Rabu kemarin adalah pertemuan kedua yang aku ikuti dalam rangkaian kelas Belajar Sistem di Piwulang Becix. Sebenarnya kelas ini sudah berlangsung 3 kali tapi aku tidak bisa ikut kelas pertama karena bertabrakan dengan jam lesku. Dalam kelas kali ini, kami mengenal yang namanya eksponensial. Ini sebenarnya bukan hal baru buatku, karena belakangan ini aku juga baru saja bertemu dengan materi eksponen di tempat lesku. Walau begitu berbeda dengan di tempat les yang lebih membahas rumus dan cara menyelesaikan soal eksponensial. Di kelas ini kami belajar penerapan eksponen dalam dunia nyata. Apa sebenarnya fungsi dari eksponen ini. Jadi dibandingkan bertabrakan bisa kubilang kelas ini dan materi lesku saling berkesinambungan memberikan pemahaman yang lebih dalam. Hal pertama yang kami bahas di kelas adalah teratai di sebuah kolam. Teratai ini setiap harinya melipatgandakan dirinya hingga akhirnya memenuhi kolam tersebut. Hari pertama jumlahnya satu, di hari kedua jumlahnya berlipat ganda menjadi dua, empat, delapan dan seterusnya. Menurutku ini merupakan contoh yang sangat sederhana dan membuat materi eksponen ini tidak lagi abstrak. Setelah itu kami diberi sebuah tantangan kecil. Jika di hari ke 30 kolam teratai tersebut penuh, di hari keberapa kolam itu setengah penuh. Soal ini tampaknya sedikit menantang dan tricky karena kelihatannya cukup banyak yang masih belum terlalu terbayang dengan eksponensial, apalagi banyak yang masih usia SD dan SMP. Sehingga mayoritas menjawab kolam penuh di hari ke 15. Walau begitu ada juga beberapa yang sudah sangat memahami dan menjawab bahwa kolam penuh di hari ke 29. Aku sendiri awalnya sempat berpikir bahwa kolam penuh di hari ke 15, akan tetapi setelah berpikir beberapa saat aku menyadari bahwa jawabanku keliru. Satu hal yang menggangguku dari contoh ini adalah penggunaan teratai, padahal menurutku tumbuhan yang lebih cocok adalah enceng gondok. Tumbuhan ini menurutku lebih umum ditemui dan cara berkembang biaknya memang eksponensial. Jika melihat sebuah kolam yang ditumbuhi eceng gondok, lebih baik untuk cepat-cepat membersihkannya sebelum mereka menyebar luas dan menutupi satu kolam. Percayalah itu pekerjaan yang sangat-sangat melelahkan. Aku sendiri pernah sekali mencoba untuk membersihkan eceng gondok ketika sedang pengamatan burung di Ranu Darungan, aku hanya mampu membersihkan sepetak kecil dari kolam yang sangat-sangat besar. Selebihnya aku hanya menonton para polisi hutan berkerja sama membersihkan kolam tersebut. Membatasi jumlah eceng gondok sehinga tidak bertambah atau bahkan musnah adalah hal berikutnya yang kami pelajari di kelas ini. Ini disebut juga dengan intervensi. Intervensi adalah upaya untuk mengubah sesuatu agar masalah yang dihadapi selesai atau mencapai tujuan yang kita inginkan. Dalam kasus eceng gondok, tujuan kami adalah kolam yang bersih dari eceng gondok. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan sebuah intervensi karena secara natural hal tersebut tidak dapat terjadi. Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengambil eceng gondok pertama dan mencegah perkembangbiakannya. Sebenarnya banyak intervensi yang bisa dilakukan tergantung situasi yang sedang dihadapi. Ketika eceng gondok tersebut sudah memenuhi kolam, mengambilnya sendiri merupakan pekerjaan yang mustahil. Intervensi yang bisa kita lakukan adalah meminta bantuan dari petugas taman yang memiliki alat berat untuk mengambil eceng. gondok ini dengan lebih efisien atau bisa juga kita meminta bantuan dari tetangga untuk kerja bakti bersama membersihkan kolam. Setiap intervensi yang dilakukan memiliki syarat dan batasannya masing-masing. Kita tinggal memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan. Dengan belajar sistem kita akan belajar untuk melihat masalah secara lebih besar dan membantu kita menentukan dimana titik yang pas untuk diintervensi. Dalam kasus eceng gondok ini mungkin kita tidak perlu menghilangkannya karena ternyata eceng gondok adalah salah satu penangkap logam berat yang ada di dalam air. Kita hanya perlu menjaga jumlahnya agar tidak menjadi berlebihan. Salah satu caranya dengan memelihara ikan Graskarp dan membiarkan ikan tersebut menjaga populasi dari eceng gondok ini secara alami. Tanpa melihat secara lebih besar dan dalam mungkin kita tidak pernah tahu bahwa eceng gondok ini mampu mengatasi masalah logam di air dan ketika eceng gondok ini hilang secara sepenuhnya, air malah menjadi beracun dan memunculkan kosekuensi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Diskusi Tim Setelah berdikusi tentang kolam eceng gondok, kami diberi waktu untuk berdikusi dengan kelompok tentang cara mengatasi masalah pandemi yang juga naik secara eksponensial di Indonesia. Apa solusi terbaiknya?
