Pertemuan kali ini spesial, kalau sebelumnya kami hanya ada satu tamu, spesial hari ini ada 3 orang tamu yang membawa cerita mereka masing-masing. Yang pertama dan kedua adalah Pak Amir dan Pak Bun. Pak Amir adalah nelayan asal Poto Tano yang bercerita tentang kehidupannya sebagai nelayan di sana. Sementara itu Pak Bun berasal dari JARi. JARi adalah LSM yang bergerak di bidang kelautan. Saat ini JARi sedang membantu mengembangkan Desa Poto Tano agar lebih maju. Lalu yang ketiga adalah Kak Utari, dia adalah salah satu pendiri Aruna.Id, aplikasi untuk membantu para nelayan menjual hasil tangkapan mereka. Dari sebelum kelas ini, aku sudah beberapa kali menemukan laman website aruna.id di internet. Aku penasaran seperti apa bentuk usaha mereka, apa saja yang mereka lakukan dan kenapa Kak Utari memutuskan untuk kembali ke kampungnya. Ketika orang lain biasanya lebih memilih untuk tinggal di kota ketika mendapatkan kesempatan. Alhamdullilah semua itu terjawab dari sesi ini. Untuk Pak Bun dan Pak Amir. Sebelumnya aku pernah main-main ke Lombok tempat JARi berasal, tapi waktu itu aku belum bertemu dengan Pak Amir. Aku hanya melihat kapal pendidikan milik JARi dan main-main di pulau mangrove dengan kano. Setelah sebelum kelas aku sempat melihat-lihat aktivitas di Poto Tano melalui facebook. Aku jadi penasaran tentang memancing gurita. Karena gurita bukan hal yang umum kutemui di pasar. Di internet pun aku tidak menemukan ada yang menjual gurita mentah, sehingga aku penasaran siapa pasarnya dan kenapa memutuskan menjual gurita. Kalau seluruh sesi 2 diurutkan, bisa dilihat awalnya kami belajar tentang ontologi nelayan, siapa mereka, dimana tempat hidupnya lalu kami belajar tentang epistemologi dan terakhir aksiologi dari nelayan. Di sesi ini kami belajar tentang solusi yang sudah dilakukan untuk membantu mengatasi permasalahan nelayan. Pertama-tama Pak Amir bercerita tentang kehidupan dia di Desa Poto Tano. Dulu karang dan ikan di kampungnya sangat banyak dan bagus akan tetapi akibat eksploitasi yang dilakukan oleh nelayan di Poto Tano dan kampung lainnya secara perlahan semua mulai berkurang. Ia sendiri dulu termasuk yang khilaf dan mencari ikan menggunakan potasium, ia belajar menggunakan Pottasium saat di Labuan Bajo, akan tetapi ia sadar dan tidak ingin semua karang rusak sehingga tidak ada yang tersisa untuk generasi mendatang, sehingga akhirnya memutuskan untuk berhenti. Yang keren dari Pak Amir adalah kemudian ia berinisiatif untuk menanam karang dan merestorasi karang-karang yang rusak ini. Ia mendapat inspirasi ketika tinggal di Bali, disana ia melihat karang-karang ini menjadi potensi menarik wisatawan. Melihat hal ini, ia ingin melakukan hal yang sama di Poto Tano selain itu ia juga ingin memperbaiki kesalahannya dulu. Menurutku keren sekali inisiatif Pak Amir ini, selain itu menurut ini juga menunjukan bahwa nelayan tradisional mampu mengatasi masalahnya sendiri dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar dibanding nelayan modern. Selain itu yang menarik dari cerita Pak Amir adalah tentang bagaimana teknologi membuat warga yang dulunya berkumpul hingga malam untuk berdiskusi sekarang menjadi lebih cuek dengan yang lain. Sekarang karena bisa menghubungi kapan saja jadi ketika bertemu orang mereka tidak bertegur sapa, toh nanti juga bisa dkontak lewat wa. Pak Amir sendiri sebenarnya tidak suka karena keakraban antar warga jadi berkurang. Nelayan sendiri sebenarnya tidak terlalu memakai teknologi dalam kehidupan mereka melaut sehari-hari. Ini dikarenakan mereka bisa menggunakan berbagai tanda alam yang ada. Cerita ini juga dikuatkan oleh cerita Kak Utari. Teknologi fishfinder yang ia temukan dulu, mendapat penolakan dari nelayan karena merasa tidak butuh. Mendengarkan cerita Pak Amir dan Kak Utari lantas membuatku bertanya bagaimana teknologi bisa membantu nelayan? “Yang dibutuhkan adalah solusi, bukan teknologi. Setelah menemukan solusi baru kita pertimbangkan apakah teknologi itu bisa masuk atau tidak” itulah pertanyaan Kak Utari yang sangat kuingat. Jadi walaupun Kak Utari berkutat dengan teknologi tapi menurutnya, bukan teknologinya yang penting tapi solusinya, teknologi hanya menjadi alat untuk melancarkan solusi yang ada.
