Perjalanan ke SM Pulau RambutTaksi menjadi pilihan untuk mengantar kami ke meeting point di Terminal Kalideres. Di dalam taksi juga ada Isham dan ibunya Tante Lieza yang sudah datang dari Bandung hari sebelumnya dan bermalam di rumah kami. Tante Lieza adalah teman kuliah ibuku. Ia diajak oleh ibu karena Isham senang dengan acara TV tentang binatang dan alam. Kami datang lebih cepat 15 menit dari seharusnya, dan bisa ditebak tidak ada satupun kakak mahasiswa yang sudah datang, Pukul 07.00 Chaska dan Om Etang datang, diikuti Kak Rahmat, dan Yudhis, berselang sekitar 5 menit kemudian. Kakak mahasiswa juga mulai berdatangan, ada dari UI, UIN, Untirta, dan Kak Bilal satu-satunya dari UNAS yang jadi koordinator ke Pulau Rambut kali ini. Selain itu ada Tante Yulia yang juga diajak ibu, datang bersama Om Zulbe, dan adek A yang baru berusia 2 tahun 3 bulan. Setelah hampir 1 jam menunggu dan lebih dari setengah peserta datang, ada sebuah kejutan. Muncul seorang anak perempuan bersama bapaknya yang belum aku kenal. Kenapa aku kaget? Karena selama dua kali ikut JBW ke Pulau Rambut (2015 dan 2016), hanya pernah ada satu anak yang ikut di tahun 2016. Itu pun karena kakaknya juga pengamat burung, Sementara ini tampaknya orang umum. Namanya Taci, ia datang ditemani bapaknya, Om Rida. Ternyata bulan lalu ia ikut JBW di Taman Langsat, sehingga tahu info acara JBW Pulau Rambut. Bus sewaan yang membawa kami dari Terminal Kalideres ke Tanjung Pasir tahun ini tidak seperti tahun lalu. Tahun lalu supirnya ngebut banget, setiap kali dia rem mendadak rasanya kita akan terlempar ke depan. Tahun ini supirnya menyetir dengan santai, terasa lebih aman. Walaupun sebenarnya lebih asyik yang tahun lalu :-) Pengarahan dan pembagian kelompokKami sampai di SM Pulau Rambut sekitar pukul 11.00, perjalanan cukup lancar walaupun kapal sewaan sempat mati mesin di tengah laut sekitar 10 menit. Kedatangan kami disambut seekor Kuntul Kecil yang hinggap di bebatuan dekat dermaga. Tampaknya ia sedang kesakitan sehingga tidak takut dengan para pengamat yang berada di dekatnya. Kami langsung heboh mengabadikan burung tersebut. Setelah mengambil foto yang cukup bagus, Kak Rahmat memintaku untuk memotretnya dengan burung tersebut. Hasilnya cukup bagus walaupun setelah itu sang burung langsung pergi. Semua peserta mendapat pengarahan dari Pak Tanton, Petugas BKSDA SM Pulau Rambut. Kemudian kami dibagi menjadi tiga kelompok jalur pengamatan berikut ini:
Pengamatan jalur timurPada jadwal pengamatan untuk sore ini aku kebagian ke arah timur, kata Kak Rahmat yang sering kesana banyak sarang yang bisa teramati. Selain itu kadang kita bisa melihat anak Pecuk-padi Hitam di sarang yang lehernya tersangkut tali rafia dan mati mengenaskan. Sekitar 13 orang ikut di dalam kelompok kami, termasuk Taci dan Yudhis. Dua ekor Kuntul Karang sudah melintas saat baru saja meninggalkan dermaga, setelah itu muncul secara berurutan Layang-layang Batu, Pecuk-padi Hitam, Pecuk Ular Asia, Kuntul Kecil, Bangau Bluwok dan Gajahan Pengala. Semakin ke timur, semakin banyak yang lewat. Sayangnya jumlah yang semakin banyak tidak diikuti dengan jenisnya. Tetap Pecuk-padi Hitam mendominasi, menurut catatan kelompok kami lebih dari 70 ekor teramati selama pengamatan. Dari satu pohon saja aku bisa melihat 3-4 ekor. Selain itu juga terlihat cukup banyak Kuntul Kecil dan Cangak Abu yang bolak-balik. Kami hampir saja pulang karena daratan di depan kami sudah digenangi air, untungnya ada jalan yang kering walaupun harus masuk ke sebelah dalam. Setelah melewati air burung yang tersisa masih sama, kami pun memutuskan untuk menunggu sebentar. Ternyata keputusan kami tidak sia-sia, seekor Raja-udang Biru terbang dengan cepat ke arah pohon bakau. Aku langsung mengejarnya walaupun disekeliling bakau sudah tidak ada pasir. Alhamdulillah aku berhasil mendapatkan fotonya walaupun hasilnya sangat jelek, dan kecil. Pukul 15.00 kami langsung balik karena tidak ingin kena air pasang, dan terjebak disana. Ternyata kami adalah kelompok pertama yang sampai, hanya ada Kak Rahmat yang tidak ikut pengamatan sore. Di dermaga kembali aku melihat seekor kuntul kecil yang mudah untuk difoto. Pengamatan hari ini kelompokku berhasil mendapatkan 18 jenis burung, namun aku masih belum melihat Ibis Roko-roko yang dilihat oleh kelompok jalur barat. Semoga besok aku bisa ke jalur barat dan mendapatkan fotonya. Bermalam di Pulau Untung JawaKami meninggalkan Pulau Rambut menuju Pulau Untung Jawa untuk bermalam di Penginapan BKSDA yang terletak di sisi barat. Begitu sampai aku dan Yudhis yang kehabisan minum langsung memesan kelapa muda. Sambil menunggu matahari terbenam kami menyusuri hutan magrove di depan penginapan. Begitu kembali, makan malam ikan bakar yang dipesan Tante Lieza sudah menunggu.
Hari ini ditutup dengan diskusi hasil pengamatan, yang dilanjutkan dengan bermain werewolves dimoderatori Kak Furqon dari UI sampai larut malam. Ini permainan werewolves terseru yang pernah aku ikuti, moderatornya super asik. Yudhis yang biasanya jadi moderator kalau main dengan teman-teman OASE, kali ini senang bisa ikut main.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|