Big Year adalah sebutan untuk catatan setiap jenis burung yang ditemui dalam setahun. Kak Eci adalah orang yang mengajakku untuk mulai mencatat burung yang terlihat. Walaupun mulai mengamati secara rutin sejak 2013, tetapi aku belum mempunyai inisiatif untuk mencatat. Aku mulai semangat setelah di 2014 aku melihat banyak burung, dan jika tidak dicatat maka akan lupa. Jadi aku memutuskan untuk membuat resolusi untuk membuat Big Year 2015 sekaligus lifelist. Apalagi dapat tantangan juga dari Om Ady Kristanto untuk membuat Big Year 2015. Target awalku untuk Big Year 2015 hanya melihat sebanyak-banyaknya burung, maka pencatatan big year pun dimulai. Selain dicatat aku juga mulai belajar untuk mendokumentasikan dengan kamera, untuk tulisan tentang kamera ada di di sini. Kameralah yang membuatku sangat semangat untuk mencari burung. Selama sebulan pertama, hampir setiap hari aku mengelilingi rumah untuk mencari foto burung. Diluar perkiraanku banyak juga burung yang ditemui sehingga aku mendapat sekitar 10 big year, dan aku juga mendapat foto-fotonya. Bosan dengan burung-burung di rumah, aku tertarik untuk mencoba mencari ke Taman Margasatwa Ragunan (3/3/15). Ragunan sudah beberapa kali aku datangi sebelumnya dengan Jakarta Birdwalk. Walaupun Ragunan indentik dengan burung dalam kandang, sebenarnya di sana adalah salah satu tempat terbaik di Jakarta untuk mengamati burung liar. Burung utama di Ragunan adalah Raja-udang Meninting dan Kakaktua-jambul Kuning. Semangat mencari raja-udang yang rupawan, sayang sang burung tidak menampakan paruhnya sedikit pun. Setelah melewati satu putaran besar Ragunan akhirnya sang burung berhasil ditemukan, walaupun berhasil ternyata perjumpaan pertama dengan burung ini hanya sebentar. Selain pengalaman mengecewakan dengan Raja-udang Meninting, sebenarnya aku berhasil mendapat cukup banyak jenis baru. Selain trip sendiri di Jakarta, Jakarta Bird Walk (JBW) juga banyak membantuku menemukan jenis-jenis baru. Kegiatan yang diadakan setiap sabtu pertama di setiap bulan ini membuatku mengunjungi banyak ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta. Setiap kali JBW aku bisa mendapatkan 1-3 jenis atau lebih, tergantung tempat yang dikunjungi. Di JBW dalam 1 tahun sekali ada kegiatan istimewa yaitu mengunjungi Pulau Rambut yang terletak di Kepulauan Seribu. Kami menyeberang dari Teluk Naga dan bermalam di pulau selama 1 malam (11-12/4/15). Karena pulau ini adalah tempat konservasi burung, kami dengan mudah menemui Pecuk-padi Hitam, Pecuk-ular Asia, Bangau Bluwok dan yang utama adalah Elang-laut Perut Putih. Pulau Rambut adalah salah satu penyumbang terbanyak jenis-jenis burung baru, terutama burung air. Setelah birding di Jakarta aku ingin mencoba ke luar daerah. Ternyata kesempatan itu datang ketika keluarga besarku pulang kampung ke Sumatera Barat untuk Baralek Datuak (26/5/15-3/6/15). Wow, di kampungku sangat banyak burung yang bisa ditemui, dan sangat mudah menemukan burung di sini. Satu burung yang endemik di Jawa tapi susah ditemui di Jawa yaitu Gelatik Jawa entah kenapa dapat ditemukan dengan mudah di kampung. Selain Gelatik Jawa, beberapa yang menjadi favoritku adalah Cekakak Belukar dan Pelatuk Besi, kedua burung ini di Jawa susah untuk ditemui. Tetapi kedua burung ini setiap pagi selalu muncul, seperti membangunkanku. Elang juga mudah ditemui, berbagai macam elang lewat setiap harinya. Selama seminggu tinggal di sana aku mendapat 17 jenis baru. Akhirnya di bulan Agustus aku mendata burung yang berhasil dilihat. Ternyata aku sudah mencapai angka 75 jenis, maka dengan semangat aku putuskan untuk melihat 100 jenis di akhir tahun ini. Tertantang untuk mencapai 100 jenis, aku semakin sering pengamatan. Beberapa kali mengikuti JBW ternyata tidak menambah jenis cukup banyak. Di Oktober aku mengikuti kegiatan residensi di Bumi Pemuda Rahayu (BPR). Kegiatan ini berlangsung selama 2 minggu. Untuk tulisan lengkap ada di sini. BPR yang berlokasi di Jogja, membuatku berkenalan dengan para pengamat burung dari Jogja. Beberapa diantarnya adalah Mas Imam, Kak Abid, duo Kak Ratih, Mas Wahab, Kak Panji, Mas Kukuh, dan Kak Sigit, Tujuanku residensi di BPR adalah memetakan burung sekitar. Sebelum pergi aku mendengar