MENGAMATI BURUNG DI KOTA BERSAMA ANAK-ANAK MELALUI #AMATIJAKARTAMikail Kaysan Leksmana & Shanty Syahril GARASI, Jakarta Timur 13940 Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia ke-4 Universitas Negeri Semarang, 8 Februari 2018 Abstrak#AmatiJakarta adalah inisiatif penulis untuk mengajak anak-anak usia 9-16 tahun yang tinggal di Jabodetabek mengamati burung-burung yang hidup di kota tempat tinggalnya. #AmatiJakarta muncul karena penulis telah merasakan asyiknya mengamati burung. Sayangnya selama empat tahun penulis aktif ikut pengamatan, jarang sekali bertemu anak-anak yang seumur dengan penulis. Ada dua jenis aktivitas yang dilakukan di bulan Juli s.d. September 2017, yaitu (i) pengamatan burung di taman/hutan kota pilihan penulis (4 lokasi), dan (ii) menemani anak yang mengajak pengamatan burung di sekitar rumahnya (3 lokasi). Promosi kegiatan dilakukan melalui media sosial. Penulis juga menyiapkan lembar aktivitas pengamatan dan board game untuk membantu peserta lebih mengenal burung yang diamati serta lebih akrab dengan sesama peserta. Secara keseluruhan aktivitas pertama diikuti oleh 12 anak. Ada dua anak yang telah mengikuti aktivitas pertama yang kemudian mengundang penulis untuk menemani pengamatan di sekitar rumahnya (aktivitas kedua). Tiga kali kegiatan pengamatan di sekitar rumah juga menambah peserta baru, karena pengundang mengajak lagi teman-temannya yang lain dan ada juga pengundang yang baru pertama kali pengamatan. Secara total inisiatif #AmatiJakarta ini telah menyentuh 20 anak usia 9-13 tahun. Sebagian besar peserta merespon positif inisiatif #AmatiJakarta. Penulis menerima permintaan dari peserta yang antusias untuk melanjutkan inisiatif #AmatiJakarta. Kata Kunci: taman, rumah, board game, Pendahuluan#AmatiJakarta adalah inisiatif untuk mengajak teman-teman usia 9-16 tahun yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) mengamati burung-burung yang hidup di kota tempat tinggal kita. Inisiatif ini bermula dari modul tugas Community Leadership yang diberikan oleh kegiatan tahunan bertajuk Young Birder of the Year (YBY). YBY terbuka bagi pengamat burung muda usia 11-18 tahun di seluruh dunia. Saya tertarik ikut YBY karena tampaknya asyik dan saya memang butuh tantangan baru untuk pengamatan. Ide #AmatiJakarta muncul karena selama empat tahun aktif ikut pengamatan, jarang sekali saya bertemu pengamat burung yang seumur. Terpikir untuk mengadakan kegiatan pengamatan bersama untuk anak-anak seperti kegiatan yang pada tahun 2015 pernah saya lakukan saat ikut program pesanggrah di Bumi Pemuda Rahayu, DI Yogyakarta (Senda dkk, 2015). Tanggapan dari para peserta anak-anak dusun setempat saat itu sangat positif. Teman-teman baruku tersebut ternyata sangat menikmati pengamatan, sayang saja tidak ada yang pernah mengenalkannya selama ini. Oleh karenanya saya tertarik untuk mencoba kegiatan serupa di kota tempat tinggalku, Jakarta, dengan mengadakan #AmatiJakarta. Tujuan dari inisiatif #AmatiJakarta adalah:
Metode Penelitian#AmatiJakarta dirancang agar menarik minat dan menyenangkan bagi anak-anak. Mulai dari pemilihan lokasi hingga kegiatan saat pengamatan. Ada dua bentuk aktivitas yang menjadi bagian dari #AmatiJakarta, yaitu:
Dalam menjalankan #AmatiJakarta yang diinisiasi oleh anak dan diikuti juga oleh anak-anak ini saya mendapat dukungan dari ibu sebagai pengawas dewasa untuk memastikan aspek keamanan. Beliau bukan pengamat burung, tapi berpengalaman dalam menfasilitasi kegiatan anak-anak dan penelitian, sehingga saya banyak berkonsultasi sepanjang kegiatan #AmatiJakarta. Untuk promosi kegiatan saya juga memanfaatkan jejaring sosial yang dimiliki ibu, selain media sosial instagram yang saya miliki. Setiap pengamatan saya mendata jenis burung yang teramati dan mendokumentasikannya. Setelah pengamatan pertama dan pengamatan terakhir saya meminta peserta untuk menuliskan opininya tentang kegiatan pengamatan burung liar bersama #AmatiJakarta. Hasil Penelitian dan PembahasanA. Aktivitas pertama: pengamatan bersama