Senin kemarin (10/8/2020) aku ikut serta dalam “Kelas Mahir RGB” yang diselenggarakan oleh Jaladwara. Kelas ini adalah lanjutan dari kelas VTS sebelumnya. Kalau sebelumnya setiap kelas yang diselenggarakan memiliki tema sendiri-sendiri kalau sekarang ada empat rangkaian pertemuan dengan tema yang sama, jadi kelasnya lebih panjang dan lebih seru. Harapanku sebenarnya ada sesuatu yang baru saat kelasnya sedang berjalan, tapi sayangnya belum terkabul. Kami semua masih sama seperti sebelum-sebelumnya mengamati dan mendiskusikan foto yang ada, tapi seperti ini aja sudah menyenangkan sih buatku. Foto pertama adalah pemandangan beberapa petani sedang memanen sesuatu di kebun. Aku bisa mengidentifikasi ini kebun bedasarkan keragaman pohon yang monokultur dan tidak terlalu rapat. Petani ini unik menurutku karena mereka sedang memanen tapi tidak terlihat keranjang di dekatnya padahal biasanya keranjang adalah salah satu hal wajib saat memanen. Awalnya kupikir ia sedang memanen kayu putih. Walaupun umumnya kayu putih pohonnya besar tapi aku pernah menemukan kayu putih yang pohonnya kecil dan bercabang-cabang mirip seperti semak-semak. Tapi ternyata tebakanku meleset. Ini adalah andaliman. Andaliman adalah salah satu rempah yang sering dijumpai pada masakan batak. Kebun yang dijadikan objek foto juga berlokasi di Sumatera Utara, tepatnya di Aek Natolu, Toba, Samosir. Sebelumnya aku sudah pernah mencoba Andaliman saat jalan-jalan ke Danau Toba. Aku mencobanya dalam pizza, tapi jujur aku tidak bisa merasakan cita rasa dari rempah ini. Sehingga aku penasaran untuk mencobanya lagi. Yang aku ingat hanyalah ada rasa pedas tapi tidak sepedas cabai. Aku jarang mendengar tentang rempah ini disebut-sebut, berbeda dengan pala, cengkeh ataupun lada yang sangat sering ditemui di buku sejarah. Sehingga aku penasaran untuk mencari tahu, apa saja sih kegunaannya. Bagaimana sejarahnya, apakah ada yang mencari-carinya juga. Gambar kedua aku mengidentifikasinya sebagai proses penjemuran pala di daerah Indonesia Timur. Pertama kali yang paling menonjol adalah bagian pembungkus biji pala yang berwarna merah atau dikenal dengan nama fuli. Warnanya yang sangat mencolok membuatku melihatnya pertama kali. Karena ada fuli aku yakin yang sedang dijemur ini adalah biji pala. Setelah mengidentifikasi yang di depan aku baru melihat orang-orang di belakangnya. Pala adalah salah satu rempah yang sangat identik dengan Indonesia Timur di pikiranku. Bahkan Belanda rela menukar Pulau Manhattan dengan Pulau Run agar mendapatkan kebun pala yang ada di sana. Menurutku gambar kedua jauh lebih mudah ditebak dan tidak menimbulkan pertanyaan. Kalau gambar yang pertama itu sama sekali abstrak dan aku tidak ada gambaran apa yang mereka petik. Aku menantikan kelas ini sehingga ketika diadakan lagi aku sangat senang. Aku senang menjadi detektif dan mengidentifikasi yang ada di depan kita.
Walaupun belum ada kejutan seperti yang kuharapkan tapi aku penasaran apa yang bakal dilakukan minggu depan ya…
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|