Pada pertemuan kedelapan (7 Januari 20201, kami kedatangan satu narasumber yang bercerita tentang Nelayan Tradisional di Indonesia, Kak Wiro namanya. Cerita Kak Wiro sangat menarik, ceritanya memberikan gambaran baagaimana kehidupan nelayan di seluruh Indonesia, khususnya nelayan tradisional. Selama ini aku tahu bahwa Indonesia sebagian besar wilayahnya laut tapi aku baru tahu bahwa 10% ikan di dunia asalnya dari Indonesia. Salah satu komoditi yang ikut serta adalah rumput laut. Aku tidak pernah mengira rumput laut dihitung sebagai komoditas perikanan, karena mereka sangat berbeda dengan ikan ataupun mahluk air lainnya. Indonesia Timur menjadi destinasi utama dalam kelas kali ini. Kak Wiro banyak bercerita tentang kehidupan nelayan di Indonesia Timur. EcoNusa tempat Kak Wiro bekerja berusaha untuk memberikan hak bagi rakyat tradisional untuk mengelola alamnya. Salah satu programnya adalah membangun kepemimpinan kolektif anak muda di wilayah Indonesia Timur untuk melindungi laut. Menurutku ini sangatlah keren, jadi tidak hanya dari luar, tapi yang sehari-hari tinggal di tempat tersebut pun ikut menjaga.
Sebenarnya kalau diliat dari budaya-budaya nelayan yang ada, memang mereka sudah menjaga karena sadar mereka juga rugi apabila alamnya rusak, akan tetapi dengan kegiatan seperti ini. Teman-teman di Indonesia Timur sana bisa lebih kuat dalam melindungi alamnya. Aku tertarik untuk bertukar cerita dengan mereka. Aku ingin tahu bagaimana kehidupan di pesisir, karena di tempatku tidak ada pantai yang bersih dan bagus seperti di sana. Kegiatan hari ini aku merasa seperti jalan-jalan virtual, karena kami diajak menemui nelayan di seluruh Indonesia via video dan cerita. Aku juga merasa jadi lebih kenal dengan topik nelayan ini. Oh iya dari kelas ini aku juga jadi tahu bahwa nelayan kecil tidak harus terdaftar, saat ini diperkirakan ada 2 juta nelayan di seluruh Indonesia. Sebelum kelas ini, aku sudah mendapatkan beberapa gambaran awal tentang nelayan tradisional melalui kuliah Pak Dedi dan Buku Konflik Sosial Nelayan oleh Drs. Kusnadi. Dari Buku “konflik sosial nelayan” yang kubaca aku merasa menjadi nelayan sangatlah susah dan menyedihkan, tapi kalau yang aku dengar dari kelas hari ini, aku merasa tidak sampai separah di buku tersebut. Bahkan yang menarik adalah cerita sukses koperasi nelayan. Sejak aku membaca buku yang diberikan Jaladwara, aku bertanya-tanya tentang peran koperasi, karena di dalam buku disebutkan bahwa tidak ada koperasi nelayan yang sukses. Di kompleks rumah, tetanggaku dan ibu mendirikan koperasi untuk membantu warga-warga sekitar dan aku melihat sendiri dampaknya. Sehingga aku sangat tertarik dengan cerita terkait koperasi. Aku rasa perlu ada yang bisa mengatur keuangan para nelayan ini, agar bisa berkembang. Seperti yang Kak Wiro katakan salah satu masalah utamanya adalah kebiasaan berhutang. Ini bisa diatasi dengan koperasi tersebut. Cerita koperasi yang sukses ini berasal dari Pulau Buru, di sana ada koperasi nelayan yang membantu menjual dan mengatur uang hasil bonus menjual tuna. Sumber uang dari koperasi ini adalah bonus hasil penjualan tuna yang bersertifikat fairtrade. Dengan sertifikat ini mereka seperti mendapat bonus karena sudah menjaga lingkungan.Bonus inilah yang dikelola koperasi. Bonus inilah yang dikelola koperasi untuk membantu apabila ada yang kesulitan, juga digunakan untuk membangun desa. Aku jadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang fairtrade ini sendiri. Fairtrade adalah sertifikasi yang menyatakan bahwa barang ini ramah lingkungan dan bukan hasil eksploitasi. Jadi membeli barang yang bersertifikat ini, berarti menyumbangkan lebih banyak uang untuk para nelayan yang memiliki lisensi ini dan membantu hidup mereka agar lebih baik. Apa syaratnya untuk bisa mendapatkan ini. Mereka harus memancing ikan yang ukurannya sesuai, tidak boleh menangkap ikan yang dilindungi dan melakukan aksi konservasi di daerahnya. Dengan cara ini tidak hanya alam yang terselamatkan, nelayan-nelayan ini pun hidup lebih sejahtera. Hasil pencarian lebih lanjutku menunjukan bahwa tidak hanya ikan, sertifikasi ini ada di berbagai bahan makanan. Aku jadi tertarik untuk mengeksplor lebih jauh setelahnya tentang cara kerja dan seberapa besar impact sebenarnya. Mungkin ini bisa jadi solusi untuk konflik sosial yang ada karena berdasarkan buku nelayan yang kubaca, masalahnya adalah ekonomi. Aku sangat senang dengan kelas hari ini dan menikmati cerita Kak Wiro, andai tidak COVID rasanya aku sudah ingin menggunakan uang lombaku untuk jalan-jalan ke Indonesia Timur hehehhe.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|