Two years ago I joined Young Birder of The Year 2018 for the first time in the Junior Category. I am very happy with the result so this year I decided to participate in Senior Category. I have registered for 3 modules, 2 major (field journal and community leadership) and 1 minor (photography).
My main focus for this year is my Community Leadership Project. I continue to organize a birdwatching for children (namely #AmatiJakarta or #ObservingJakarta, my community leadership project I initiated for YBY 2018). This year I decided to organize birdwatching to Rambut Island. The island is my favourite birding place in Jakarta. I have visited the island every year since 2014 with Jakarta Bird Walk community. Last year I came back to the island with my scout group. My friends were amazed with the wild life they encountered. We did beach clean-up afterward and we felt very upset seeing so many trash along the coast. Our effort did not seem to make any difference. I wonder where all those trash came from because Rambut island is uninhabited. For sure it washed away from the surrounding islands. I did some desk study and created a vlog to present the result and tell the story to the general public. I submitted the video for the Maritime Vlog Festival 2018 and won second place. I felt the urgency to go further beyond vlog. Hence through my community project I aimed to raise awareness of the richness of waterbirds in Rambut Island and influence people to reduce their waste that destroying the habitat of waterbirds. I put so much effort into the project. I spent almost two months to prepare and complete the project. As the consequence I did not have much time to do birding myself. I was so relief when the project is over with sound and safe. It was such a big responsibility for me. I learned so much life skill through out the project. I am so fortunate to have my mother as a mentor for the project as well as adult supervisor for the trips. I also received many supports from institutions and individuals that make this project possible. I prepared an online exhibition for public. The participants proudly share their experience and opinion to their family, relatives, and friend. I hope it spreads a conservation message. Don't miss the opportunity to visit the online exhibition here. Last Wednesday (19/02/2020) the American Birding Association has announced the results of the 2020 Young Birder of the Year program. View a complete list of the 2020 Young Birder of the Year Contest results here, including winners of each module.
0 Comments
Early in 2017 my mom told me about American Birding Association (ABA) Young Birder of the Year Contest and asked me if I want to join as my learning project. I decided to give a try because I want to try something new. I entered for junior category (10-13 yo) and decided to do three out of five modules: (i) field notebook, (ii) community leadership, and (iii) photography. The biggest challenge for me that make me think twice is the compulsory field notebook module. I usually keep birds checklist, share the bird pictures after my birding trip, and blog about the journey. But I do not keep a detail handwriting field notebook. In addition the field notebook needs to be written in English. But out of my expectation, I really enjoyed it, especially when we need to sketch the bird. I learnt a lot from Community Leadership Module. I organized bird walk to promote urban birdwatching to children of Jakarta age 9-16 years old. That was my first experience guiding a group. I actually felt quite nervous but the participants were very eager to learn and we had a great day. My mom helped me a lot in handling the group, she is an experienced children facilitator. My mom helps me a lot. I think 1/3 work I made for this contest is from my mom. I have difficulty to write in English, because my first language is Bahasa Indonesia and I rarely use English. I also get support from several experienced birder, such as Ady Kristanto, Imam Taufiqurrahman from Indonesia Bird Atlas, and Nuruliati Yuwono. I am really grateful for all people that help me trough out the process until I can finished this contest and submitted the following modules on October 14, 2017. Finally....after 4 months waiting, here comes the results. View a complete list of the 2018 Young Birder of the Year Contest results here, including winners of each module.
Field Notebook ModuleCommunity Leadership ModulePhotography ModuleMENGAMATI BURUNG DI KOTA BERSAMA ANAK-ANAK MELALUI #AMATIJAKARTAMikail Kaysan Leksmana & Shanty Syahril GARASI, Jakarta Timur 13940 Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia ke-4 Universitas Negeri Semarang, 8 Februari 2018 Abstrak#AmatiJakarta adalah inisiatif penulis untuk mengajak anak-anak usia 9-16 tahun yang tinggal di Jabodetabek mengamati burung-burung yang hidup di kota tempat tinggalnya. #AmatiJakarta muncul karena penulis telah merasakan asyiknya mengamati burung. Sayangnya selama empat tahun penulis aktif ikut pengamatan, jarang sekali bertemu anak-anak yang seumur dengan penulis. Ada dua jenis aktivitas yang dilakukan di bulan Juli s.d. September 2017, yaitu (i) pengamatan burung di taman/hutan kota pilihan penulis (4 lokasi), dan (ii) menemani anak yang mengajak pengamatan burung di sekitar rumahnya (3 lokasi). Promosi kegiatan dilakukan melalui media sosial. Penulis juga menyiapkan lembar aktivitas pengamatan dan board game untuk membantu peserta lebih mengenal burung yang diamati serta lebih akrab dengan sesama peserta. Secara keseluruhan aktivitas pertama diikuti oleh 12 anak. Ada dua anak yang telah mengikuti aktivitas pertama yang kemudian mengundang penulis untuk menemani pengamatan di sekitar rumahnya (aktivitas kedua). Tiga kali kegiatan pengamatan di sekitar rumah juga menambah peserta baru, karena pengundang mengajak lagi teman-temannya yang lain dan ada juga pengundang yang baru pertama kali pengamatan. Secara total inisiatif #AmatiJakarta ini telah menyentuh 20 anak usia 9-13 tahun. Sebagian besar peserta merespon positif inisiatif #AmatiJakarta. Penulis menerima permintaan dari peserta yang antusias untuk melanjutkan inisiatif #AmatiJakarta.
