Selama ini aku hanya tahu rempah sebagai bumbu masakan dan penyebab para penjajah ke Indonesia. Tapi setelah ikut serta dalam kegiatan ini aku jadi tahu lebih banyak cerita tentang lada baik di masa sekarang maupun zaman dulu.
Selain itu, Foto-foto yang kutemui sepanjang kegiatan membuatku bertanya-tanya dani ni juga meningkatkan rasa penasaranku akan cerita-cerita dibalik rempah yang ada. Kelas ini bagaikan kunci harta karun buatku. Isi petinya adalah berbagai cerita tentang sejarah rempah-rempah yang ada. Aku berharap semoga ada lagi kelas seperti ini karena baru 8 rempah yang kita telusuri ceritanya. Masih banyak rempah lain yang aku yakin pasti memiliki ceritanya sendiri. Aku jujur kagum setelah mendengarkan ceritanya, karena tidak terbayang olehku sebuah bumbu bisa memiliki peran yang begitu penting, bahkan hingga menggerakan seluruh dunia. Tanpa rempah mungkin tidak ditemukan benua baru atau bahkan Indonesia tidak bersatu… Oh iya terakhir, pesan yang aku tangkap dari cerita ini adalah untuk untuk tidak mempercayai mitos dan tidak rakus. Karena kerakusan VOC, banyak orang yang menjadi budak. Baik penduduk lokal maupun orang Belanda yang mencari peruntungan di Pulau Banda. Karena kerakusan pula petani-petani Cengkeh menjadi miskin. BPPC yang dibuat oleh anak Soeharto membuat seluruh Cengkeh harus dijual ke sana dengan harga yang sudah ditentukan. Akibatnya para petani menjadi kesulitan uang, padahal sebelumnya setelah panen, petani cengkeh bisa membeli karena harga jualnya yang sangat tinggi…
0 Comments
Kakak-kakak dari Jaladwara memberikan kami tugas terakhir untuk membuat karya bedasarkan rempah yang kami temui selama petualangan kemarin. Ada 6 rempah yang kami temui. Selama perjalanan kemarin 1. Pala Walaupun ada 6 pilihan yang tersedia aku tidak bisa memilih yang kemarin sudah kuriset. Sehingga andaliman dan cengkeh ku keluarkan dari daftar.
Akhirnya dari keempat yang tersisa aku memilih lada sebagai dasar karyaku. Ada dua alasan aku memilih lada dibanding yang lain. Pertama karena aku sama sekali tidak tahu seperti apa bentuk pohon lada, padahal aku sering kali menemuinya di berbagai bentuk masakan. Aku jadi penasaran dengan rempah ini, bagaimana sih bentuknya dan fakta-fakta terkait dirinya. Yang kedua adalah agar lebih mudah mencari data-data untuk bahan karyaku. Logikaku rempah yang lebih populer tentu memiliki catatan dan info lebih banyak. Jadi ketika aku menetapkan untuk membuat infografis aku mencari yang datanya paling banyak. Aku jadi punya lebih banyak pilihan untuk ditaruh di infografisku. Aku bisa memilih tidak hanya menampilkan fakta yang ada. Menurutku keputusanku kali ini tepat, karena aku puas dengan infografis dan hasil riset yang kutemukan… sesuai perkiraanku. Tugas untuk minggu berbeda dengan sebelumnya. Kalau tugas pertama kami mengerjakannya sendiri-sendiri, kali ini tugas dikerjakan secara berkelompok. Masih sama seperti kemarin kami mendapat tugas untuk membuat mindmap tentang rempah yang dipilih. Minggu ini kami mendapat pilihan antara meriset Kemenyan atau Cengkeh. Kelompokku yang beranggotakan Raka, Tsabita dan aku sendiri memilih Cengkeh sebagai target riset. Raka berperan sebagai ketua sementara aku dan Bita menjadi anggota. Setiap orang meriset satu pertanyaan dari 3 daftar pertanyaan yang sudah ditentukan oleh kakak mentor. 1. Sebaran lokasi Cengkeh Ada yang berbeda dari kelas kali ini. Sebelum mulai kakak-kakak mentor membuat kegiatan untuk menebak mana fakta yang hoaks. Jadi aku bersama yang lain diharuskan membawa selembar kertas berisi fakta-fakta tentang diriku. Dari tiga fakta yang disiapkan, salah satunya haruslah tidak benar alias hoax.
