Untuk ketiga kalinya kami melakukan pengamatan di hutan IPB. Semua anak laki-laki dengan dengan ogah beranjak dari sleeping bag dan pergi ke parkiran. “AYO SEMUA SEMANGAT” teriak Kak Dinda ke anak-anak yang masih lemas. Kami langsung bergegas ke atas untuk melakukan icebreaking. BUNUH PRESIDEN! Bukannnn.. kami tidak sedang merencanakan kudeta dsb. Tapi itulah nama game untuk icebreaking yang kami mainkan. Ini merupakan salah satu yang paling seru menurutku. Ada presiden dan bodyguard. Kalian pasti bisa menebak, bodyguard bertugas menjaga presiden sementara presiden bermalas-malasan. Jika presiden mati bodyguard menjadi presiden dan dipilih bodyguard baru (Kalau dipikir-pikir mending presiden mati ae ya, toh kita jadi presiden ;) Semangat anak untuk membunuh presiden beda-beda. Saat bodyguardnya anak laki semua berambisi menggembok muka bodyguard. Saat bodyguardnya perempuan mereka pun semangat, menggebok presiden karena pasti laki-laki… Aku sekali menjadi bodyguard lalu presiden.. ternyata ini jauh lebih susah dari kelihatannya. Presiden disini senang untuk mati kelihatannya, saat bodyguardnya mati-matian melindungi. Presidennya malah lari-larian dan jauh lebih mudah digebok dengan bola. Jalan-jalan dan menggambar Setelah pengamatan siang kemarin kami membuat cetakan lalu malamnya kita mencari reptil, pagi ini kami mencari burung (FINALLY..BURUNG) Pagi memang waktu paling pas untuk mencari burung karena mereka bangun mencari makan. Sayang, sepanjang jalur pengamatan tidak ada burung yang terlihat. Beberapa memang mengeluarkan suara, seperti Kepudang Kuduk Hitam dan Cipoh Kacat tapi menemukannya di antara ratusan pepohonan merupakan PR sendiri. Justru lebih banyak burung saat perjalanan kembali melewati komplek dosen. Di situ dengan jelas kita bisa melihat Cinenen Pisang, Cucak Kutilang, Sepah Kecil dan Kepudang Kuduk Hitam. Walaupun belum puas melihat burung, kami harus kembali karena ada tugas membuat karya dari hasil pengamatan kemarin. Kami membuat sebuah poster dengan gambar latar lokasi pengamatan. Tidak ada anak yang boleh diam tanpa membantu. Semua diharuskan menggambar satu hewan yang mereka lihat. Memang semua jadi ikut berpartisipasi, tapi hasilnya ya 11/12 sama Picasso…ABSTRAK (Gaseparahituinicumanhiperbola) Untung kami punya watercolor, semua tinggal “srat”…”sret” cincai lah. Aku menemukan satu fakta, watercolor membuat semua gambar bagus, jadi pelajaran kalau gambarnya jelek diwarnain pake watercolor mudah-mudahan lebih baik… Asap..HANYA ASAP “BAYANGKAN KAMU DITENGAH HUTAN! TERSESAT, TIDAK ADA KOMPOR. KAMU BUTUH API!” teriak Kak Etang dengan lantang. Selain pengamatan kami juga belajar membuat api menggunakan kayu dan korek. Ini merupakan salah satu yang skill paling penting, karena berguna untuk memasak, menghangatkan badan dan penerangan. Saat Kak Etang mencotohkan cara membuatnya kelihatannya EZ PZ LEMON SQUEEZE, masukan bahan level 1, sudah cukup besar masukan level 2 dan seterusnya, kalau mau mati kipas-kipas. Level 1 adalah serabut kayu yang sangat mudah terbakar, level 2 lebih ranting-ranting dan semacamnya. Kenyataannya TIDAK SEMUA ITU BOI! Masukan level 1, tiba-tiba mau habis, langsung dengan terburu-buru kami lemparkan level 2. Hasilnya? Tentu saja MATI! Tapi kelinci imut seperti rabbids invasion tidak pernah menyerah! Kami mencoba lagi dan lagi, tidak peduli kelompok lain sudah jadi, terus semangat mencoba. Alhamdullilah nggak nyala <# hanya asap yang membuat kelompok kami terbatuk-batuk. “Ini gara-gara kamu…” Kudengar ada yang berkata seperti itu sayup-sayup, INGIN KUGIGIT TU ANAK, SIAPAPUN ITU. Inallilahi Api tanpa makanan kuranglah berguna. Sehingga setelah praktik membuat api kami juga disuruh memasak. Bagaimana kelompok yang apinya tidak nyala? -MATIAJA- tenang, semuanya dipinjamkan kompor. Ada telur, tempe, wortel, kentang, cabai, sawi, dan kol. Langsungku tergerak memasak orek tempe dan sayur sop. Kak Bagus: “Dek adek… tempenya jangan dimasak yaaa. Udah basi kayaknya” Kaysan: *Alamakkk masak apa lagi kalau gini Kelompok kami beruntung memiliki chef profesional :v Semua urusan bisa diselesaikan dengan mudah sepertinya. Anggota regu kecuali Husayn yang sakit, bahu membahu menyelesaikan makanan buatan kami. BARBAR… satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan kami. Semua sampah sisa sayur tergeletak dimana-mana, bekas kulit telor juga tumpah-tumpah di lantai. Masakannya? Nasi yang kami masak sangat yunique. Bawahnya gosong parah atasnya belum matang. Jadi sangat pas dengan sop kayak makan pakai kerupuk lahh, tapi pait. Ibrahim adalah bintang utama di acara masak-memasak ini. Dia ngegado bawang bombai dan timun, motongnya… DI ATAS SENDOK SAYUR SOP. Gak kebayang kan… Pokoknya rendem banget lah. Kita yang melihatnya setengah ngeri setengah kagum… Kalau sudah besar aku ingin seperti Ibrahim, mampu memotong di mana saja.
Berbeda dengan aktivitas lain, kali ini diadakan lomba. Kami keluar sebagai juara 1 dari belakang. Dengan menu Sop Ala marhum dan Telor Akhir Zaman yang sukses membuat muka juri memerah, akibat kepedasan…
2 Comments
Adinda Putri
28/3/2018 21:45:24
Yak.
Reply
Bangke
3/4/2018 08:27:08
Ehe, makasih kak :D
Reply
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|