di taman atau hutan kota Pengamatan bersama #AmatiJakarta pertama (Sabtu, 8/7/17). Lokasi pengamatan di Taman Selatan Monas. Sebanyak lima peserta dari tujuh yang mendaftar datang pada pengamatan pertama ini. Sebenarnya pada saat pendaftaran saya menerima banyak respon positif dari orangtua dengan anak berusia di bawah 9 tahun. Namun dengan berat hati saya tidak dapat menerima karena belum merasa mampu memandu anak yang usianya terlalu muda. Beberapa peserta ditinggal oleh orangtuanya saat pengamatan. Hari luar biasa cerah dan saya sempat kaget karena Monas penuh polisi. Ternyata mereka sedang gladiresik Peringatan Hari Bhayangkara. Saya sudah menyiapkan foto burung yang masuk dalam target pengamatan seukuran kartu pos. Tiap peserta mendapat sebuah foto sebagai misinya. Ada dua burung yang masuk dalam target utama yaitu Takur Ungkut-ungkut dan Jalak Suren. Saya memilih rute yang tidak terlalu jauh mengingat anak-anak biasa cepat lelah. Walaupun burung yang kami lihat umum seperti Gereja Erasia dan Cucak Kutilang, tapi peserta sibuk belajar mengamati dengan memakai binokular atau memotretnya. Saya sudah menyiapkan sebuah kejutan, sarang takur ungkut-ungkut menunggu di akhir rute pengamatan di Monas. Semua sibuk berusaha mengintip ke dalam sarang dari jauh, karena takut sang induk terganggu. Untuk mengajak peserta mengamati habitat dan perilaku burung, sekaligus mengantisipasi bila hanya sedikit jenis burung yang dapat diamati, saya menyiapkan lembar aktivitas treasure hunt. Di dalamnya berisi daftar pencarian yang perlu diamati oleh peserta terkait dengan makanan, tempat tinggal, ataupun aktivitas burung, seperti serangga, pohon yang berlubang, burung sedang bertengger di dahan, dan seterusnya. Di akhir pengamatan, seluruh peserta berkumpul untuk berbagi hasil pengamatan. Imam Taufiqurrahman (Atlas Burung Indonesia) ikut hadir dalam diskusi. Peserta berhasil melihat 11 jenis burung di Monas. Pohon-pohon yang rendah di Monas memudahkan peserta untuk mengamati burung dari dekat. Saya sudah menyiapkan booklet daftar nama 60 jenis burung sering ditemui di Jakarta bagi seluruh peserta. Mereka bisa menyimpannya dan menandai setiap jenis burung yang sudah dilihat serta dikenali jenisnya. Pengamatan bersama Jakarta Bird Walk/JBW (Sabtu, 22/7/17). Pengamatan di Hutan Kota UI ini sebenarnya di luar agenda #AmatiJakarta. Namun melihat respon keluarga yang mempunyai anak berusia kurang dari 9 tahun begitu besar pada saat pendaftaran pengamatan pertama, maka saya putuskan untuk ikut mempromosikan dan membantu menerima pendaftaran JBW bagi semua umur. JBW biasa diikuti banyak kakak mahasiswa, sehingga banyak yang bisa memandu adik-adik yang masih di bawah usia 9 tahun. Sebanyak 20 anak hadir pada pengamatan ini dan hanya 6 diantaranya berusia di 9 tahun ke atas. Sebagian besar didampingi orangtuanya sepanjang pengamatan. Hutan Kota UI bukan tempat pengamatan yang mudah bagi pemula menurutku. Sulit sekali melihat burung tanpa bantuan alat karena kombinasi pohon-pohon yang menjulang tinggi dan burung-burung hutan yang kecil. Agar peserta sibuk sekalipun burung sepi, saya kembali membagikan lembar aktivitas treasure hunt. Lembar tersebut juga saya siapkan dalam bentuk permainan BINGO bergambar agar anak-anak yang belum bisa membaca dapat ikut mengerjakan. Bagi peserta yang berusia 9 tahun ke atas saya memodifikasi sebuah board game yang berjudul Bird of Feather. Permainan kartu bertema burung yang dapat dimainkan hingga 6 orang ini mengajak pemain untuk merasakan kegiatan pengamatan burung di lima habitat yang berbeda. Di dalam tiap habitat terdapat tujuh jenis burung. Saya banyak mendapatkan masukan dan pinjaman beberapa foto dari Ady Kristanto (Jakarta Birdwacther Society) saat mengembangkannya. Board game ini disukai anak-anak saat pertama kali dimainkan seusai pengamatan di Hutan Kota UI. Pengamatan bersama #AmatiJakarta kedua (Sabtu, 12/8/17). Lokasi pengamatan mulai dari pintu masuk utara hingga area kandang buaya Kebun Binatang Ragunan. Sebanyak