Tentu masih teringat di kepalaku beberapa tahun lalu, ketika Jabodetabek terkena pemadaman total untuk seluruh bagiannya akibat pembangkit listrik yang selama ini mensupply sebagian besar konsumsi listrik Jabodetabek mengalami masalah. Awalnya dari berita yang bereda pembangkit listrik tersebut terkena gempa dan harus diperbaiki akan tetapi belakangan berita tersebut dilarat karena sebenarnya itu terjadi karena adanya gangguan transmisi di Ungaran dan Pemalang.
Pemadaman hanya berlangsung selama sehari, akan tetapi kejadian tersebut sudah mirip dengan bencana nasional. Hampir seluruh jabodetabek lumpuh, seluruh rumah gelap gulita. Handphone juga tidak bisa dicharge karena mati listrik tersebut. Aku sendiri waktu itu terpaksa pergi ke mall malam-malam dengan baju tidur bersama beberapa temanku untuk mencharge hp dan melihat cahaya untuk sesaat.
0 Comments
Rabu kemarin adalah pertemuan kedua yang aku ikuti dalam rangkaian kelas Belajar Sistem di Piwulang Becix. Sebenarnya kelas ini sudah berlangsung 3 kali tapi aku tidak bisa ikut kelas pertama karena bertabrakan dengan jam lesku.
Dalam kelas kali ini, kami mengenal yang namanya eksponensial. Ini sebenarnya bukan hal baru buatku, karena belakangan ini aku juga baru saja bertemu dengan materi eksponen di tempat lesku. Walau begitu berbeda dengan di tempat les yang lebih membahas rumus dan cara menyelesaikan soal eksponensial. Di kelas ini kami belajar penerapan eksponen dalam dunia nyata. Apa sebenarnya fungsi dari eksponen ini. Jadi dibandingkan bertabrakan bisa kubilang kelas ini dan materi lesku saling berkesinambungan memberikan pemahaman yang lebih dalam. Hal pertama yang kami bahas di kelas adalah teratai di sebuah kolam. Teratai ini setiap harinya melipatgandakan dirinya hingga akhirnya memenuhi kolam tersebut. Hari pertama jumlahnya satu, di hari kedua jumlahnya berlipat ganda menjadi dua, empat, delapan dan seterusnya. Menurutku ini merupakan contoh yang sangat sederhana dan membuat materi eksponen ini tidak lagi abstrak. Bedasarkan hasil riset kesehatan dasar 2018, 26.9% remaja usia 16-18 di Indonesia mengalami kekurangan zat gizi (Kemkes, 2020). Sementara pada usia balita 27.6% mengalami kekurangan gizi dan stunting (SSGBI, 2019). Ikan dapat menjadi salah satu solusi untuk kebutuhan gizi Indonesia, karena mengandung protein, karbohidrat, vitamin, mineral, asam amino, asam lemak omega 3, 6, 9 yang baik manfaatnya untuk otak dan tubuh manusia. Bahkan kandungan asam amino dan omega 3 yang dimiliki jauh lebih baik dibandingkan bahan pangan sumber protein lainnya (Kemenkes, 2016) Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total luas wilayah laut sebesar 3.25 juta km dan 2.55 juta km merupakan Zona ekonomi ekslusif (ZEE). Wilayah perairan yang begitu luas membuat Indonesia memiliki sumber daya ikan laut yang berlimpah. Menjadikan Indonesia produsen ikan terbesar kedua di dunia setelah Cina (Katadata, 2016) Jika dilihat dari segi konsumsi, saat ini Indonesia bukanlah yang terdepan bahkan di Asia Tenggara. Data konsumsi nasional tahun 2010-2019 (gambar 1) menunjukan adanya peningkatan lebih dari 5% setiap tahunnya. Pada 2019, konsumsi Indonesia mencapai angka 55.95kg/kapita/tahun. Namun jika dilihat secara lebih mendetail, tingkat konsumsi antar pulau tidaklah sama. Pulau Jawa menjadi pulau dengan rata-rata konsumsi terendah. Data nasional menunjukan tingkat konsumsi di Jawa berada pada angka 40,34 kg/kapita/tahun. Pada tingkat anak muda dan remaja pun ikan bukanlah pilihan pertama sebagai protein yang dikonsumsi sehari-hari. Anak muda cenderung memilih unggas sebagai protein yang dikonsumsi. Ini menimbulkan pertanyaan pada benak kami kenapa ikan kalah populer dengan protein lain.
