Minggu (16/04/17) pukul 06.30 pagi kami sudah bersiap kembali pergi ke Pulau Rambut untuk kegiatan Jakarta Bird Walk (JBW) hari kedua. Cuaca mendung, hujan rintik-rintik sempat turun. Untungnya hujan tidak lama mereda. Walaupun langit masih tetap mendung tetapi enam anak-anak peserta JBW Pulau Rambut tahun ini tetap semangat untuk pengamatan. Walaupun sudah dua kali ke Pulau Rambut aku belum pernah menemukan Ibis Rokoroko. Sehingga ketika mendengar bahwa kelompok yang kemarin menyusuri sisi barat berhasil melihat ibis, langsung aku putuskan untuk ikut kelompok yang ke barat hari ini. Untuk yang belum tahu, Ibis Rokoroko adalah burung berukuran besar, berwarna coklat, paruhnya panjang melengkung dan dari yang aku amati ia selalu terbang berkelompok. Sampah yang menguasai pulauBegitu sampai di Pulau Rambut langsung kami bergegas pergi ke arah barat. Beberapa ekor Trinil Pantai sudah lalu lalang membuat para pengamat tertarik untuk memotretnya. Selain itu juga ada Kekep Babi, Layang-layang Batu dan Cekakak Sungai yang melihat kami dari atas pohon. Sayang, tidak ada satu pun dari kami yang mendapatkan foto trinil. Mereka langsung terbang menjauh setiap kali kami mendekat. Seekor Kokokan Laut datang ke dekat kami dan berhasil mengubah target para pengejar Trinil Pantai. Burung ini tidak takut dengan kami dan sibuk mencari makan di tengah sampah yang menumpuk di pantai. Lama-lama burung ini terusik dan terbang menjauhi kami. Dan kami lagi-lagi mengejarnya, sampai akhirnya burung tersebut terbang ke dalam. Setelah melihat hasil foto aku menyadari sesuatu. Banyak sekali sampah yang ada di Pulau Rambut, semuanya pastinya berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Semua foto kokokan yang aku ambil pasti terlihat ada sampah yang muncul, bahkan di salah satu foto ada kokokan bertengger di sampah dan juga latar belakang SAMPAH. Apa yang terjadi jika ada sampah di sekitar burung? Di video yang aku dapat tautannya dari Tante Hani di bawah ini, aku lihat ratusan burung Albatros mati di Midway Island, pulau tak berpenghuni di Samudera Pasifik yang jaraknya 2.000 mil dari benua terdekat. Dalam perut burung-burung yang dibedah ditemukan banyak sekali sampah plastik. Dugaanku ini juga terjadi dengan burung-burung di Pulau Rambut, hanya saja belum pernah diteliti. Susur laut sampai lututBelum ada Ibis Rokoroko yang terlihat, maka kami pun melanjutkan perjalanan. Beberapa anggota tim tidak ingin lewat laut sehingga akhirnya kami berpisah dan dipecah menjadi dua. Kelompok satu masuk ke dalam mangrove, sementara kelompok kedua menyusuri pinggir laut. Aku lebih memilih lewat pinggir laut, karena lebih besar kemungkinan melihat ibis yang datang ke pulau. Awalnya air hanya semata kaki, jalan lebih jauh sudah sebetis, semakin jauh air sudah semakin tinggi, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti ketika air sudah selutut lebih. Bayanganku kalau dilanjutkan, mungkin kami harus berenang karena airnya yang semakin tinggi. Tentu saja aku tidak mau, selain airnya kotor karena sampah, aku juga membawa kamera. Akhirnya IBIS!Lebih dari 13 ekor ibis yang awalnya kami sangka Pecuk-padi Hitam terbang masuk ke dalam pepohonan. Kami langsung mengejarnya, dan menemukan sebuah kolam besar yang dipenuhi dengan burung. Berbagai jenis bisa kami lihat dengan dekat. Walaupun kami sudah merayap agar tidak terlihat, tapi para burung yang sedang bertengger tetap menyadari dan kabur.
Aku mengira Ibis Rokoroko adalah Pecuk-padi Hitam dari kejauhan, karena paruhnya mirip dengan pecuk yang sedang membawa material sarang. Tetapi setelah melihat beberapa kali aku bisa membedakan dari cara terbangnya yang lebih pelan dan teratur. Kembali ke tujuan utama kami yaitu Ibis. Setelah spotting di tempat itu selama 15 menit berharap ibis juga datang ke sana. Tetapi hasilnya nihil, tidak seekor ibis muncul bahkan yang terbang melintas di atas. Kami menyusuri pantai untuk mencari kemungkinan adanya ibis yang istirahat. Lagi-lagi kami menemukan sebuah kolam yang lebih kecil, kembali kami mencoba peruntungan kami. Lagi-lagi hanya cangak abu, kowak-malam kelabu dan pecuk-padi hitam yang terlihat. Kami akhirnya memutuskan pulang karena takut tertinggal perahu. Di saat kami pulang ibis mulai bermunculan. Tidak ada satu pun ibis yang hinggap tetapi lebih dari 5 kali kami melihat sekelompok ibis terbang melintas. Kak Febi berhasil mendapatkan fotonya dari kejauhan, sementara aku hanya mendapatkan foto blur yang berbentuk seperti burung ;-)
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|