Kata Kunci: taman, rumah, board game, Mendung membayangi kami pengamatan burung pantai dan air di Pantai Marunda Sabtu (6/1/18) lalu. Semilir angin terasa menembus bajuku, mungkin karena mau hujan. Hari ini aku melakukan pengamatan pertama #AmatiJakarta. Karena bulan ini berbarengan dengan Asian Waterbird Census (AWC) maka aku memilih tempat yang dekat dengan laut dan air. Jam di screen HP sudah menunjukan pukul 07.00, tepat waktu yang kami jadwalkan, tetapi belum ada seorang pun peserta yang menampakan batang hidungnya. “Apakah ada yang ikut?, kok belum ada orang ya?” tanyaku dalam hati. Selama 3 hari pendaftaran dibuka memang hanya dua orang yang mengkonfirmasi untuk ikut. Satunya Farrel, yang memang rutin menjadi peserta pengamatan. Sementara yang satunya lagi masih baru, Sasa namanya. 10-15 menit berselang datanglah Farrel ditemani bapaknya dengan motor. Aku memutuskan untuk mulai duluan ditemani Farrel seorang. Toh yang satu lagi bisa sendiri jika jadi datang. Jalan menuju ujung pantai cukuplah bagus dan rindang. Pohon petai cina memayungi kami dari hujan rintik-rintik. Ceracau dari burung Bondol Peking, terdengar di kupingku. Kuajak Farrel untuk mencarinya di antara ilalang-ilalang setinggi lutut. Awalnya terlihat beberapa coklat-coklat di antara kehijauan. Lama kelamaan hijau tadi berganti menjadi kecoklatan. Sayang jaraknya yang jauh membuat kami tidak bisa memotretnya dengan jelas. Kami kembali melanjutkan jalan. Target utama kita hari ini adalah Cerek Jawa dan burung migran Dara Laut Sayap Putih yang saat pengamatan terakhirku di bulan November 2017. Hari ini baik Dara Laut maupun Cerek Jawa tidak menampakan paruhnya sedikit pun. Aku cukup mengerti kenapa Cerek Jawa tidak ada. Itu pasti karena alat berat yang entah sedang melakukan apa di dekat tempat biasa bermain burung tersebut. Ternyata butuh kesabaran untuk menemukan Dara Laut Sayap Putih. Mereka ada tapi tidak sebanyak November, dan angin yang kencang membuat mereka berterbangan kesana-kemari. Aku di sini merasa bersalah karena meninggalkan Farrel di tengah bebatuan sementara aku lanjut mengejar burung tersebut sampai ke tempat yang menjorok ke laut. Dari sana dan tempat Farrel sebenarnya tidak ada perbedaan, burungnya pun sama. Hanya saja burung yang lewat di tempatku lebih banyak. dan ada di Trinil Pantai yang berseliweran di sela bebatuan depanku. Setelah mencatat dan memotret dara laut yang teramati kami mencoba peruntungan terkait Cerek Jawa. Tapi bukannya burung yang kami dapatkan, melainkan peringatan dari satpam karena beberapa hari yang lalu baru saja tiga orang anak dari Rusun Marunda meninggal di dinding pembatas karena tersetrum listrik. Akhirnya karena kondisi yang tidak memungkinan juga waktu yang sudah siang kuputuskan untuk mengakhiri pengamatan, sekitar pukul 9.00. Total dari pengamatan hari ini kami melihat 14 burung, 4 diantaranya adalah burung air dan pantai. Sementara sisanya burung perkotaan yang umum ditemui di kota Jakarta. Ringkasan Hasil Pengamatan
Waktu: Sabtu, 6 Januari 2018, Pk. 07-09 WIB Tempat: Pantai Marunda (ujung BKT), Jakarta Utara Cuaca: Berawan dengan rintik halus, angin kencang Pengamat: 2 orang (Kaysan, Farrel)
