Sore ini aku dan para pengamat burung lain akan kembali mengamati burung pantai. Tempat untuk sore ini adalah di delta dan laguna. Kata Kak Wahab setahun yang lalu burung di delta dan laguna sangat banyak. Beberapa jenis yang cukup susah ditemui ada di laguna seperti Berkik (Scolopax Sp/Woodcock*) dan Elang Tiram (Pandion haliaetus/Osprey). *Koreksi: Snipe, bukan Woodcock (Terima kasih infonya Kak Boas). Sebelum ke delta dan laguna, aku ditunjukan Kak Wahab tempat biasanya Titihan Australia (Tachybaptus novaehollandiae/Australasian Grabe) dan Titihan Telaga (Tachybaptus ruficollis/Little Grabe). Sayang saat aku ke tempatnya tidak ada satupun titihan yang terlihat, tapi setidaknya aku mendapat foto Cerek-kalung Kecil (Charadrius dubius/Little-Ringed Plover). Setelah cereknya terbang, kami melanjutkan pencarian burung pantai ke arah laguna. Tiba-tiba seekor burung sebesar kutilang hinggap di pohon, WOW itu adalah Bentet Coklat (Lanius cristatus/Brown Shrike), burung ini adalah migrant, dan cukup jarang di Trisik, burung itu terbang, kami lanjutkan perjalanan ke bendungan yang berjarak sangat dekat. Sampai di bendungan aku langsung mencari Raja-udang Biru (Alcedo coerulescens/Cerulean Kingfisher). "Kaysan itu raja-udangnya" panggil Kak Wahab, aku berlari ke tempat Kak Wahab yang ada di sisi satunya bendungan. Sayang saat aku sampai raja-udang yang dicari sudah terbang. Dengan kecewa aku melanjutkan perjalanan ke laguna. Ternyata laguna yang aku kira mempunyai banyak burung ternyata sepi, Elang Tiram yang dicari juga tidak terlihat sedikitpun. Sekarang di laguna juga dijadikan tempat tambak udang, limbah air kotor dibuang ke laguna, sehingga lagunanya menjadi agak berbau terasi. Kamipun lanjut ke delta. Jarak dari laguna ke delta sangatlah dekat, tetapi jalannya berbatu dan extreme. Di delta belum ada orang, para mahasiswa dari Bionic, Biolaska, Silvagama, dan Kepak sayap tampaknya masih dijalan atau belum berangkat. Kami pengamatan duluan, tapi sudah 10 menit belum juga terlihat satu burung. Kakak-kakak mahasiswa datang berselang 20 menit setelah kami sampai. Setelah ramai burung juga anehnya mulai berdatangan, Cerek Jawa dan Trinil Pantai adalah burung pertama yang datang, kemudian satu flock Dara-Laut Tiram ikut meramaikan. Semakin sore banyak yang datang, tetapi banyak juga yang pergi, diantara burung-burung itu ada 5 ekor Biru-laut ekor-blorok (Limosa lapponica/Bar-tailed Godwith), yang membedakan ekor-blorok dengan saudaranya ekor-hitam adalah paruhnya, kalau ekor-blorok paruhnya melengkung ke atas, sementara ekor-hitam lurus. Selain Biru-laut ekor-blorok tidak ada yang istimewa, hanya Cerek Jawa, Trinil Pantai, Trinil Kaki-hijau, dan Trinil semak. Aku sangat senang dengan pengamatan hari ini, aku mendapat banyak lifer.
