamatan burung (birdrace) di Goa Jepang, rencananya tahun ini diadakan juga. Kami berjalan ke atas tetapi sayang tidak terlalu banyak burung yang ditemui. Setelah spotting di tempat terjauh yang bisa dicapai, kami mendapat lumayan banyak, Sepertinya dengan spotting burung lebih banyak yang teramati. Pada pengamatan kali ini aku mencari Walik Kepala Ungu, Sebelumnya aku sudah tiga kali pergi ke Goa Jepang tapi belum sekalipun aku bertemu dengan burung yang satu ini. Tetapi akhirnya di tengah hujan besar burung itu sempat tengger sebentar setelah itu terbang menuju hutan. Kami selesai pengamatan sekitar pukul 13.00 WIB, beberapa kakak lanjut pergi untuk mengikuti acara birdbanding, sisanya pulang ke rumah masing-masing. Total kami menemukan 55 jenis burung, aku juga menemukan 16 jenis yang baru aku lihat alias lifer. Terima kasih untuk Mas Imam yang sudah nemenin Kaysan ke Merapi, dan terima kasih untuk semua kakak-kakak yang nemenin dan bantuin Kaysan selama di Jogja.
4 Comments
Saat akan pulang ke Jakarta ada pertandingan final voli yang sangat ditunggu-tunggu oleh satu Desa Muntuk, nama kejuaraannya adalah Pandhu Naga Cup 2. Di sini voli adalah olahraga yang sangat digemari oleh warga. Jagoan Dukuh Banjarharjo 1 adalah Leo Sukardi, dia adalah pemain klub Ganevo Yogyakarta, Tim Banjarharjo 1 bernama Ceme Putra, artinya Ceme adalah Oyong, jadi jika menggunakan bahasa Indonesia kira-kira artinya Oyong Putra. Dinamakan Ceme karena di Banjarharjo banyak sayur oyong yang tumbuh. Kampung yang lain juga ada yang namanya Desa Terong. Pertandingan voli diadakan malam mulai dari pukul 19.30 sampai selesai. Satu hari bisa dilangsungkan dua pertandingan, biasanya pertandingan terakhir selesai tengah malam. Pada perempat final aku tidak menonton Ceme, karena Ceme bertanding di jam yang kedua pukul 22-00. Di perempat final Ceme berhasil menang dengan skor 3-0. Di semifinal (29/10/15) Ceme bertanding di jam pertama, aku pun menonton. Walau hanya semifinal tetapi penonton mencapai 2.500 orang. Bahkan panitia sampai mendapat 15 juta dari penjualan tiket yang dihargai 6 ribu per orang. Di semifinal Ceme pun berhasil menang lagi dengan skor 3-0. Partai final yang sangat dinantikan berlangsung selang 1 hari dari semifinal (31/10/15). Dari pukul 18.30 saja semua bangku sudah terisi penuh, aku saja tidak mendapat tempat duduk. Akhirnya kami memutuskan untuk gelar tikar di luar stadion dikarenakan stadion sudah pengap. Lagipula kami juga baru bermain di jam yang kedua. Saat jam kedua kami bingung bagaimana cara masuk kedalam stadion, kucing saja susah untuk masuk. Untung ada Pak Dukuh, beliau mengajak kami menonton dari kursi panitia yang ada di sebelah kiri lapangan. Akhirnya kami ikut, dan di dalam sangat-sangat penuh. Beberapa yang tidak mendapat tempat, bahkan sampai memanjat pohon. Akhirnya pertandingan yang sangat seru berakhir, dan Ceme untuk pertama kalinya keluar sebagai juara satu.
Presentasi akhir seluruh pesanggrah BPR 2015 dilakukan hari minggu (13/12/15). Aku kembali ke BPR untuk ikut acara ini. Acara dimulai setelah makan siang. Seluruh pesanggrah dikenalkan kepada para undangan yang datang dari Yogya oleh Om Antariksa. Aku dapat giliran pertama. Aku bercerita tertarik mengikuti Program Pesanggrahan di BPR karena ingin berkenalan dengan anak-anak yang tinggal di sekitar BPR dan menyebarkan virus mengamati burung (birdwatching). Aku ingin teman-teman yang baru kukenal jadi mengenali burung-burung di sekitar tempat tinggalnya. Aku pertama kali diajak pengamatan burung oleh Om Ady Kristanto, Peta Hijau Jakarta, tahun 2007. Lalu rutin mengamati di taman/hutan kota yang tersisa di Jakarta bersama kakak-kakak dari Jakarta Bird Walk sejak tahun 2013 dan aktif memotret burung liar sejak awal tahun 2015. Di Jakarta aku sangat senang mengamati di sekitar rumah, karena jika kita amati setiap hari, terkadang bisa menemukan beberapa jenis burung yang baru. Apalagi dengan lingkungan BPR yang ditumbuhi banyak pohon, pasti dapat ditemukan banyak jenis burung pikirku saat merencanakan kegiatan. Seru dan asyiknya pengamatan bersama teman-teman yang baru kukenal dapat dibaca dalam buku kumpulan tulisan “Cerita-cerita dari Ceme”. Sedangkan catatan proses dan hasil pengamatan burung didokumentasikan dalam “Buku Panduan dan Aktivitas: Pengamatan Burung Liar di Banjarharjo 1”. Buku Panduan dan Aktivitas Pengamatan Burung Liar di Banjarharjo 1Pada saat presentasi akhir aku