Sabtu pagi (1/6) aku bersama ibu, Kak Noni, Kak Aron dan Om Dedy Istanto melakukan pengamatan burung laut di Teluk Jakarta. Pengamatan ini berbeda dengan biasanya, karena fokus utamanya adalah menghitung jumlah cikalang yang melakukan aktivitas di Teluk Jakarta.
Ini kali kedua aku melakukan pengamatan cikalang di Teluk Jakarta. Yang mengajakku pengamatan pertama kali di tempat ini adalah Kak Khaleb Yordan, 4 November 2015. Waktu itu kami berhasil mendapatkan ketiga jenis cikalang yang ada. Cikalang Christmas, Cikalang Kecil dan Cikalang Besar. Tanpa Kak Khaleb aku agak ragu bisa membedakan ketiganya karena mirip-mirip.
0 Comments
Minggu (16/04/17) pukul 06.30 pagi kami sudah bersiap kembali pergi ke Pulau Rambut untuk kegiatan Jakarta Bird Walk (JBW) hari kedua. Cuaca mendung, hujan rintik-rintik sempat turun. Untungnya hujan tidak lama mereda. Walaupun langit masih tetap mendung tetapi enam anak-anak peserta JBW Pulau Rambut tahun ini tetap semangat untuk pengamatan.
Walaupun sudah dua kali ke Pulau Rambut aku belum pernah menemukan Ibis Rokoroko. Sehingga ketika mendengar bahwa kelompok yang kemarin menyusuri sisi barat berhasil melihat ibis, langsung aku putuskan untuk ikut kelompok yang ke barat hari ini. Untuk yang belum tahu, Ibis Rokoroko adalah burung berukuran besar, berwarna coklat, paruhnya panjang melengkung dan dari yang aku amati ia selalu terbang berkelompok.
Dua ekor Kadalan Birah sudah terlihat di kejauhan. Tampaknya akan lebih banyak lagi kejutan sepanjang perjalanan. Trek yang masih becek sisa hujan semalam tidak mengoyahkan niatku untuk mendapat foto luntur. Cukup jauh kami berjalan tidak juga terlihat paruh dari sang luntur, beberapa kali terdengar sahutan membalas pancingan yang kami putar, tetapi burung ini tetap tidak mendekat. Sempat putus asa dan kami pun balik ke arah tadi datang, dan semua mulai berdatangan.
Suara semakin kencang, dan tiba-tiba tanpa suara sedikit pun burung tersebut meluncur hinggap di pohon yang terdapat sangat dekat dengan kami, sebentar saja burung tersebut kembali masuk ke dalam hutan. Kami sangat optimis burung tersebut akan kembali keluar maka dengan sabar kami menunggu ditemani nasi jagung yang sudah dibawa Hilmi dari rumah. Aku penasaran dengan rasa nasi jagung dan ternyata rasanya enak banget! Semua lauk yang ada di dalamnya rasanya pas dan membuat nasinya jadi super lezat. “Ayo Kay, besok hari selasa (17/01/17) kita ke Darungan, cari Seriwang Jepang,” kata Mas Swiss.
“Kenapa dibela-belain sampe pergi ke Darungan Mas Swiss? Cuman buat nyari satu burung,” tanyaku dengan penasaran. “Iya, burungnya ini catatan pertama untuk daerah Jawa Timur, siapa tahu kita bisa dapat fotonya,” jawab Mas Swiss. “Wah pasti seru banget nyari, aku bisa jadi salah satu yang pertama ngeliat di Jawa Timur, selain itu juga bisa ketemu banyak burung yang lain,” seruku dalam hati. Ranu Darungan yang berada di kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru) ini memakan waktu 4 jam perjalanan dari Kota Batu. Berangkat dari Malang sekitar pukul 15.00 kami sampai di sana pukul 19.00. Di saat kami hampir sampai, ada batang pohon yang tumbang dan perbaikan jalan yang membuat kami harus memutar jalan. Kami menginap di “RESORT RANU DARUNGAN,” jangan dipikir resort yang mirip hotel, resort yang ini adalah kantor Taman Nasional untuk kawasan Ranu Darungan. Ada beberapa kakak dari UMM (Universitas Muhamadiyah Malang) yang sedang kuliah lapangan, mereka tidur di rumah penduduk dekat resort. Selain itu ada juga Mas Ibunk, penjaga TNBTS juga tapi di daerah Coban Trisulo dan Mas Happy. Aku pertama kali bertemu dengan keduanya di Merapi Birdwatching Competition. Mas Happy bela-belain datang dari Surabaya untuk mencari Seriwang Jepang. Mas Ibunk dan Mas Happy sudah melihat burung itu kemarin, tetapi karena kami datang maka mereka memutuskan tinggal dua hari lagi. Melihat banyaknya orang yang datang, aku jadi makin penasaran dengan burung ini. Pak Tony, dialah yang membuat semua orang secepat mungkin datang ke Ranu Darungan. Ia berhasil mendapatkan foto burung tersebut dan menguploadnya di facebook pada tanggal 13 Januari 2017. Pada tanggal 4-5 Februari 2016 aku mengikuti Konferensi Peneliti & Pemerhati Burung di Indonesia ke 2 yang berlangsung di Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Di konferensi aku presentasi tentang Pengamatan Burung di Dukuh Banjarharjo 1. Selama konferensi aku tinggal di basecamp KBP Bionic. Usai konferensi, aku diajak kakak-kakak mengamati burung di Taman Nasional Gunung Merapi pada tanggal 6-7 Februari 2016. Aku bersama 12 orang lainnya menginap di Resort Tlogo Nirmolo, Merapi. Kami sampai di sana sekitar pukul 16.00 WIB dan langsung pengamatan. Info dari Mas Irwan penjaga Taman Nasional Gn Merapi, 5 menit yang lalu baru saja ditemukan Anis Hutan. Kami pun langsung buru-buru pergi ke tempat yang dimaksud, karena takut burungnya sudah pergi. Ternyata burung tersebut masih ada dan sedang asyik difoto oleh beberapa orang.
