Di Kelas filsafat kemarin, cukup banyak hal baru yang dipelajari. Ada 3 topik yang diangkat, policy, demokrasi dan HAM. Kelas kali ini menurutku lebih berat dibanding biasanya. Kalau biasanya kita hanya membicarakan 1 topik, kali ini langsung 3 hal yang dibahas dalam satu pertemuan. 3 topik yang diangkat merupakan hal yang sering sekali aku dengar, tapi aku tidak terlalu mengerti artinya. Kelas kali ini memperjelas gambaranku tentang ketiga hal diatas. Pertama adalah policy. Hal ini berkaitan dengan urusan bersama. Jadi hal-hal yang berkaitan kehidupan bersama seperti cara agar kita bisa hidup dengan orang lain aku rasa masuk ke dalam sini.
Policy bisa ditemui di berbagai tingkat. Yang menentukan policy atau kebijakan adalah instansi yang berwenang di daerah tersebut. Yang paling kecil contohnya adalah RT dan RW. Kebijakan yang ditentukan bakal mencerminkan bakal kemana arah hidup kita. Nah di sini menurutku menjadi poin penting. Ketika sebuah kebijakan tidaklah sesuai dengan kita. Kita harus bersuara dan menyampaikan pendapat kepada pembuat kebijakan. Aneh rasanya kalau walaupun kita tidak suka, tapi kita tetap pasrah saja mengikuti bak domba yang digiring. Demo kemarin adalah contoh dari warga yang tidak setuju dan bersuara, sayang sekali kalau dari yang kubaca di sosial media, anak sekolah terutama tidak diperbolehkan untuk ikut, tidak diperbolehkan untuk bersuara… Aku percaya semua kebijakan itu baik bagi yang menentukan. Masalahnya adalah seberapa luas konsep baik yang dipegang oleh si penentu kebijakan. Apakah baik untuk satu kelompok saja atau lebih luas. Idealnya, sesuatu yang baik itu tidak hanya tentang personal taste sebuah grup, tapi lebih luas dari itu. Satu hal yang menarik dan memberiku pencerahaan adalah tentang ilmu pengetahuan tidak bisa menentukan sebuah kebijakan. Ilmu pengetahuan hanyalah memberikan bahan pertimbangan untuk penentu kebijakan. Misalnya tentang UU Cipta Kerja, salah satunya kebijakan yang dipermasalahkan tentang dikeluarkan kewajiban untuk menjaga 30% area hutan. Saintis bisa saja memberikan pertimbangan apa dampak buruknya jika ini dihilangkan, tapi semua bergantung kepada sang pengambil keputusan. Tidak hanya sains saja yang menjadi bahan pertimbangan, ekonomi juga masuk. Mungkin dengan hilangnya kewajiban menjaga hutan, bisa diubah menjadi lahan industri dan pertumbuhan maju lebih cepat. Aku rasa penentuan kebijakan juga bergantung dengan sisi mana dalam diri manusia yang lebih dominan. Apabila dia seorang pebisnis, kebijakan yang dikeluarkan bakal lebih berfokus kepada sektor-sektor ekonomi dan menganak tirikan yang lainnya. Topik kedua adalah demokrasi. Etymologi dari demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau kontrol rakyat. Bentuk pemerintahan ini hadir untuk menolak kekuasaan yang berasal dari sananya (diturunkan) Rakyat memilih sendiri pemimpinnya yang nantinya bakal merepresentasikan mereka. Ketika ada sesuatu yang tidak benar alias ngaco. Hanya dua pilihan antara representasinya (pemerintah) yang tidak becus atau massa yang tidak becus. Demokrasi adalah sistem yang diadaptasi oleh pemerintahan kita sekarang dan banyak problem yang ditimbulkan oleh cara ini. Banyak masalah yang dialami, salah satunya adalah problem representasi. Perwakilan yang dipilih memiliki gap antara tindakannya dan yang sebenarnya diinginkan oleh yang ia wakili. Fenomena ini kuamati terjadi sekarang. Poster-poster dan cuitan yang