Kamis lalu (1/8/19) aku dan sebagian besar kru OASE Media berkunjung ke dapur WatchdoC. WatchdoC terkenal dengan video-video dokumenternya, tujuanku ke sana pun untuk menambah ilmu terkait video dokumenter. Apalagi ibu dan aku ada rencana untuk membuat video dokumenter terkait sampah, jadi kesempatan ini tidak ku lewatkan... Aku sudah sejak lama rutin menonton video-video mereka karena topiknya yang menarik untukku. Jakarta Unfair, Di Belakang Hotel, Samin vs Semen, Rayuan Pulau Palsu dan yang kemarin sempat trending yaitu Sexy Killer, adalah beberapa karya mereka. Biasanya aku membuat video satu menit-an untuk OASE Menit dan belakangan ini mulai mencoba storytelling dan vlog yang berdurasi 3 menitan. Jadi ini sesuatu yang baru untukku dan sangat menarik. Harapan awalnya aku ingin mencoba siapa tau dapat kesempatan magang di sana dan mendapatkan ilmu untuk membuat video yang panjang bukan hanya semenit atau tiga menit. Di bayangan awalku kantornya watchdoC ini hanya diisi oleh tiga sampai lima orang. Tapi ternyata ada lebih banyak orang di sana. Semua memiliki setidaknya dua skill untuk membuat video. Entah membuat naskah, mengedit video, riset, atau melakukan tugas di lapangan. Salah satu video buatan mereka Selama di sana kami mengobrol dengan mereka, tanya jawab terkait kegiatan mereka dan tips-tips untuk video. Saat kami baru mulai diskusi videoku yang vlog di BantarGebang sempat diputar dan mendapatkan pujian dari mereka, aku senang sekali. Yang semuanya bertanya-tanya adalah bagaimana caranya aku bisa masuk ke Bantar Gebang tanpa izin. Karena masuk Bantar Gebang perlu izin dan cukup susah untuk mendapatkannya. Selain videoku, video milik Alev juga sempat diputar untuk menunjukan karya kami. Yang mengagumkan menurutku dari proses pembuatan video mereka adalah waktunya lama. Aku jujur belum punya ketahanan untuk membuat video dalam waktu lama. Biasanya setelah beberapa saat aku bosan atau mulai hilang fokus dan videonya tidak selesai, video paling lama yang mereka buat sampai 4 tahun. Untuk video selama itu diperlukan sistem foldering yang rapih, kalau nggak kebayang ribetnya nyari satu footage dari ribuan yang terekam oleh kamera. Kami jadi belajar juga cara foldering file agar mudah dicari dan membuat kerja kami efektif. Dibanding caraku menyimpan ini sangat-sangat rapihhhh. Filenya diberi nama per kejadian, jenis shot, videografernya siapa dan diberi kode. Jadi ketika kita mencari lagi tinggal cek database di excel. Satu hal lagi yang kupelajari adalah cara mendapatkan izin untuk mengambil gambar ketika di lapangan dan mengarahkan jawaban narasumber agar sesuai harapan kita. Ada dua jenis video yaitu dubbing (voice over) dan satu lagi narasumber yang bercerita (fairy tale), jadi suara kita tidak ikut di dalam video. Nah untuk yang kedua dengan mengarahkan jawaban mereka kita bisa mendapatkan video yang kuat dan dalem. Di akhir aku sempat bertanya apakah boleh magang, tapi katanya aku sudah tidak perlu magang di sana lagi. Kalau ada video yang sedang dibuat bisa ke sana untuk berdiskusi. Ini sesungguhnya tawaran yang sangat menarik buatku, aku jadi makin semangat untuk bikin video dokumenter pertamaku :D
1 Comment
kucingorennya aubameyang
7/8/2019 19:08:59
wah keren sekali, kami menunggu video dokumentermu, Kaysan !
Reply
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|