bahwa tempat ini mempunyai banyak hutan, sayang hutan bukan jaminan banyak burung. Harapan mendapat puluhan jenis baru, yang ditemukan hanya 9 jenis baru. Memang jumlah yang cukup banyak, tapi aku berharap mendapat sebanyak di kampungku Sumbar. Selain tinggal di BPR, aku juga mengunjungi Pantai Trisik (17-18/10/15), Tebing Ngongap (31/10/15), dan Goa Jepang Kaliurang (1/11/15). Pantai Trisik adalah area di daerah Kulon Progo. Tempat ini dikenal sebagai tempat singgahnya burung yang bermigrasi, khususnya burung pantai. Ribuan burung datang tiap tahunnya, Trisik menyimpan banyak jenis baru bagiku, ada 20 jenis baru yang ditemukan dan itu hanya dalam 1 malam! Beberapa diantara burung itu ada yang sulit untuk ditemui yaitu Trinil Rumbai, dan Bentet Coklat. Tebing Ngongap adalah salah satu tempat tinggal Buntut-sate Putih di Jawa. Aku mengamati bersama ayah dan ibu dari pukul 08.00 pagi hingga 11.00 siang, tapi hanya dua ekor yang terlihat. Aku berusaha untuk mengambil foto tapi kurang ahli sehingga foto yang diambil hampir sebagian besar lautnya terkena pantulan matahari sehingga berwarna perak, dan hasil fotonya pecah. Goa Jepang berada di Komplek Wisata Alam Nirmolo Kaliurang, yang termasuk bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi. Banyak burung hutan bisa ditemui, jika beruntung bisa menemukan Elang Jawa. Sayang saat aku mengamati di sana aku kurang beruntung sehingga tidak berhasil menemukan sang elang. Dari pengamatan di Jogja selama 3 minggu aku berhasil mengumpulkan 44 jenis baru. Target yang aku pasang pun tembus. Aku gembira sekali, tapi belum puas dan memutuskan untuk menambah targetku menjadi 150 jenis. Beberapa hari setelah kembali ke Jakarta aku diajak oleh Kak Khaleb dan Kak Boas untuk pengamatan di Jakarta Bay dan Muara Angke (4/11/15). Selain aku ada Kak Gusti, Simon dan aku kembali bertemu dengan Mas Kukuh yang sedang main ke Jakarta. Pengamatan mulai pukul 05.00 dan selesai pukul 11.30 malam. Pengamatan seharian di Jakarta Bay dan Muara Angke sangat menyenangkan. Pagi kami sudah disambut oleh ratusan cikalang yang mencari makan. Di antara cikalang ada dara-laut dan pecuk-padi Hitam. Setelah puas mengamati di Jakarta Bay , siangnya kami pengamatan lagi di Muara Angke hingga matahari terbenam. Pengamatan kali ini menambahkan 13 jenis baru ke dalam daftar big yearku. Di bulan November akhir, ada acara yang ditunggu pengamat burung se-indonesia. Acaranya adalah Pertemuan Pengamat Burung Indonesia, berlangsung selama 2 hari. Tahun ini Bandung menjadi tuan rumah. Aku mengamati di daerah Ranca Upas pada hari kedua (29/11/15). Di acara ini aku berkenalan dengan pengamat dari berbagai daerah. Aku berniat memecahkan targetku di Bandung. Dengan 140 sebelum PBBI, sangat besar kesempatanku untuk memecahkan target. Akhirnya pengamatan mulai, baru saja mulai tampak 3 ekor Srigunting kelabu tengger. Orang yang sangat banyak dibagi menjadi 7 kelompok. Aku mendapat kelompok 1, kakak-kakak dari UNAS tergabung di dalam kelompokku, yang menjadi mentor di grupku adalah Om Sam Ade dan Om Maulana Rachman. Setelah diawal mendapatkan Cica-koreng Jawa, aku sempat cemas karena sepi. Akhirnya sampai di tengah hutan Puyuh-gonggong Jawa menyambut kami. Setelah itu aku menemukan Wergan Jawa dan Cikrak Muda. Kami turun dan boom!!! Satu flock berisi berbagai macam burung datang. Terdapat 7 jenis burung dalam satu flock. Setelah itu kami pergi ke sarang Ciung-mungkal Jawa yang ditemukan Mas Swiss. Burung yang satu ini termasuk susah untuk ditemui dan hanya ditemukan di Jawa. Walau pun target sudah pecah tetapi aku belum mendapatkan luntur yang banyak di Ranca Upas. Akhirnya di akhir pengamatan datang 3 ekor Luntur Jawa. Mereka sangat cantik! dan tidak takut dengan manusia. Akhirnya sang burung bosan dan pergi. Dalam 2 hari pengamatan aku mendapatkan 15 jenis baru dan membuat targetku tercapai, bahkan mendapat bonus 5 jenis baru. Pengamatan tahun ini ditutup dengan pengamatan di Cagar Alam Pangandaran (24-25/12/15). Burung utama di tempat ini adalah Kangkareng-perut Putih. Burung ini kabarnya sangat mudah ditemukan di Pangandaran. Terdapat ratusan ekor yang tinggal. Selain Kangkareng juga bisa menemui Takur Tulungtumpuk dan Elang Tiram.
