Dari kelas minggu ini aku belajar tentang cara memandang sebuah masalah. Masalah itu bisa dibagi kedalam dua tipe yaitu Antroposentris dan Ecosentris. Dengan ini kita bisa mengklasifikasikan masalah yang dihadapi.
Seperti Corona contohnya kalau menurutku ini adalah ecosentrisme, jadi bukan hanya manusia tapi alam juga ada andil sama besarnya dengan manusia. Sementara untuk kasus seperti parwisata adalah antroposentrisme karena berhubungan dengan hawa nafsu yang dimiliki manusia. Selain itu aku belajar tentang substansi. Jadi ketika melihat masalah kita bisa membagi2nya. Dengan cara ini kita bisa menguraikan masalah dan melihatnya dengan lebih jelas. Kalau aku simpulkan jadi filsafat ini seperti melatih cara kita berpikir ya. Dengan seperti ini kayak lebih mudah memahami masalah-masalah yang ada.
0 Comments
Minggu ini aku belajar untuk mengaplikasikan cara berpikir dari 3 filosof. Buku yang ku bedah dengan cara ini berjudul “Tourism” oleh Pamela Nowicka
Melalui buku ini pengarang bercerita tentang pariwisata masif. Dampaknya, siapa yang terlibat dan sisi kelamnya. Setelah satu minggu membaca, memahami dan menuyusunnya, hari Sabtu (15/8/2020) saatnya aku bercerita ulang kepada teman-teman yang lain. Turisme/pariwisata yang selama ini dekat dengan hal positif ternyata memiliki sisi kelam… Dampak dari turisme secara masif menyasar ke semua sisi. Ekologi, sosial dan ekonomi. Pembangunan hotel secara masif yang berdampak pada habisnya sumber daya di sekitar adalah contoh dari kerusakan dari sisi ekologi. Dari sisi sosial contohnya adalah tempat tinggal karyawan hotel yang tidak layak huni, gaji yang sangat minim dan keharusan untuk bersikap ramah di setiap waktu. Selain itu juga terjadi penggusuran terhadap warga oleh pemerintahnya sendiri demi pembangunan tempat wisiata ekslusif Terkahir fakta bahwa ternyata hanya sedikit sekali keuntungan dari sisi ekonomi yang didapat karena berbagai pihak yang terlibat di dalam berasal dari perusahaan multinasional. Sehingga uang yang dihabiskan di satu negara itu kembali keluar atau biasa disebut leakage. Kakak-kakak dari Jaladwara memberikan kami tugas terakhir untuk membuat karya bedasarkan rempah yang kami temui selama petualangan kemarin. Ada 6 rempah yang kami temui. Selama perjalanan kemarin 1. Pala Walaupun ada 6 pilihan yang tersedia aku tidak bisa memilih yang kemarin sudah kuriset. Sehingga andaliman dan cengkeh ku keluarkan dari daftar.
Akhirnya dari keempat yang tersisa aku memilih lada sebagai dasar karyaku. Ada dua alasan aku memilih lada dibanding yang lain. Pertama karena aku sama sekali tidak tahu seperti apa bentuk pohon lada, padahal aku sering kali menemuinya di berbagai bentuk masakan. Aku jadi penasaran dengan rempah ini, bagaimana sih bentuknya dan fakta-fakta terkait dirinya. Yang kedua adalah agar lebih mudah mencari data-data untuk bahan karyaku. Logikaku rempah yang lebih populer tentu memiliki catatan dan info lebih banyak. Jadi ketika aku menetapkan untuk membuat infografis aku mencari yang datanya paling banyak. Aku jadi punya lebih banyak pilihan untuk ditaruh di infografisku. Aku bisa memilih tidak hanya menampilkan fakta yang ada. Menurutku keputusanku kali ini tepat, karena aku puas dengan infografis dan hasil riset yang kutemukan… sesuai perkiraanku. Tugas untuk minggu berbeda dengan sebelumnya. Kalau tugas pertama kami mengerjakannya sendiri-sendiri, kali ini tugas dikerjakan secara berkelompok. Masih sama seperti kemarin kami mendapat tugas untuk membuat mindmap tentang rempah yang dipilih. Minggu ini kami mendapat pilihan antara meriset Kemenyan atau Cengkeh. Kelompokku yang beranggotakan Raka, Tsabita dan aku sendiri memilih Cengkeh sebagai target riset. Raka berperan sebagai ketua sementara aku dan Bita menjadi anggota. Setiap orang meriset satu pertanyaan dari 3 daftar pertanyaan yang sudah ditentukan oleh kakak mentor. 1. Sebaran lokasi Cengkeh Ada yang berbeda dari kelas kali ini. Sebelum mulai kakak-kakak mentor membuat kegiatan untuk menebak mana fakta yang hoaks. Jadi aku bersama yang lain diharuskan membawa selembar kertas berisi fakta-fakta tentang diriku. Dari tiga fakta yang disiapkan, salah satunya haruslah tidak benar alias hoax.
Peserta yang lain bertugas untuk menebak kira-kira mana yang hoax. Kegiatan ini seru ketika kita tidak mengenal siapa yang harus ditebak, tapi ketika kita sudah kenal lebih mudah untuk menerka mana yang hoax. Harapannya kita lebih kenal dengan teman yang lain, tapi sebenarnya sekarang saat aku nulis ini sudah setengah-setengah lupa. Sistem permainan masih sama dengan yang pertama. Gambarnya saja yang berbeda. Kali ini gambar pertama adalah sebuah foto berisi bapak-bapak sedang meyadap pohon. Senin kemarin (10/8/2020) aku ikut serta dalam “Kelas Mahir RGB” yang diselenggarakan oleh Jaladwara. Kelas ini adalah lanjutan dari kelas VTS sebelumnya.
