Minggu kemarin (20-23 Okt 2020) aku ikut serta dalam kelas “Analisis Kebijakan Menggunakan System Thinking dan System Dynamic” yang diselenggarakan oleh System Dynamic Bandung Bootcamp.
Aku ikut serta dalam kelas ini untuk belajar tentang tahu hal-hal dasar dari system thinking dan system dynamic. Ini merupakan pertama kalinya aku ikut serta dalam kelas system dynamic. Aku tidak memasang target apapun dari kelas ini, jadi aku ikut tanpa beban. Kelas ku diajar oleh Pak Tasrif, beliau juga yang mengajar ibu system dynamic dulu. Hebat sekali, walaupun sudah tua tapi semangatnya untuk berbagi sangat besar. Buktinya selama 3 hari aku belajar beliau tetap semangat, bahkan hingga kelas terakhir yang berakhir larut malam. Ini merupakan salah satu kelas yang berat buatku. Dari 3 hari, aku paling paham tentang materi di hari pertama. Karena masih tentang konsepnya dan belum melibatkan berbagai rumus. Hal yang pertama dikenalkan dalam kelas adalah fenomena. Dari sinilah semua bermulai. Fenomena adalah suatu kejadian yang dapat kita lihat, alami dan rasakan. Ada dua jenis fenomena. Fenomena fisik dan sosial. Perbedaannya adalah fenomena fisik tidak melibatkan campur tangan manusia sementara sosial dipengaruhi oleh keputusan manusia. Contoh dari fenomena adalah PSBB. Akibat PSBB tempat-tempat menjadi sepi, orang-orang kehilangan pekerjaan dll. Efek-efek yang terlihat ini adalah perilaku yang bersumber dari fenomena PSBB. Selain perilaku ada satu hal lagi yang menjadi dasar dari sebuah fenomena, yaitu struktur. Struktur adalah unsur pembentuk fenomena. Setiap perilaku mempunyai struktur sendiri. Dari sini aku tahu, ketika ingin mengubah sebuah perilaku. Aku harus mulai dengan menguraikan strukturnya dan menemukan komponen mana yang harus diganti atau istilahnya intervensi agar hasilnya sesuai kemauanku. Nah, system thinking adalah cara kita untuk melihat struktur dari suatu perilaku. Dengan berpikir secara sistem kita bisa membiasakan diri untuk struktur dari satu masalah. Apa saja unsur yang saling berkaitan, di sebelah mana tempat yang cocok untuk melakukan intervensi. Kenapa kita harus mengubah strukturnya? Aku mengambil analogi sampah di rumah. Karena tongnya kecil, setiap hari sampah menumpuk. Solusinya setiap hari aku harus membuang sampah tersebut. Setelah beberapa aku lelah juga jika tiap hari harus buang sampah keluar. Aku melihat polanya dan mempunyai ide untuk membeli kotak sampah yang lebih besar. Sehingga tidak harus membuang setiap hari. Ketika aku melihatnya dengan sistem. Aku menemukan bahwa ada beberapa unsur dalam sampah di rumahku. Pertama adalah sampah itu sendiri, kedua aku sebagai penghasilnya, ketiga tong sampahnya, keempat adalah titik penuh tong tersebut dan kelima waktunya. Setelah melihat struktur ini aku menemukan, bahwa untuk mengubah perilaku membuang sampah aku bisa melakukan intervensi di titik sampah itu dihasilkan. Sehingga pilihan yang aku hasilkan adalah mengurangi sampah yang dihasilkan dan membuatku tidak harus membuang sampah keluar lagi. Dari kejadian di atas bisa diidentifikasi. Tujuanku adalah agar tidak perlu membuang sampah, Ini adalah salah satu contoh sederhana dari system thinking dan penerapan causal loop diagram (CLD) untuk menyelesaikan masalah dalam kejadian sehari-sehari versiku. System thinking juga bisa diterapkan dalam hal-hal yang rumit seperti pembuatan kebijakan dan sudah dilakukan di luar negeri. Karena inti dari membuat kebijakan adalah untuk melakukan intervensi agar strategi yang dibuat berjalan sesuai dengan tujuan. Ketika kita tidak menguraikannya dulu dan langsung membuat intervensi. Hasilnya bisa saja intervensi tersebut sebenarnya tidak perlu atau malah memperburuk keadaan. Untuk contohku memang mudah, pikiranku cukup untuk membuat peta hubungan antara satu sama lain. Tapi ketika system thinking ini diterapkan dalam pembuatan kebijakan banyak sekali unsur yang saling terkait, selain itu diperlukan model dan simulasi untuk melihat seberapa sukses intervensi ini ketika diterapkan di dunia nyata. Inilah saatnya berpindah dan memodelkannya di komputer. Jadi ketika CLD ini disimulasikan dan dipertajam, model yang dibuat berubah menjadi flow diagram (FD) Seringkali orang-orang membuat model di komputer dan mencocokannya lalu disebut sebagai system dynamic. Padahal tidak hanya menggunakan komputer, tapi ada 4 unsur yang dimiliki oleh sebuah stock dan flow diagram (FD).