Aku berangkat dengan Kak Rahmat, Kak Rian, Kak Firman dari KPB Nycticorax UNJ. Belum berangkat kami sudah mendapatkan masalah, rice cooker yang harusnya dibawa ternyata belum didapat karena kakak yang mempunyai ricecooker tidak bisa dihubungi, dan yang lain juga tidak punya ricecooker. Akhirnya jam sudah menunjukan angka di pukul 17. 30, tiba tiba ada salah satu kakak yang baru saja selesai kuliah memimjamkan ricecookernya. Sampai Terminal Kampung Rambutan pukul 19.00 membuat kami mendapatkan bus terakhir. Karena pengamatan kali ini dilakukan di saat liburan bus yang mengangkut kami terkena macet parah. Dari yang tadinya hanya 8 jam, kami telat hingga 15 jam atau 7 jam lebih lama. Sampai disana kami langsung pengamatan karena dikejar waktu. Sedikit burung yang berhasil kami temui, yang lebih parah kami hanya bertemu dengan 4-5 kangkareng selama pengamatan. Kami akhirnya kembali ke BKSDA untuk pengamatan malam mencari Beluk Ketupa. Akhirnya malam datang, kami berkeliling untuk mencari sang burung. Tetapi sayang burung ini hanya menampakan dirinya sebentar, lalu terbang masuk ke dalam hutan. Keesokan paginya dengan semangat '45. Kami birding di Savana dari pukul 04.30. Saat datang masih sepi tidak terlihat burung satupun. Tetapi menjelang pukul 06.00 mulai banyak burung, beberapa diantaranya adalah Takur Tulungtumpuk, Kangkareng-perut Putih dan Wiwik Kelabu. Akhirnya pukul 07.30 semua burung keluar, kami berhasil mendapatkan Takur Tulungtumpuk dari jarak yang dekat. Menjelang siang kami beristirahat di pantai, karena hari jum'at kami kembali ke penginapan. Setelah sholat, checkout kami kembali ke BKSDA dan menunggu sore tiba. Bus yang kami tumpangi untuk pulang ke Jakarta berangkat pukul 20.30, Kami sampai Jakarta pagi hari. Jumlah big year yang aku dapatkan di Pangandaran adalah 13 jenis. Selama di sana kami mencari burung ditemani Mang Abdul dan Mang Ona. Setelah pengamatan selama setahun ini aku berhasil mengumpulkan total 170 untuk big year 2015 dari 30 lokasi pengamatan dan semuanya sekaligus menjadi lifelist. Dari 170 jenis tersebut 67 dari DKI Jakarta, DIY Yogyakarta 51, Jawa Barat 34, Sumatera Barat 17, dan Jawa Tengah 1. Harapannya tahun 2016 aku mendapat lebih banyak burung yang teramati. Aku ingin juga membuat daftar khusus untuk kompleks rumahku dan DKI Jakarta. Ini daftar lengkap Big Year 2015, untuk foto-foto bisa juga dilihat di Instagram dan FB.
4 Comments
3/1/2016 11:49:15
Mantap Kay ... semangat buat Big Year 2016 nya ... btw di jakarta sendiri ada 150 jenis burung loh :D dari 67, setengahnya belum tembus Kay he he he ... SEMANGAT
Reply
Kaysan
3/1/2016 20:16:42
iya Itu yang 67 cuman yang baru pertama kali, ada beberapa yang udah diliat di tempat lain duluan jadi nggak dicatet
Reply
Kaysan
3/1/2016 20:25:34
Makasih, kalau yang pertemuan di jogja ada pengamatannya barengnya nggak?
Reply
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|