Untuk itu kami, menginisiasi riset pola konsumsi ikan laut pada anak muda dan remaja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pola konsumsi dan persepsi mereka terhadap ikan sebagai protein yang dikonsumsi sehari-hari. Pantai Ancol jika dibandingkan dengan pantai di Pulau Rambut memiliki banyak kesamaan. Pantainya sama-sama putih, sama-sama di Jakarta dan sama-sama masuk kawasan laut Jawa. Bahkan pantai dan laut Pantai Ancol terlihat lebih bersih daripada Pantai di Pulau Rambut akan tetapi dari pengamatanku di Ancol hanya sedikit mahluk hidup yang terlihat, kondisi ini jauh berbeda dengan Pulau Rambut.
Dari sekitar 3 jam aku mengamati dari pinggir pantai. Aku menemukan kepiting, satu jenis ikan kecil yang bergerombol, dan ubur-ubur. Aku hanya dapat mengamati yang berada di permukaan air dan pinggir pantai karena air di Ancol terlalu keruh. Pagi ini tiba-tiba berlangsung lomba lari dadakan. Ada yang berlari demi keselamatan, ada juga yang berlari demi sepedanya yang hilang
Minggu kemarin (20-23 Okt 2020) aku ikut serta dalam kelas “Analisis Kebijakan Menggunakan System Thinking dan System Dynamic” yang diselenggarakan oleh System Dynamic Bandung Bootcamp.
Aku ikut serta dalam kelas ini untuk belajar tentang tahu hal-hal dasar dari system thinking dan system dynamic. Ini merupakan pertama kalinya aku ikut serta dalam kelas system dynamic. Aku tidak memasang target apapun dari kelas ini, jadi aku ikut tanpa beban. Kelas ku diajar oleh Pak Tasrif, beliau juga yang mengajar ibu system dynamic dulu. Hebat sekali, walaupun sudah tua tapi semangatnya untuk berbagi sangat besar. Buktinya selama 3 hari aku belajar beliau tetap semangat, bahkan hingga kelas terakhir yang berakhir larut malam. Ini merupakan salah satu kelas yang berat buatku. Dari 3 hari, aku paling paham tentang materi di hari pertama. Karena masih tentang konsepnya dan belum melibatkan berbagai rumus. Hal yang pertama dikenalkan dalam kelas adalah fenomena. Dari sinilah semua bermulai. Fenomena adalah suatu kejadian yang dapat kita lihat, alami dan rasakan. Ada dua jenis fenomena. Fenomena fisik dan sosial. Perbedaannya adalah fenomena fisik tidak melibatkan campur tangan manusia sementara sosial dipengaruhi oleh keputusan manusia. Contoh dari fenomena adalah PSBB. Akibat PSBB tempat-tempat menjadi sepi, orang-orang kehilangan pekerjaan dll. Efek-efek yang terlihat ini adalah perilaku yang bersumber dari fenomena PSBB. Selain perilaku ada satu hal lagi yang menjadi dasar dari sebuah fenomena, yaitu struktur. Struktur adalah unsur pembentuk fenomena. Setiap perilaku mempunyai struktur sendiri. Dari sini aku tahu, ketika ingin mengubah sebuah perilaku. Aku harus mulai dengan menguraikan strukturnya dan menemukan komponen mana yang harus diganti atau istilahnya intervensi agar hasilnya sesuai kemauanku. Nah, system thinking adalah cara kita untuk melihat struktur dari suatu perilaku. Dengan berpikir secara sistem kita bisa membiasakan diri untuk struktur dari satu masalah. Apa saja unsur yang saling berkaitan, di sebelah mana tempat yang cocok untuk melakukan intervensi. Kenapa kita harus mengubah strukturnya? Aku mengambil analogi sampah di rumah. Karena tongnya kecil, setiap hari sampah menumpuk. Solusinya setiap hari aku harus membuang sampah tersebut. Setelah beberapa aku lelah juga jika tiap hari harus buang sampah keluar. Aku melihat polanya dan mempunyai ide untuk membeli kotak sampah yang lebih besar. Sehingga tidak harus membuang setiap hari. Ketika aku melihatnya dengan sistem. Aku menemukan bahwa ada beberapa unsur dalam sampah di rumahku. Pertama adalah sampah itu sendiri, kedua aku sebagai penghasilnya, ketiga tong sampahnya, keempat adalah titik penuh tong tersebut dan kelima waktunya. Setelah melihat struktur ini aku menemukan, bahwa untuk mengubah perilaku membuang sampah aku bisa melakukan intervensi di titik sampah itu dihasilkan. Sehingga pilihan yang aku hasilkan adalah mengurangi sampah yang dihasilkan dan membuatku tidak harus membuang sampah keluar lagi. Dari kejadian di atas bisa diidentifikasi. Tujuanku adalah agar tidak perlu