Setelah itu kami mengobrol ternyata di daerah Plawangan tadi ada burung Uncal Loreng yang sedang bersarang, lokasinya sangat mudah dicapai tetapi karena sudah malam kita merencanakan untuk besok pagi mengamati di daerah Plawangan. Malam harinya ada pengamatan malam, tetapi aku sudah terlalu lelah sehingga sudah tertidur dari pukul 21.00 WIB. Sementara pengamatan malam dilakukan pukul 22.00 WIB. Keesokan paginya kami kembali mencari Anis Hutan, karena kemarin belum mendapatkan foto yang bagus. Baru saja keluar, aku, Mas Imam, dan Mas Irwan disambut oleh gerombolan Perling Kumbang dan Perling Kecil. Di tengah-tengah gerombolan ada satu burung yang berbeda, karena memiliki jambul dan bercak putih di pipi, setelah ditanyakan ke Mas Imam nama burung tersebut adalah Raja-perling Sulawesi, walaupun burung ini endemik Sulawesi tetapi ada di Merapi. Ini diduga burung yang lepas dari sangkar seseorang. Dari situ kami pergi kembali ke air terjun untuk melihat apakah ada Meninting Besar. Belum sampai air terjun kami sudah ditelpon Kak Sigit karena ada sepasang Meninting Kecil di bawah, saat sampai di bawah menintingnya sudah pergi. Kami pun jalan-jalan berkeliling parkiran, ada burung datang. Warnanya abu-abu dengan kepala berwarna kuning, menurut Mas Imam itu adalah Kicuit Batu yang terkadang muncul di Merapi. Setelah pengamatan di Tlogo Nirmolo, sekitar pukul 10.00 WIB kami pergi untuk pengamatan di Goa Jepang. Setiap dua tahun sekali ada lomba pengamatan burung (birdrace) di Goa Jepang, rencananya tahun ini diadakan juga. Kami berjalan ke atas tetapi sayang tidak terlalu banyak burung yang ditemui. Setelah spotting di tempat terjauh yang bisa dicapai, kami mendapat lumayan banyak, Sepertinya dengan spotting burung lebih banyak yang teramati. Pada pengamatan kali ini aku mencari Walik Kepala Ungu, Sebelumnya aku sudah tiga kali pergi ke Goa Jepang tapi belum sekalipun aku bertemu dengan burung yang satu ini. Tetapi akhirnya di tengah hujan besar burung itu sempat tengger sebentar setelah itu terbang menuju hutan. Kami selesai pengamatan sekitar pukul 13.00 WIB, beberapa kakak lanjut pergi untuk mengikuti acara birdbanding, sisanya pulang ke rumah masing-masing. Total kami menemukan 55 jenis burung, aku juga menemukan 16 jenis yang baru aku lihat alias lifer. Terima kasih untuk Mas Imam yang sudah nemenin Kaysan ke Merapi, dan terima kasih untuk semua kakak-kakak yang nemenin dan bantuin Kaysan selama di Jogja. Big Year adalah sebutan untuk catatan setiap jenis burung yang ditemui dalam setahun. Kak Eci adalah orang yang mengajakku untuk mulai mencatat burung yang terlihat. Walaupun mulai mengamati secara rutin sejak 2013, tetapi aku belum mempunyai inisiatif untuk mencatat. Aku mulai semangat setelah di 2014 aku melihat banyak burung, dan jika tidak dicatat maka akan lupa. Jadi aku memutuskan untuk membuat resolusi untuk membuat Big Year 2015 sekaligus lifelist. Apalagi dapat tantangan juga dari Om Ady Kristanto untuk membuat Big Year 2015. Target awalku untuk Big Year 2015 hanya melihat sebanyak-banyaknya burung, maka pencatatan big year pun dimulai. Selain dicatat aku juga mulai belajar untuk mendokumentasikan dengan kamera, untuk tulisan tentang kamera ada di di sini. Kameralah yang membuatku sangat semangat untuk mencari burung. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|