Perbedaan antara CLD dan FD adalah dengan CLD kita hanya bisa melihat hubungan satu sama lain, apa yang mempengaruhi apa. Sementara dengan FD kita sudah memiliki data dan membuatnya bisa disimulasikan. Simulasi membuat kita melihat apa efek yang ditimbulkan dari intervensi yang dilakukan. Di hari kedua kami belajar memakai aplikasi Vensim untuk membuat model FD. Akan tetapi karena aplikasi ini baru untuk semua orang, butuh waktu seharian untuk belajar memakainya. Aku yang lahir sebagai digital native dengan mudah mengerti cara menggunakan aplikasinya, tapi tidak semuanya begitu. Banyak juga yang kebingungan dan butuh waktu lebih lama. Ada juga yang baru ikut di hari kedua, sehingga tidak paham dengan konsep system thinking yang hari sebelumnya sudah diterangkan. Akibatnya ia bertanya terus-terusan dan sesi siang tidak menunjukan banyak progress. Di hari ketiga, kami belajar untuk menganalisa kebijakan dengan system dynamic. Ada beberapa model yang dibahas dan diuraikan oleh Pak Tasrif. Sayangnya sesi pagi hingga siang aku tidak ikut karena ada kelas lain. Tapi aku cukup paham materi yang diajarkan di sesi malam hari. Evaluasi untuk diriku sendiri, aku rasa akan lebih baik untukku fokus kepada system thinking untuk sekarang. Dengan dasar yang kuat, nantinya akan lebih mudah ketika melakukan pemodelan, tidak hanya itu… Dengan berlatih system thinking, aku yakin juga membantuku menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan lebih mudah. Seperti Pak Tasrif, ketika dia menjabarkan satu contoh dengan mudah dia bisa menemukan unsur-unsur pembuatnya dan menentukan titik mana yang cocok untuk dilakukan intervensi. Saranku jika nantinya diadakan kelas pemodelan untuk anak-anak dan remaja. Fokusnya tentang cara berpikirnya dulu, karena aku rasa untuk belajar menggunakan programnya tidak butuh waktu lama, tapi untuk mempunyai pemahaman tentang apa yang harus dilihat dan semacamnya itu yang lebih lama. Terakhir sebagai penutup. Kamis kemarin aku tidak ikut kelas pagi karena di waktu berbarengan ada kelas filsafat rutin. Minggu kemarin materinya tentang big data dan data science. Saat mendengar cerita dari Om Ismail Fahmi (Drone Emprit) yang hadir sebagai pembicara kelas filsafat. Di otakku langsung terpikir pasti bakal jadi alat yang sangat kuat jika data scientist juga menguasai system dynamic. Source yang banyak digabung dengan kemampuan untuk mengolahnya dan membuat sesuatu pasti akan menghasilkan perubahan besar. Terbayang olehku jika kedua hal itu diajarkan sejak kecil. Wah Indonesia pasti bakal sangat maju.
0 Comments
Di pertemuan ketiga ini, kembali ada dosen tamu yang berbagi cerita. Om Ismail Fahmi dari Drone Emprit bercerita tentang data scientist dan big data.
Aku tertarik sekali untuk ikut serta, karena sekarang data adalah salah satu hal penting di dunia. Selain itu aku juga tertarik untuk tahu lebih jauh terkait pekerjaan data scientist. Big data berdasarkan kelas kemarin adalah data dalam jumlah yang sangat-sangat banyak dan tersimpan dalam berbagai bentuk teks, angka, video, foto, suara etc. Di Kelas filsafat kemarin, cukup banyak hal baru yang dipelajari. Ada 3 topik yang diangkat, policy, demokrasi dan HAM.
Kelas kali ini menurutku lebih berat dibanding biasanya. Kalau biasanya kita hanya membicarakan 1 topik, kali ini langsung 3 hal yang dibahas dalam satu pertemuan. 3 topik yang diangkat merupakan hal yang sering sekali aku dengar, tapi aku tidak terlalu mengerti artinya. Kelas kali ini memperjelas gambaranku tentang ketiga hal diatas. Minggu lalu kami belajar tentang storytelling dengan Kak Wini, ini adalah pertemuan terakhir dari seri ketiga Kelas Filsafat.
Setiap narasumber memiliki cerita yang menarik. Kali ini aku belajar banyak tentang bagaimana kita bisa mempunyai kekuatan untuk menggerakan orang lain lewat cerita. Zaman sekarang semakin mudah menggerakan orang dengan storytelling, karena media sosial. Dulu zaman purba, setiap orang maksimal hanya bisa bercerita ke 150 orang, tapi sekarang melalui instagram story kita bisa melewati 150 dengan mudah. Instagram storyku saja viewnya bisa mencapai 400-500. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|