membuang sampah, Ini adalah salah satu contoh sederhana dari system thinking dan penerapan causal loop diagram (CLD) untuk menyelesaikan masalah dalam kejadian sehari-sehari versiku. System thinking juga bisa diterapkan dalam hal-hal yang rumit seperti pembuatan kebijakan dan sudah dilakukan di luar negeri. Karena inti dari membuat kebijakan adalah untuk melakukan intervensi agar strategi yang dibuat berjalan sesuai dengan tujuan. Ketika kita tidak menguraikannya dulu dan langsung membuat intervensi. Hasilnya bisa saja intervensi tersebut sebenarnya tidak perlu atau malah memperburuk keadaan. Untuk contohku memang mudah, pikiranku cukup untuk membuat peta hubungan antara satu sama lain. Tapi ketika system thinking ini diterapkan dalam pembuatan kebijakan banyak sekali unsur yang saling terkait, selain itu diperlukan model dan simulasi untuk melihat seberapa sukses intervensi ini ketika diterapkan di dunia nyata. Inilah saatnya berpindah dan memodelkannya di komputer. Jadi ketika CLD ini disimulasikan dan dipertajam, model yang dibuat berubah menjadi flow diagram (FD) Seringkali orang-orang membuat model di komputer dan mencocokannya lalu disebut sebagai system dynamic. Padahal tidak hanya menggunakan komputer, tapi ada 4 unsur yang dimiliki oleh sebuah stock dan flow diagram (FD).
Perbedaan antara CLD dan FD adalah dengan CLD kita hanya bisa melihat hubungan satu sama lain, apa yang mempengaruhi apa. Sementara dengan FD kita sudah memiliki data dan membuatnya bisa disimulasikan. Simulasi membuat kita melihat apa efek yang ditimbulkan dari intervensi yang dilakukan. Di hari kedua kami belajar memakai aplikasi Vensim untuk membuat model FD. Akan tetapi karena aplikasi ini baru untuk semua orang, butuh waktu seharian untuk belajar memakainya. Aku yang lahir sebagai digital native dengan mudah mengerti cara menggunakan aplikasinya, tapi tidak semuanya begitu. Banyak juga yang kebingungan dan butuh waktu lebih lama. Ada juga yang baru ikut di hari kedua, sehingga tidak paham dengan konsep system thinking yang hari sebelumnya sudah diterangkan. Akibatnya ia bertanya terus-terusan dan sesi siang tidak menunjukan banyak progress. Di hari ketiga, kami belajar untuk menganalisa kebijakan dengan system dynamic. Ada beberapa model yang dibahas dan diuraikan oleh Pak Tasrif. Sayangnya sesi pagi hingga siang aku tidak ikut karena ada kelas lain. Tapi aku cukup paham materi yang diajarkan di sesi malam hari. Evaluasi untuk diriku sendiri, aku rasa akan lebih baik untukku fokus kepada system thinking untuk sekarang. Dengan dasar yang kuat, nantinya akan lebih mudah ketika melakukan pemodelan, tidak hanya itu… Dengan berlatih system thinking, aku yakin juga membantuku menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan lebih mudah. Seperti Pak Tasrif, ketika dia menjabarkan satu contoh dengan mudah dia bisa menemukan unsur-unsur pembuatnya dan menentukan titik mana yang cocok untuk dilakukan intervensi. Saranku jika nantinya diadakan kelas pemodelan untuk anak-anak dan remaja. Fokusnya tentang cara berpikirnya dulu, karena aku rasa untuk belajar menggunakan programnya tidak butuh waktu lama, tapi untuk mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dilihat dan semacamnya itu yang lebih lama. Terakhir sebagai penutup. Kamis kemarin aku tidak ikut kelas pagi karena di waktu berbarengan ada kelas filsafat rutin. Minggu kemarin materinya tentang big data dan data science. Saat mendengar cerita dari Om Ismail Fahmi (Drone Emprit) yang hadir sebagai pembicara kelas filsafat. Di otakku langsung terpikir pasti bakal jadi alat yang sangat kuat jika data scientist juga menguasai system dynamic. Source yang banyak digabung dengan kemampuan untuk mengolahnya dan membuat sesuatu pasti akan menghasilkan perubahan besar. Terbayang olehku jika kedua hal itu diajarkan sejak kecil. Wah Indonesia pasti bakal sangat maju. Selama ini aku hanya tahu rempah sebagai bumbu masakan dan penyebab para penjajah ke Indonesia. Tapi setelah ikut serta dalam kegiatan ini aku jadi tahu lebih banyak cerita tentang lada baik di masa sekarang maupun zaman dulu.