Kalau sebelumnya setiap kelas yang diselenggarakan memiliki tema sendiri-sendiri kalau sekarang ada empat rangkaian pertemuan dengan tema yang sama, jadi kelasnya lebih panjang dan lebih seru. Harapanku sebenarnya ada sesuatu yang baru saat kelasnya sedang berjalan, tapi sayangnya belum terkabul. Kami semua masih sama seperti sebelum-sebelumnya mengamati dan mendiskusikan foto yang ada, tapi seperti ini aja sudah menyenangkan sih buatku. Tiga anak kecil Puisi ini kalau menurutku masuk puisi sosial dan kemanusiaan. Kalau yang aku tangkap ini bercerita tentang perasaan sedih terhadap korban yang terbunuh saat berdemo.
tanah mestinya di bagi-bagi Puisi ini menurutku bertema tentang kemanusiaan, keadilan serta kesejahteraan. Melalui puisi ini aku menangkap Wiji Thukul ingin mengungkapkan keresahan serta perasaan sedihnya dengan kondisi yang terjadi saat itu. Mungkin ia ingin menyampaikan ke pemimpin atau orang yang dapat membuat perubahan agar muncul keadilan untuk semua orang, tidak hanya sebagian.
VTS adalah sesuatu yang baru buatku, aku bingung dan penasaran apasih VTS itu sehingga 2 bulan lalu ketika ditawari untuk ikut serta dalam kelas VTS yang dibuat Jaladwara aku dengan cepat mengiyakan. Selain itu aku juga butuh kegiatan untuk mengisi waktu luangku selama terkurung di rumah. Kalau menurut google inilah definisi VTS: Visual Thinking Strategies (VTS) is a teaching method that improves critical thinking skills through teacher-facilitated discussions of visual images. Jadi kita melatih kemampuan berpikir kritis kita dengan cara mendiskusikan sebuah gambar dibantu dengan fasilitator. Yang aku rasakan ketika ikut dalam sesi pertama tidak jauh berbeda dari definisi di google. Gambar-gambar yang dimunculkan sebenarnya tidak khusus tapi fasilitator yang membuat gambar ini menarik dan memunculkan pertanyaan dari kepalaku. Di kelas tidak ada aturan benar salah, semua pernyataan boleh dikemukakan asal ada dasarnya. Jadi, bisa saja walaupun gambar yang dimunculkan hanya 2 orang anak dengan tali pembatas di depannya dan rambut yang ditiup angin. Kita katakan anak ini sedang di pelabuhan menunggu kapal. Pernyataan ini dasarnya karena biasanya angin di pelabuhan sangat kencang hingga membuat rambut terangkat dan tali pembatas seperti tali kapal di pinggir dermaga. Menariknya dari kelas ini adalah orang lain yang ikut. Sehingga kita bisa melihat dari perpektif lain yang kadang menarik juga didengarkan. Gambar diatas tadi kalau menurut peserta lain lebih mirip seperti mereka sedang menonton acara pesawat terbang. Karena anginnya seperti kencang sekali, jauh lebih kencang daripada angin di pelabuhan.
Tidak ada yang salah dan semuanya menarik, dengan mendengarkan pendapat lain seperti membuat pandanganku untuk satu gambar jadi lebih luas. Selain mendengarkan orang lain tentu saja yang lebih menarik adalah berpendapat. Aku selama mengikuti kelas ini seperti selalu penasaran dengan berbagai hal yang ada di dalam satu gambar. Ini membuat banyak pertanyaan dan opini yang muncul. Rasanya seperti detektif! Kami menyisir setiap petunjuk yang ada di satu gambar lalu dengan petunjuk-petunjuk yang ada di gambar, aku merangkainya menjadi satu kesimpulan. Aku merasa seperti Holmes tanpa harus keluar rumah karena kasusnya yang harus kupecahkan ada di depan layarku.Ini yang membuatku ketagihan ikut lagi dan lagi hingga tak terasa aku telah berpartisipasi dalam 6 pertemuan. Setiap pertemuan ada kasus berbeda yang menunggu untuk aku pecahkan. Aku rasa keseruanku saat mengikuti kelas VTS harus dirasakan sendiri dengan menjadi salah satu detektif dan ikut serta dalam kelasnya, banyak kasus lain yang pasti menunggu untuk dipecahkan :D Malam ini berkumpul lah beberapa bapak-bapak di pos dekat rumah mereka. Berbekal sarung motif kotak-kotak dan obat nyamuk mereka berbincang-bincang sampil menjaga sekitar areal rumahnya hingga datangnya pagi. Mereka biasa mengkordinir ini setiap hari jumat dan sabtu.
Kegiatan ini lebih umum disebut “ngeronda” tujuannya untuk menjaga keamanan di tempat yang mereka jaga, dalam contoh ini adalah rumah mereka. Menurutku ini adalah analogi paling simpel untuk menggambarkan sistem. Kemarin aku ikut serta mendengarkan dalam kelas online Pak Anupam Saraph yang diselenggarakan oleh KAIL, temanya adalah sistem. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|