membagikan “Buku Panduan dan Aktivitas: Pengamatan Burung Liar di Banjarharjo 1” kepada teman-teman Banjarharjo 1. Buku ukuran A6 ini sudah aku siapkan dari Jakarta dengan banyak dibantu ibu. Isinya selain catatan proses dan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, juga ada panduan agar teman-teman Banjarharjo 1 bisa mengamati burung liar sendiri. Dalam buku tsb ada stiker 18 jenis burung liar di Banjarharjo 1 yang indah sekali. Stiker itu dibuat dari sketsa tangan karya Kak Ratih Dewanti. Kak Ratih menggambarnya dengan pensil warna dan cat air. Sayang Kak Ratih Dewanti tidak bisa datang ke acara presentasi akhir ini. Tapi aku senang sekali Kak Imam (Kutilang Indonesia), Kak Abid, dan Kak Ratih Sukmaresi (Bionic UNY), pengamat burung pendampingku selama kegiatan di BPR bisa datang. Kartu Memori Burung Liar di Banjarharjo 1Sketsa Kak Ratih Dewanti juga dibuat kartu memori dan dimainkan bersama teman-teman, kakak-kakak, dan undangan yang datang ke presentasi akhir. Permainan kartu memori ini adalah salah satu permainan yang sangat disukai teman-teman yang sering datang ke Taman Baca GARASI di Jakarta. Cara mainnya adalah menyusun kartu dalam posisi tertutup. Lalu bergiliran membuka dua kartu sembarang dan memperhatikan gambarnya. Bila cocok maka kartu diambil, bila tidak kartu ditutup lagi. Pemenangnya adalah yang paling banyak mendapat kartu yang sama gambarnya. Perlu memori yang kuat untuk ingat posisi kartu yang dibuka. Waktu dicoba sehari sebelumnya dicoba, kelihatannya makin tua pemain makin sedikit kartu yang didapat. Jadi saat acara presentasi akhir, aku buka lapak yang diberi nama "CEK UMUR". Undangan bisa cek umur dengan main kartu memori Burung-burung di Banjarharjo 1 :-). Aku juga senang sekali saat presentasi akhir ada Tante Melly dan Inu, pemilik Si Woles Sewa Sepeda Yogya Tiap kali ke Yogya, ibu dan aku pasti menginap di Omah Wolesan milik mereka. Juga Tante Tia dan Om Wira yang pas sedang kerja di Yogya. Terima kasih ya...
Hari ini aku mulai mencari rute untuk kegiatanku di BPR. Akhirnya aku menemukan rute yang bagus. Tempatnya ada di belakang BPR. Jalannya hanya setapak, jaraknya sekitar 200-300 meter, jalannya tertutup di daun-daun kering. Pohon yang tumbuh di sepanjang jalan adalah Mahoni dan Bambu.
Akhirnya aku sampai di tempatnya. Tempat yang aku temui terdiri sawah, hutan dan kebun. Suasana di tempat itu dan di BPR sangat berbeda, di tempat ini terdengar suara dara beragam burung, sementara di BPR hanya dari Cabe Jawa, dan Cinenen. Wow aku mendapat sesuatu yang istimewa di tempat ini. Aku menemukan Kadalan Birah (Phaenicophaeus curvirostris). Burung ini menurut Kak Imam dari Kutilang memang masih ada kadalan di Imogiri. Siangnya aku ke Pak RT. Disana aku menunjukan foto Kadalan Birahku, kata Pak RT dia terakhir melihat burung ini adalah saat umur 15, sekarang dia sudah berumur 55. Menurut Pak RT burung di Desa Muntuk sudah sedikit karena semua ditembak oleh pemburu. Hari ini aku ke Bumi Pemuda Rahayu (BPR). BPR adalah tempat menginap. Rencananya selama 2 minggu aku akan residensi di BPR. Tujuanku residensi adalah mengajak anak-anak sekitar untuk mengamati burung di sekitar. Aku sampai di BPR pukul 09.30. Sore harinya aku pergi bersama kelima residen lainnya ke hutan Pinus. Jarak BPR ke hutan Pinus sekitar 1,5 – 2 jam, jalan ke hutan Pinus sudah diaspal dan bagus. Di sepanjang jalan banyak pohon yang meranggas karena sudah lama tidak terkena hujan. Akhirnya setelah berjalan sekitar sepuluh menit, kami sampai di Hutan Pinus yang dimaksud. Tempat itu dasanya bukan tanah tetapi batu vulkanik dan berada di patahan. Dari situ kita bisa melihat sunset dengan bagus. Karena aku ingin melihat sawah, kami masuk ke dalam hutan Pinus, lokasi sawah ada di sebelah kanan hutan Pinus sementara aku berada di sebelah kirinya. Jalan untuk menyeberangi hutan Pinus adalah jalan setapak dari tanah. Jalan itu susah dilewati karena licin, ada batu, ranting kadang ada lubang besar di tengah jalan. Kami yang tidak bersiap-siap hanya memakai sendal jepit, dan itu membuat semakin susah. Ternyata sawah yang dituju kering. Jadi kami hanya melihat sunset dari sawah. Selesai melihat sunset kami pulang, karena pukul 08.30 ada pengajian dan kami akan berkenalan dengan warga sekitar di pengajian itu. Sampai di acara itu aku lelah dan tertidur, jadi aku tidak berkenalan dengan warga sekitar. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|