Selain itu, Foto-foto yang kutemui sepanjang kegiatan membuatku bertanya-tanya dani ni juga meningkatkan rasa penasaranku akan cerita-cerita dibalik rempah yang ada. Kelas ini bagaikan kunci harta karun buatku. Isi petinya adalah berbagai cerita tentang sejarah rempah-rempah yang ada. Aku berharap semoga ada lagi kelas seperti ini karena baru 8 rempah yang kita telusuri ceritanya. Masih banyak rempah lain yang aku yakin pasti memiliki ceritanya sendiri. Aku jujur kagum setelah mendengarkan ceritanya, karena tidak terbayang olehku sebuah bumbu bisa memiliki peran yang begitu penting, bahkan hingga menggerakan seluruh dunia. Tanpa rempah mungkin tidak ditemukan benua baru atau bahkan Indonesia tidak bersatu… Oh iya terakhir, pesan yang aku tangkap dari cerita ini adalah untuk untuk tidak mempercayai mitos dan tidak rakus. Karena kerakusan VOC, banyak orang yang menjadi budak. Baik penduduk lokal maupun orang Belanda yang mencari peruntungan di Pulau Banda. Karena kerakusan pula petani-petani Cengkeh menjadi miskin. BPPC yang dibuat oleh anak Soeharto membuat seluruh Cengkeh harus dijual ke sana dengan harga yang sudah ditentukan. Akibatnya para petani menjadi kesulitan uang, padahal sebelumnya setelah panen, petani cengkeh bisa membeli karena harga jualnya yang sangat tinggi… Kakak-kakak dari Jaladwara memberikan kami tugas terakhir untuk membuat karya bedasarkan rempah yang kami temui selama petualangan kemarin. Ada 6 rempah yang kami temui. Selama perjalanan kemarin 1. Pala Walaupun ada 6 pilihan yang tersedia aku tidak bisa memilih yang kemarin sudah kuriset. Sehingga andaliman dan cengkeh ku keluarkan dari daftar.
Akhirnya dari keempat yang tersisa aku memilih lada sebagai dasar karyaku. Ada dua alasan aku memilih lada dibanding yang lain. Pertama karena aku sama sekali tidak tahu seperti apa bentuk pohon lada, padahal aku sering kali menemuinya di berbagai bentuk masakan. Aku jadi penasaran dengan rempah ini, bagaimana sih bentuknya dan fakta-fakta terkait dirinya. Yang kedua adalah agar lebih mudah mencari data-data untuk bahan karyaku. Logikaku rempah yang lebih populer tentu memiliki catatan dan info lebih banyak. Jadi ketika aku menetapkan untuk membuat infografis aku mencari yang datanya paling banyak. Aku jadi punya lebih banyak pilihan untuk ditaruh di infografisku. Aku bisa memilih tidak hanya menampilkan fakta yang ada. Menurutku keputusanku kali ini tepat, karena aku puas dengan infografis dan hasil riset yang kutemukan… sesuai perkiraanku. Tugas untuk minggu berbeda dengan sebelumnya. Kalau tugas pertama kami mengerjakannya sendiri-sendiri, kali ini tugas dikerjakan secara berkelompok. Masih sama seperti kemarin kami mendapat tugas untuk membuat mindmap tentang rempah yang dipilih. Minggu ini kami mendapat pilihan antara meriset Kemenyan atau Cengkeh. Kelompokku yang beranggotakan Raka, Tsabita dan aku sendiri memilih Cengkeh sebagai target riset. Raka berperan sebagai ketua sementara aku dan Bita menjadi anggota. Setiap orang meriset satu pertanyaan dari 3 daftar pertanyaan yang sudah ditentukan oleh kakak mentor. 1. Sebaran lokasi Cengkeh Ada yang berbeda dari kelas kali ini. Sebelum mulai kakak-kakak mentor membuat kegiatan untuk menebak mana fakta yang hoaks. Jadi aku bersama yang lain diharuskan membawa selembar kertas berisi fakta-fakta tentang diriku. Dari tiga fakta yang disiapkan, salah satunya haruslah tidak benar alias hoax.
Peserta yang lain bertugas untuk menebak kira-kira mana yang hoax. Kegiatan ini seru ketika kita tidak mengenal siapa yang harus ditebak, tapi ketika kita sudah kenal lebih mudah untuk menerka mana yang hoax. Harapannya kita lebih kenal dengan teman yang lain, tapi sebenarnya sekarang saat aku nulis ini sudah setengah-setengah lupa. Sistem permainan masih sama dengan yang pertama. Gambarnya saja yang berbeda. Kali ini gambar pertama adalah sebuah foto berisi bapak-bapak sedang meyadap pohon. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|