1 Comment
Hari ini aku akan mengamati burung pantai di Trisik selama 2 hari. Acara yang aku ikuti diselenggarakan oleh kakak-kakak dari KPB Bionic UNY, acara ini terbuka untuk umum. Aku ke Trisik menggunakan mobil Pak Heri. Sampai di Trisik aku disambut kakak-kakak dari Bionic UNY, Biolaska UIN, Kepak Sayap UNS, UGM dan dari umum. Untuk pengamatan pagi rutenya adalah menyusuri sawah-sawah. Baru saja keluar dari tempat berkumpul, kami langsung disambut oleh seekor Terik Australia. Tetapi untuk memfoto terik itu susah sekali, karena jauh. Kami pun berjalan ke jalan besar, para kakak dari bionic mulai memasang monokular untuk mengamati burung-burung yang bersembunyi di sawah. Mengamati burung pantai sangat berbeda jika dibandingkan dengan raptor. Perbedaannya adalah:
Baru saja monokular dipasang, langsung terlihat satu ekor Trinil Semak (Tringa glareola). Aku dan pengamat burung lainnya langsung sibuk memfoto. Kata Kak Wahab kemarin sudah ditemukan 1986 ekor Trinil Pantai. Setelah trinilnya kabur aku dan beberapa orang menyusuri sawah untuk mencari yang lain. Pematang sawah yang aku lewati ternyata di tengahnya ambles ke dalam tanah, jadi aku tiba-tiba masuk ke lumpur, untungnya celanaku sudah ditarik hingga ke lutut dan sepatu dilepas. Saat kami sampai di seberang sawah satu flock Cerek Kernyut campur Kedidi Leher-merah lewat, dan hinggap. Kami pun mendekati burung itu sambil menunduk. Setelah tiduran di pematang aku mendapat foto yang bagus, isi fotonya adalah 5-7 ekor Cerek Kernyut. Setelah itu kami balik ke tempat berkumpul Hari ini aku mulai mencari rute untuk kegiatanku di BPR. Akhirnya aku menemukan rute yang bagus. Tempatnya ada di belakang BPR. Jalannya hanya setapak, jaraknya sekitar 200-300 meter, jalannya tertutup di daun-daun kering. Pohon yang tumbuh di sepanjang jalan adalah Mahoni dan Bambu.
Akhirnya aku sampai di tempatnya. Tempat yang aku temui terdiri sawah, hutan dan kebun. Suasana di tempat itu dan di BPR sangat berbeda, di tempat ini terdengar suara dara beragam burung, sementara di BPR hanya dari Cabe Jawa, dan Cinenen. Wow aku mendapat sesuatu yang istimewa di tempat ini. Aku menemukan Kadalan Birah (Phaenicophaeus curvirostris). Burung ini menurut Kak Imam dari Kutilang memang masih ada kadalan di Imogiri. Siangnya aku ke Pak RT. Disana aku menunjukan foto Kadalan Birahku, kata Pak RT dia terakhir melihat burung ini adalah saat umur 15, sekarang dia sudah berumur 55. Menurut Pak RT burung di Desa Muntuk sudah sedikit karena semua ditembak oleh pemburu. Hari ini aku ke Bumi Pemuda Rahayu (BPR). BPR adalah tempat menginap. Rencananya selama 2 minggu aku akan residensi di BPR. Tujuanku residensi adalah mengajak anak-anak sekitar untuk mengamati burung di sekitar. Aku sampai di BPR pukul 09.30. Sore harinya aku pergi bersama kelima residen lainnya ke hutan Pinus. Jarak BPR ke hutan Pinus sekitar 1,5 – 2 jam, jalan ke hutan Pinus sudah diaspal dan bagus. Di sepanjang jalan banyak pohon yang meranggas karena sudah lama tidak terkena hujan. Akhirnya setelah berjalan sekitar sepuluh menit, kami sampai di Hutan Pinus yang dimaksud. Tempat itu dasanya bukan tanah tetapi batu vulkanik dan berada di patahan. Dari situ kita bisa melihat sunset dengan bagus. Karena aku ingin melihat sawah, kami masuk ke dalam hutan Pinus, lokasi sawah ada di sebelah kanan hutan Pinus sementara aku berada di sebelah kirinya. Jalan untuk menyeberangi hutan Pinus adalah jalan setapak dari tanah. Jalan itu susah dilewati karena licin, ada batu, ranting kadang ada lubang besar di tengah jalan. Kami yang tidak bersiap-siap hanya memakai sendal jepit, dan itu membuat semakin susah. Ternyata sawah yang dituju kering. Jadi kami hanya melihat sunset dari sawah. Selesai melihat sunset kami pulang, karena pukul 08.30 ada pengajian dan kami akan berkenalan dengan warga sekitar di pengajian itu. Sampai di acara itu aku lelah dan tertidur, jadi aku tidak berkenalan dengan warga sekitar. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|