Peserta yang lain bertugas untuk menebak kira-kira mana yang hoax. Kegiatan ini seru ketika kita tidak mengenal siapa yang harus ditebak, tapi ketika kita sudah kenal lebih mudah untuk menerka mana yang hoax. Harapannya kita lebih kenal dengan teman yang lain, tapi sebenarnya sekarang saat aku nulis ini sudah setengah-setengah lupa. Sistem permainan masih sama dengan yang pertama. Gambarnya saja yang berbeda. Kali ini gambar pertama adalah sebuah foto berisi bapak-bapak sedang meyadap pohon. Senin kemarin (10/8/2020) aku ikut serta dalam “Kelas Mahir RGB” yang diselenggarakan oleh Jaladwara. Kelas ini adalah lanjutan dari kelas VTS sebelumnya.
Kalau sebelumnya setiap kelas yang diselenggarakan memiliki tema sendiri-sendiri kalau sekarang ada empat rangkaian pertemuan dengan tema yang sama, jadi kelasnya lebih panjang dan lebih seru. Harapanku sebenarnya ada sesuatu yang baru saat kelasnya sedang berjalan, tapi sayangnya belum terkabul. Kami semua masih sama seperti sebelum-sebelumnya mengamati dan mendiskusikan foto yang ada, tapi seperti ini aja sudah menyenangkan sih buatku. VTS adalah sesuatu yang baru buatku, aku bingung dan penasaran apasih VTS itu sehingga 2 bulan lalu ketika ditawari untuk ikut serta dalam kelas VTS yang dibuat Jaladwara aku dengan cepat mengiyakan. Selain itu aku juga butuh kegiatan untuk mengisi waktu luangku selama terkurung di rumah. Kalau menurut google inilah definisi VTS: Visual Thinking Strategies (VTS) is a teaching method that improves critical thinking skills through teacher-facilitated discussions of visual images. Jadi kita melatih kemampuan berpikir kritis kita dengan cara mendiskusikan sebuah gambar dibantu dengan fasilitator. Yang aku rasakan ketika ikut dalam sesi pertama tidak jauh berbeda dari definisi di google. Gambar-gambar yang dimunculkan sebenarnya tidak khusus tapi fasilitator yang membuat gambar ini menarik dan memunculkan pertanyaan dari kepalaku. Di kelas tidak ada aturan benar salah, semua pernyataan boleh dikemukakan asal ada dasarnya. Jadi, bisa saja walaupun gambar yang dimunculkan hanya 2 orang anak dengan tali pembatas di depannya dan rambut yang ditiup angin. Kita katakan anak ini sedang di pelabuhan menunggu kapal. Pernyataan ini dasarnya karena biasanya angin di pelabuhan sangat kencang hingga membuat rambut terangkat dan tali pembatas seperti tali kapal di pinggir dermaga. Menariknya dari kelas ini adalah orang lain yang ikut. Sehingga kita bisa melihat dari perpektif lain yang kadang menarik juga didengarkan. Gambar diatas tadi kalau menurut peserta lain lebih mirip seperti mereka sedang menonton acara pesawat terbang. Karena anginnya seperti kencang sekali, jauh lebih kencang daripada angin di pelabuhan.
Tidak ada yang salah dan semuanya menarik, dengan mendengarkan pendapat lain seperti membuat pandanganku untuk satu gambar jadi lebih luas. Selain mendengarkan orang lain tentu saja yang lebih menarik adalah berpendapat. Aku selama mengikuti kelas ini seperti selalu penasaran dengan berbagai hal yang ada di dalam satu gambar. Ini membuat banyak pertanyaan dan opini yang muncul. Rasanya seperti detektif! Kami menyisir setiap petunjuk yang ada di satu gambar lalu dengan petunjuk-petunjuk yang ada di gambar, aku merangkainya menjadi satu kesimpulan. Aku merasa seperti Holmes tanpa harus keluar rumah karena kasusnya yang harus kupecahkan ada di depan layarku.Ini yang membuatku ketagihan ikut lagi dan lagi hingga tak terasa aku telah berpartisipasi dalam 6 pertemuan. Setiap pertemuan ada kasus berbeda yang menunggu untuk aku pecahkan. Aku rasa keseruanku saat mengikuti kelas VTS harus dirasakan sendiri dengan menjadi salah satu detektif dan ikut serta dalam kelasnya, banyak kasus lain yang pasti menunggu untuk dipecahkan :D |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|