“MENGAUM LAYAKNYA HARIMAU” “CEPET DIKIT NGAPA ELAH, BUAT APAAN SIH NUNGGUIN GENG MANGGARAI??!!” tanpa berpikir panjang aku mengaum di tengah keramaian stasiun karena sebal, menunggu anak-anak yang berangkat dari Manggarai datang. Dari awal kami tidak janjian untuk tunggu-tungguan, tapi ternyata beda cerita dengan geng Kranji… “apasih ini geng-gengan?” mungkin kalian bertanya-tanya… Itu adalah sebutan untuk anak yang berangkat bersama dari salah satu stasiun menuju Bogor. Untuk mengikuti kegiatan bersama kakak sekala. Ada Geng Manggarai, Kranji, dan Tanjung Barat. Ternyata kemarahanku yang membuat panik anak-anak lain menjadi awal dari kejadian yang mengHEBOHKAN satu grup WA Penggalang Oase dan ibunya Nawra. Apakah kamu bisa menebaknya? tepat sekali, Nawra yang harusnya bersama Ziel dan Sovi berangkat dari Manggarai, terpaksa berangkat sendirian. Ziel memilih pergi lebih dulu, dan Sovi langsung tanpa turun terlebih dulu. Semua sempurna… dengan kenyataan bahwa ini pertama kalinya Nawra naik KRL. Semua auto panik, auto pencet Panic Button. 07:33, 3/21/2018] Kak Opal: ini bonus utk Nawra.. habis ini dy bs nagih kmana2 sndiri Untungnya semua berhasil sampai dengan aman dan selamat, tidak ada satu pun yang tertinggal atau menghilang. Pukul 9.30 kami meninggalkan Stasiun Bogor menuju Kampus IPB. Jejak Kaki BABI Salah satu kegiatan kami adalah mencetak jejak kaki binatang menggunakan gipsum. “Di depan ini adalah contoh beberapa jejak kaki binatang yang dicetak. Ada harimau, badak dll” terang Kak Bagus kepada semuanya. “Kak, kita bakal ketemu harimau nggak di dalem?” tanya salah satu anggota kelompokku. Ada 4 grup dan 4 jalur pengamatan, setiap grup berbeda-beda. Kelompokku mendapatkan jalur ke arah Hutan IPB. Baru berjalan 50 meter kami menemukan jejak babi hutan, yang atasnya sudah diberi plastik oleh Kak Bagus agar tidak rusak. Kami tidak yang pertama menemukan jejak kaki binatang tersebut, tapi minimal kita melihatnya sendiri. Secara perlahan adonan gipsum yang mirip pancake ini menutupi jejak secara keseluruhan. Butuh 2 hari untuk jejak ini mengering, tapi karena kami hanya menginap sampai besok. Kering tidak kering jejak ini tetap diambil. “E BUSET ADA HARIMAU, Kak Balik aja” dengan ekspresi setengah khawatir, setengah excited Ariq menyeletuk. Di depan kami ada jejak kaki kucing besar, yang sangat jelas dan bersih. Awalnya kami pikir ada harimau sumatera di sana, tapi dipikir-pikir bagaimana caranya hewan di sumatera bisa sampai sini. Ternyata benar itu adalah buatan kakak, tapi ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mencetak Cakar Harimau ini. Ukurannya yang 5x lebih besar dari jejak kaki babi, membuat kami termotivasi untuk pulang sebelum mengisi penuh cetakan tersebut. Di jalan pulang beberapa kali kami menemukan Jamur Glow in The Dark yang unik dan Paku Cakar Ayam. Tumbuhan ini, jika terkena matahari bisa berubah warna, ntapslah pokoknya. Gelap-gelapan di Hutan Dengar senter yang remang-remang kami kembali lagi ke hutan tadi siang. Kami melakukan 3 kali pengamatan di tempat ini. Kalau tadi siang sasarannya adalah membuat cetakan jejak binatang, kali ini kami mencari reptil seperti ular dan katak. Pelajaran bagiku, lain kali jika kita ingin pengamatan jangan lupa beli senter yang terang atau ganti batere terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan aku berkali-kali tersandung-sandung dahan akibat senter yang kurang terang. Selain itu, dengan senter yang kurang terang aku telat menyadari ada Celepuk Reban yang jaraknya hanya 5 meter dan EYE LEVEL! Aku sebenarnya sudah lihat bentuknya di antara batang pohon, tapi tidak yakin karena kurang terang dan tidak ada matanya yang merah menyala. Saat Kak Bagus dan yang lain lewat burung tersebut langsung terbang menjauh. Kami kembali melanjutkan perjalanan, tapi hutan IPB sangatlah sepi. Tidak ada katak atau ular yang terlihat, paling bagus hanya ngengat… Kak Bagus memutuskan untuk keluar dan menyusuri pinggiran jalan, siapa tahu lebih beruntung. Gayung bersambut, kami MENDAPATKAN KUCING! MENAKJUBKAN BUKANNN. Kucing ini sangatlah lucu karena badannya guedeee banget dan bulunya lembut paraaa, ingin kubawa pulang tapi tidak bisa :( Kucing ini membawa keberuntungan bagi kami tampaknya. Jalan sedikit muncul seekor bunglon pohon. Kami langsung kegirangan karena memberikan sedikit motivasi bahwa ada reptil di sini. UNTUK pertama kalinya aku melihat Cabak Kota di kabel. Cabak Kota adalah burung nokturnal yang biasanya hanya main di tanah. Mereka sangatlah sensitif, sedikit saja mendengar suara langsung terbang. Oh iya saat terbang mereka terlihat seperti alap-alap. Perjalanan pulang lewat jalan biasa justru mendatangkan lebih banyak hewan dibanding dalam hutan. Kami menemukan Katak Pohon Bergaris, Kodok Buduk dan Musang Luwak saat pulang. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Musang Luwak. Biasanya hanya tainya saja yang kutemukan saat trekking. Kesan pertamaku “WOAH Gede” ukurannya kukira sebesar kucing tapi ternyata dia 2x lebih besar! Aula membuat kelompok kami mengantuk parahhh, begitu kami sampai seluruh anak tertidur tidak ada tenaga untuk bangun dan diskusi pengamatan malam.
1 Comment
Adinda Putri
25/3/2018 05:51:10
WAHAHAHAHAHAHAHA 😂 setidaknya dari keberangkatan kalian sudah belajar ttg konsekuensi meninggalkan dan ditinggalkan ya.
Reply
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|