tiga anak ikut serta dalam pengamatan. Dua diantaranya sudah ikut #AmatiJakarta yang pertama. Salah satu peserta yang sudah ikut untuk kedua kalinya hadir bersama kakaknya, Nuruliawati Yuwono, pengamat burung alumni UI dan pegiat JBW yang saya kenal baik sejak tahun 2014. Seperti biasanya Kebun Binatang ramai dengan pengunjung yang sekedar berolahraga pagi maupun rekreasi. Matahari bersinar di sela-sela awan yang memenuhi langit. Target pengamatan kali ini adalah Kakaktua Jambul Kuning dan Raja-udang Meninting. Saya sangat optimis mendapatkan Kakaktua Jambul Kuning, karena dari empat kali pengamatan di Kebun Binatang Ragunan catatan perjumpaannya 100%. Di akhir pengamatan kami berdiskusi membahas hasil pengamatan. Total teramati sebanyak 17 jenis burung termasuk yang menjadi target kami. Kami menyempatkan diri bermain board game Bird of Feather. Board game menjadi aktivitas favorit bagi peserta. Pengamatan bersama #AmatiJakarta ketiga (Sabtu, 9/9/17). Awalnya lokasi pengamatan di Suaka Margasatwa Muara Angke, namun kondisi jalur yang tidak memungkinkan dilewati membuat kami berpindah ke Hutan Lindung Angke Kapuk. Sebanyak lima anak ikut pengamatan dan hanya satu anak yang baru pertama kali ikut #AmatiJakarta. Burung air dalam ukuran besar mudah sekali ditemui di lokasi ini. Kami mencatat 19 jenis burung yang terpantau di lokasi ini. Kali ini kami juga kembali memainkan board game Bird of Feather. Setelah memainkannya beberapa kali seruan seperti “Eh nanti keluarinnya bulu dua ya”, telah berubah menjadi “Eh nanti keluarin Remetuk Laut, jangan Gereja Erasia”. Peserta menjadi semakin mengenal jenis burung lewat permainan ini. B. Aktivitas kedua: pengamatan di sekitar rumah Pengamatan di sekitar rumah yang awalnya direncanakan paralel dengan pengamatan bersama baru terlaksana di akhir September 2017. Sempat sepi peminat, namun akhirnya saya mendapat tiga permintaan pengamatan di sekitar rumah dari teman-teman homeschooling. Pengamatan bersama Al Fath dan Pramuka Homeschooling Depok (23/8/17). Al Fath salah satu peserta pengamatan #AmatiJakarta di Kebun Binatang Ragunan mengundangku memandu pengamatan bersama teman-teman Pramuka Homeschooling Depok yang diikutinya. Mereka memilih lokasi pengamatan di Taman Kaldera, sebuah taman dengan pepohonan yang tertata rapi di tepi Situ Batujajar, Depok. Pengamatan diikuti sebanyak 16 peserta dan hanya 7 anak yang yang berusia 9 tahun ke atas. Selebihnya berusia 7-8 tahun. Di pagi yang cerah berawan kami berjalan keluar taman dan menyusuri tepian situ. Saya mengharapkan dapat menjumpai burung-burung air seperti Kuntul Kecil dan Cekakak Sungai. Ternyata diluar dugaan hanya lima jenis burung yang ditemui. Terus terang saya kewalahan memandu peserta sedemikian banyak walaupun ibu juga turun tangan. Untuk menghibur peserta yang hari itu tidak banyak melihat burung, kami memainkan board game Bird of Feather secara berkelompok agar peserta setidaknya dapat merasakan pengamatan lewat permainan tersebut. Pengamatan bersama Michelle (25/9/17). Tidak ada permintaan lain selain Al Fath untuk ditemani pengamatan. Kebanyakan merasa di sekitar rumahnya tidak cukup menarik untuk diamati. Akhirnya saya membuat dan menyebarkan lagi e-flyer sampai akhirnya ada salah satu kerabatku, Michelle, mengajak melakukan pengamatan di sekitar rumahnya di Rawamangun, Jakarta Timur. Bagi Michelle ini merupakan pengamatan burung pertamanya. Farrel, salah seorang peserta #AmatiJakarta bergabung juga dengan kami. Kami berjalan dari rumah Michelle melewati deretan rumah hingga sampai ke Taman Ketang-Ketang. Ada dua pohon besar di taman tersebut, selebihnya pohon tanjung. Saya sempat pesimis, tapi ternyata kami bisa menemukan 10 jenis burung termasuk Punai Gading. Burung-burung cukup mudah dilihat karena pohon-pohon yang pendek, mereka bermain dan mencari makan tidak terlalu jauh. Jumlahnya dalam kisaran 5-10 burung per jenis. Pengamatan bersama Farrel (26/9/17). Farrel adalah peserta #AmatiJakarta terajin. Ia selalu ikut pengamatan bersama