Sabtu (8/7/17) adalah pengamatan pertama di agenda #AmatiJakarta lokasi tempat kami mengamati di Taman Selatan Monas. Hari luar biasa cerah dan aku sempat kaget karena Monas penuh polisi. Ternyata mereka sedang gladiresik Peringatan Hari Bhayangkara. Ada dua burung yang masuk dalam target yaitu Takur Ungkut-ungkut dan Jalak Suren. Aku juga sudah menyiapkan sebuah kejutan, yang menunggu di akhir rute pengamatan di Monas. Ini adalah pertama kalinya aku mengadakan pengamatan sendiri. Biasanya di JBW atau pengamatan lainnya aku hanya ikut sebagai peserta. Sebagai guide untuk teman-teman yang ikut, aku tidak bisa berlari mengejar-ngejar burung sementara anggotanya masih tertinggal di belakang bingung dimana burungnya. Selain itu aku juga harus berbicara dengan orang banyak, sementara biasanya tidak perlu karena aku tidak harus mengajari atau memandu siapapun. Pengamatan sambil menunggu peserta lainTepat pukul 7 pagi kami mulai pengamatan. Dari tujuh (7) calon peserta yang konfirmasi, baru dua yang datang. Mereka adalah Farel (11 tahun) dan Yosua (9 tahun). Farel ditinggal orangtuanya, sementara Tante Priska dan Om Widiyanto ikut pengamatan. Sambil menunggu peserta yang lain, kami mulai pengamatan di lapangan rumput luas tepat di depan gerbang utama kandang rusa. Ada lima (5) jenis burung yang datang. Pertama aku melihat seekor kutilang sedang mencari makan di rumput. Karena penampilan kutilang yang menarik aku mengajak mereka untuk mendekati burung tersebut. Tetapi karena terlalu bersemangat, burung tersebut takut dengan kami dan terbang. Setelah itu mendarat sepasang Jalak Suren, kali ini aku memberi peringatan agar berjalan dengan pelan dan tidak berisik. Berhasil! burung tersebut tidak lari ketika kami dekati. Akan tetapi kami bosan dan meninggalkan burung tersebut. Setelah itu datanglah para peserta yang lain. Ada Damar (12 tahun) dan ibunya, Tante Siska. Lalu Dimas (9 tahun) ditemani kakaknya, Mbak Dita. Ayah Damar ikut mengantar sebenarnya, tapi tidak ikut gabung pengamatan. Kemudian muncul Ziel (13 tahun) bersama kedua orangtuanya, tapi langsung pergi untuk urusan lain.
Hari ini adalah pengamatan pertama di agenda #AMATIJAKARTA lokasi tempat kami mengamati di Taman Selatan Monas. Ada dua burung yang masuk dalam target yaitu Takur Ungkut-ungkut dan Jalak Suren. Aku juga mengharapkan kejutan dari Monas. Ini adalah pertama kalinya aku mengadakan pengamatan sendiri. Biasanya di JBW atau pengamatan lainnya aku hanya ikut sebagai peserta. Sebagai guide untuk anak-anak yang ikut aku tidak bisa berlari mengejar-ngejar burung sementara anggotanya masih tertinggal di belakang bingung dimana burungnya. Selain itu aku juga harus berbicara dengan orang banyak, sementara biasanya tidak perlu karena aku tidak harus mengajari atau memandu siapapun. Pukul 7 pagi kami mulai pengamatan. Dari 7 yang konfirmasi baru dua yang datang, mereka adalah Farel dan Joshua. Sambil menunggu yang lain kami hanya pengamatan di depan kandang rusa. Tidak banyak burung yang datang hanya 5 jenis. Aku melihat seekor kutilang sedang mencari makan di rumput. Karena penampilan kutilang yang menarik aku mengajak mereka untuk mendekati burung tersebut. Tetapi karena terlalu bersemangat, burung tersebut takut dengan kami dan terbang. Setelah itu mendarat sepasang Jalak Suren, kali ini aku memberi peringatan agar berjalan dengan pelan dan tidak berisik. Berhasil! burung tersebut tidak lari ketika kami dekati. Akan tetapi kami bosan dan meninggalkan burung tersebut. Setelah itu datanglah para peserta yang lain ada Damar dan ibunya, Dimas dan kakaknya dan Ziel sendirian. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|