Karena kelompok kami baru bertemu dua kali, jadi ketika kami semua masuk ke dalam breakout room. Semuanya diam-diam tidaka da yang berbicara. Untungnya ada Saras, dia berani membuka pembicaraan. Lalu diikuti Nue, aku dan yang lain. Dari pembicaraan kami ada dua solusi yang dapat dilakukan. Solusi pertama berasal dari Nue yaitu force lockdown. Jadi sama sekali tidak ada orang yang boleh keluar. Dalam pemikirannya orang yang tidak bisa bertahan hidup ya meninggal karena itu termasuk dalam pengorbanan demi kelanjutan hidup seluruh manusia. Jujur pertama kali aku mendengarnya “shock” karena idenya sangat tajam dan tidak mementingkan sisi kemanusiaan, tapi aku ya menerima saja karena itu adalah pendapatnya, mungkin saja itu adalah cara terbaik. Bedasarkan pandanganku ada beberapa kelemahan dari cara ini selain tidak manusiawi. Aku tidak yakin orang-orang akan cukup sabar untuk bertahan di rumah selama itu, apalagi dengan kondisi dibawah tekanan. Dalam fisika aku belajar tentang batas elastisitas dan titik patah. Batang pohon seperti contohnya mempunyai titik elastisitas yang jika dilewati maka batang tersebut akan patah. Kondisi itu juga terjadi dalam manusia. Jika manusia ditekan terlalu lama dan berlebihan maka sangat mungkin kita melewati batas elastisitas dari sebuah negara. Sampai kita mencobanya kita tidak tahu apa yang terjadi ketika patah, tetapi jika melihat kejadian yang telah berlalu kemungkinan besar saat kita melewati titik patah akan timbul konflik bahkan revolusi yang mengancam kestabilan suatu negara. Untuk mengatasinya adalah seperti yang terjadi sekarang dengan membuat lockdown bertahap. Terkadang aku merasa sebal melihat lockdown ini yang seolah seperti tidak serius karena orang-orang masih saja boleh keluar atau ada beberapa larangan yang diganti-ganti, akan tetapi jika mengingat ini semuanya jadi lebih masuk akal. Pasti pemerintah juga berusaha untuk menjaga agar kita tidak melewati batas elastistis. Memberikan orang-orang sedikit kelonggaran adalah salah satu cara mengendurkan tekanan yang sudah berada di ujung batas. Solusi kedua adalah harusnya pemerintah menjaga agar dampak COVID tidak separah ini. Ada pepatah yang kita sering dengar “Sedia Payung Sebelum Hujan” mungkin karena terlalu sering kita mendengarnya sampai tidak sadar lagi akan maknanya. Padahal dengan mengantisipasi apa yang akan terjadi kedepannya kita bisa meminimalkan dampak yang terjadi dan mungkin tidak perlu ada PPKM seperti sekarang. Dalam kelas sosiologi aku belajar tentang natural risk dan manufactured risk. Natural Risk adalah resiko dari alam yang terjadi secara natural seperti hujan, longsor ataupun kematian. Sedangkan manufactured risk adalah resiko yang terjadi akibat perbuatan manusia seperti ban sepeda lepas, tembok runtuh ataupun motor mogok. Jika menggunakan dua hal ini dalam memandang COVID yang terjadi sekarang di Indonesia. Aku mengganggap orang yang meninggal karena covid adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan terjadi secara natural akan tetapi kegagalan pemerintah mengantisipasi dampak yang dihasilkan seperti antrian rumah sakit yang menumpuk atau kasus yang naik secara drastis adalah manufactured risk yang harusnya bisa dicegah jika pemerintah tak abai.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|