Jadi kalau menurutku ketika melihat Aruna.Id kita jangan hanya melihat aplikasinya saja, tapi bagaimana itu menjadi solusi untuk mengatasi masalah pemasaran yang dihadapi nelayan. Aruna memutus jalan panjang yang ditempuh ikan, mulai dari nelayan, pengepul lalu pengepul yang lebih besar baru terakhir restoran seafood. Jadi walaupun harganya mahal belum tentu nelayan mendapatkan banyak, karena terjadi kenaikan harga yang begitu sigfinikan terjadi diantara pengepul-pengepul ini. Hasilnya sudah terbukti, nelayan yang ikut serta dengan Aruna rata-rata pendapatannya naik 3x lipat. Tidak hanya itu karena misi Aruna menjadikan laut yang lebih baik untuk semuanya, jadi tidak hanya nelayan saja yang diberdayakan. Perempuan nelayan dan anak-anak muda juga ikut di ajak berpartisipasi. Perempuan nelayan menjadi pensortir ikan sementara anak mudanya menjadi local heroes. Perannya membantu nelayan-nelayan ini mengintergrasikan hasil tangkapannya dengan aplikasi, lalu memberi tahu ikan apa yang sedang dibutuhkan dan mengelola koperasi. Jadi kerennya walaupun tidak semua paham menggunakan aplikasinya, tapi baik muda maupun tua bisa berpartisipasi, karena punya peran masing-masing. Pertanyaanku tentang bagaimana Kak Utari bisa memiliki keinginan untuk membantu nelayan juga terjawab. Jadi sendiri adalah anak nelayan dulunya, ia bercerita terkadang anak-anak nelayan suka terkena bullying sehingga sejak SMP ia memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu agar nelayan bisa hidup lebih baik. Awalnya ia juga tidak terbayang untuk membuat sesuatu sebesar sekarang, setelah kuliah ia ikut bussines incubator dan ikut dalam berbagai lomba. Barulah ia bisa membayangkan Aruna dan menjalankan hingga sekarang. Ia tak sendiri, ada 2 temannya yang juga anak pesisir. Mereka bertiga yang mengembangkan Aruna. Aku rasa karena Kak Utari dan teman-temannya paham dan merasakan apa yang dirasakan nelayan sehingga sistem yang ada di Aruna tidak mengekploitasi dan malah memajukan nelayan-nelayan. Menurutku tanpa pengalaman susah untuk bisa mengerti masalah yang dihadapi. Banyak hal yang dilakukan oleh Kak Utari dan teman-temannya untuk membuat Aruna ini, salah satunya menemukan masalah dan solusi yang tepat. Dengan pengalaman Kak Utari dan teman-temannya sebagai anak nelayan, ini membantu mereka mengerti apa yang penting untuk diatasi. Selain itu mereka tinggal di Ujung Genteng selama 3 bulan untuk melihat masalah nelayan di sana. Hasilnya tidak mengkhianati usahanya. Aruna dalam pandanganku tidak hanya berhasil mengatasi masalah pemasaran, tapi juga kesejahteraan. Tantangannya tinggal bagaimana untuk menjangkau lebih banyak nelayan dan menjaga agar tidak terjadi overfishing akibat permintaan yang sangat banyak. Selain dari teknologi ada cara lain untuk mengatasi masalah nelayan. Salah satunya pariwisata. Ini yang coba dikembangkan oleh JARi di Poto Tano. Mereka berusaha mengembangkan pariwisata di Poto Tano agar kesejahteraan nelayan bisa meningkat. Selain itu dari beberapa tempat lain ketika pariwisata ditingkatkan, aktivitas pengrusakan menghilang dengan sendirinya. Sehingga mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah lainnya. Di Poto Tano sendiri ada beberapa potensi yang bisa dikembangkan. Salah duanya adalah 8 pulau yang memiliki keunikan masing-masing dan Gurita. 