mempertanyakan DPR mewakili rakyat yang mana adalah bentuk kekecewaan akibat gap yang begitu jauh dari harapan kita dan tindakan mereka. Hal kedua yang menjadi masalah adalah demokrasi hanya bisa sukses, ketika setiap warga negara mengutamakan kepentingan negara baru pribadi. Ketika yang lebih diutamakan adalah hal fundamental. Negara bisa terancam karena hanya dianggap sebagai halangan. Terakhir masih berkaitan dengan topik pertama. Setiap tindakan politik yang diambil adalah untuk tujuan bersama bukannya selera pribadi. Ini menurutku menjelaskan kenapa negara-negara di Skandinavia bisa begitu maju. Aku rasa karena di sana orangnya hanya sedikit dan rasnya pun nyaris seragam sehingga lebih sedikit yang perlu diwakilkan. Topik terakhir adalah tentang HAM atau hak asasi manusia. Aku baru tahu, bahwa hak asasi dan hak asasi manusia adalah dua hal yang berbeda. Hak asasi adalah tentang kesetaraan & kesederajatan karena semua sama di mata tuhan. Sementara HAM adalah jaminan untuk mendapat kelayakan minimal sebagai seorang manusia Jadi kelayakan paling minimal yang harus dimiliki setiap orang seperti kebutuhan material, kultural, emosional, politis etc. Ada 3 kategori HAM.
Ketika hak kita dilanggar, kita mengadu kepada penjamin kita. Oh iya sesuatu bisa disebut hak ketika ada yang bisa menjamin dan mengurusi. Sebagai contoh karena aku tinggal di Indonesia, pemerintah menjamin HAM ku, ketika hakku dilanggar aku bisa mengadu kepada pemerintah. HAM adalah sesuatu yang penting dan sayangnya masih saja sering dilanggar. Aku kembali mengambil contoh dari demo kemarin. Menurutku anak-anak SMA dan SMK yang kena hukum akibat ikut demo adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM. Hak untuk bersuara mereka dilanggar oleh negara, kalau seperti ini kepada siapa kita harusnya mengadu ya? Aku lihat dari pertemuan kali ini, ketiga topik yang diangkat berkaitan dengan demo UU Cipta Kerja yang sedang ramai dibicarakan. Policy berkaitan dengan pemicu demo tersebut, demokrasi berkaitan dengan apa yang terjadi kemarin dan HAM berkaitan dengan efek yang didapat oleh para pendemo. Kelas kali ini memberikan sudut pandang yang lebih luas dan membantuku menilai sebenarnya demo kemarin itu kenapa sih terjadi? Perlu ngga sih demo? Apakah salah kita berdemo? Terakhir sebagai penutup Om Yanuar memberikan sedikit materi tentang pendidikan, karena sesi 4 kami akan belajar meriset dengan jaldwara. Sayangnya di awal koneksiku sempat terputus sehingga tidak mendengar secara jelas. Yang aku paling ingat adalah terakhir tentang 3 jenis intelektual.
Aku ingin menjadi yang kedua. Tipe kedua adalah yang menurutku paling baik. Menurutku orang pintar jumlahnya sedikit, lebih baik kalau kita berbagi dan membuat pintar lebih banyak orang. Daripada hanya berdiskusi dan menjadi pintar sendiri. Di bidang ornitologi yang aku geluti sejak kecil. Aku bertemu dengan banyak intelektual organik. Mereka mempunyai tujuan bersama untuk membuat atlas burung indonesia. Caranya adalah dengan menyasar semua jenis masyarakat dari anak kecil hingga kakek-nenek. Membuat program citizen science untuk mengumpulkan data burung-burung di Indonesia lalu merangkumnya menjadi buku untuk panduan bersama di Indonesia. Semuanya dikerjakan dengan biaya bersama. Menurutku ‘orang-orang ini’ adalah contoh intelektual organik dan menginspirasiku untuk menjadi intelektual organik juga.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|