yang kujadwalkan. Bahkan ia bergabung juga ketika pengamatan bersama Michelle karena tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Setiap pengamatan ia juga tampak antusias dan mencatat burung apa yang dilihatnya. Beberapa kali saya menawarkan ke Farrel untuk menemaninya pengamatan di sekitar apartemen tempat tinggalnya, tapi ia tidak pernah mau. Hingga ibunya memberi ide untuk pengamatan di Taman Jogging 1 Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang berjarak sekitar 2 km dari tempat tinggal mereka. Taman Jogging tidak asing bagiku karena dulu saya juga suka bermain di situ. Seperti namanya, kegunaan utama tempat ini adalah jogging dan berolahraga. Tetapi pohon-pohon di sini rindang dan lebat. Menurut Farrel ia pernah melihat seekor Jalak Suren yang jarang di Jakarta. Ada sembilan jenis burung yang teramati di pagi yang cerah tersebut. Takur Ungkut-ungkut menjadi favorit Farrel, Michelle, Domi, dan Chaska yang juga ikut serta dalam pengamatan. Sayangnya kami tidak bertemu Jalak Suren hari itu. C. Peserta pengamatan Total sebanyak 20 peserta dalam rentang usia 9-13 tahun telah ikut dalam kegiatan #AmatiJakarta sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Sebanyak 30% ikut pengamatan lebih dari sekali. Hampir seluruh peserta berasal dari keluarga yang menerapkan pendidikan berbasis keluarga (homeschooling). Hanya dua peserta yang bersekolah formal dan keduanya memiliki anggota keluarga yang aktif mengamati burung. Target mendapatkan enam peserta pada setiap pengamatan bersama yang telah saya jadwalkan ternyata sulit terpenuhi. Justru banyak permintaan untuk ikut pengamatan saya dapatkan dari keluarga yang memiliki anak berusia di bawah 9 tahun. Ada sebanyak 23 anak usia di bawah 9 tahun yang sempat ikut pengamatan D. Hasil pengamatan Dari tujuh lokasi pengamatan yang berbeda, total teramati sebanyak 36 jenis burung sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2. E. Opini peserta Berikut opini dari beberapa peserta tentang kegiatan #AmatiJakarta
Simpulan, Saran, dan RekomendasiInisiatif #AmatiJakarta telah mengenalkan pengamatan burung di kota kepada 20 anak usia 9-13 tahun di Jakarta. Tidak ada peserta yang berusia 14-16 tahun, namun ada 23 peserta berusia di bawah 9 tahun. Jumlah peserta yang berusia di luar target inisiatif #AmatiJakarta ternyata lebih besar. Pengamatan bagi anak-anak usia di bawah 9 tahun berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain. Sebanyak 36 jenis burung berhasil teramati di Jakarta dan sekitarnya dari tujuh lokasi yang berbeda. Saya dapat memastikan burung-burung tersebut teramati oleh para peserta bukan hanya saya. Peserta yang ikut pengamatan minimal dua kali setidaknya telah melihat 11 jenis burung. Farrel menjadi peserta yang melihat jenis burung terbanyak dengan 35 jenis dari enam kali pengamatan. Lembar aktivitas dan board game yang disiapkan membantu membuat pengamatan lebih menarik dan sesama peserta menjadi lebih akrab. Seluruh peserta yang ikut pengamatan lebih dari sekali memiliki opini positif. Namun ada juga peserta yang ikut sekali pengamatan dan secara terus terang menyatakan bosan. Saya menerima permintaan dari peserta yang antusias untuk melanjutkan inisiatif #AmatiJakarta. Untuk melanjutkan inisiatif #AmatiJakarta saya perlu terus mencari alternatif tempat-tempat yang menarik bagi anak-anak di Jakarta dan sekitarnya. Target enam peserta dalam setiap pengamatan bersama masih akan terus dipertahankan. Terlalu banyak peserta saya rasakan menyulitkan pemanduan. Perlu dipikirkan cara mencapai sasaran promosi melalui media sosial agar target enam peserta setiap pengamatan bersama yang belum terpenuhi dapat tercapai dalam kegiatan lanjutan #AmatiJakarta. Daftar PustakaSenda, Christian, Setyawan, A., Leksmana, M.K., Very, & Endra (2015). Burung-burung dari Banjarharjo. Kumpulan Cerita-cerita dari Ceme, hal. 68-72. Tersedia di: http://catatankaysan.weebly.com/blog/burung-burung-dari-banjarharjo-1
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|