8 pulau yang ada di sana berbeda-beda. Seperti Pulau Belang contonhya, pulau ini adalah pulau mangrove yang sangat cocok untuk dijadikan tempat kanoing, selain itu banyak burung yang tinggal di dalamnya. Ada juga Pulau Nyamuk yang ditumbuhi Pohon Sentigi, pulau ini berpotensi menjadi Sentigi Center. Berbeda dengan Aruna yang membantu secara luas, JARi lebih fokus mengembangkan satu tempat hingga mereka bisa mengembangkan tempat wisatanya sendiri. Kalau dilihat dari facebook, ibu-ibu dan bapak-bapak di sana diajarkan kemampuan baru seperti mengolah gurita menjadi makanan, menanam karang juga belajar bahasa. Semua cara ini dilakukan dan membuat nelayan memiliki lebih banyak pengetahuan sehingga ada alternatif-alternatif pilihan yang bisa dilakukan. Kenapa dari banyaknya biota laut yang dipilih adalah gurita? Karena gurita cepat beregerenerasi dan jarang dikenal orang-orang. Selain itu untuk menangkap gurita mudah serta tidak memerlukan umpan. JARi tidak hanya membantu warga desa untuk memaksimalkan potensi gurita, tapi juga menjaga gurita tetap lestari. Caranya adalah dengan membuat aturan tangkap. Jadi di sana, ada aturan desa untuk ukuran gurita yang boleh ditangkap lalu ada juga waktu tangkapnya, sehingga gurita-gurita ini juga punya waktu untuk beregenerasi. Hal ini tidak hanya dilakukan di sini, di Madagaskar para nelayan gurita ini telah mempraktekan hal yang sama dan ternyata membawa kebaikan bagi mereka. Mendengar cerita bagaimana kerennya di sana aku ingin ke Poto Tano segera dan berpartisipasi membantu membuatkan video dan membuat list burung yang ada di sana, siapa tahu ternyata Poto Tano bisa menjadi spot pengamatan burung yang bagus. Dari sesi ini aku merasa bahwa ada banyak cara untuk membantu nelayan menemukan solusi untuk masalah mereka. Salah satu yang bisa dilakukan olehku dan teman-teman di kota adalah berbagi pengetahuan. Karena kalau kulihat dengan pengetahuan yang lebih luas nelayan jadi punya beberapa pilihan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah mereka. Jadi mereka melakukan itu karena keinginannya bukan karena ketidaktahuan atas pilihan lain. Liat saja Pak Amir dengan pengetahuan lebih ia jadi bisa punya inspirasi untuk melakukan penanaman karang agar turis datang ke Poto Tano. Selain itu dari sini aku melihat masalah yang ada itu saling terkait. Pak Amir ingin memperbaiki karang agar lebih banyak orang yang datang, sehingga ekonomi bisa lebih sejahtera, tapi secara tidak langsung ini juga membantu mengatasi masalah ekologi yang ada di sana. Terakhir, mendengarkan cerita Kak Utari aku merasa ini sangat mirip dengan koperasi yang aku bayangkan dan yakin bisa menjadi salah satu solusi untuk nelayan. Kalau boleh aku ingin berpartisipasi lebih lanjut dan ikut kalau-kalau Aruna.Id butuh relawan atau karyawan magang untuk mendokumentasikan. Aku penasaran ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana Rumah Aruna berjalan di daerah-daerah…
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|