Pencarian kakak fasilitator tidak berlangsung lama. Sempat terjadi insiden karena kami salah keluar pintu stasiun tapi itu juga keberuntungan bagi kami karena kami bisa bertemu Andro, satu-satunya anggota eksplorasi yang tinggal di Jogja. Ia baru saja pindah ke Jogja sehingga saat eksplorasi dibuat ia masih di Jakarta. Ada 3 kakak yang akan menjaga kami selama 7 hari ke depan, Kak Kukuh, Kak Inu Kak Melly. Mereka bertiga sudah kukenal sebelum acara eksplorasi karena sempat beberapa kali pergi ke Jogja dan mereka adalah teman ibu.
Pertemuan untuk pertama kali ini berlangsung sebentar tetapi cukup penting, Kami dibagikan buku saku dan dibriefing tata krama di desa nanti. Beberapa kata dalam bahasa jawa seperti matur nuwun, kula nuwun, dan pareng kami hafalkan untuk kepentingan di perjalanan nanti. “Ya, selamat bertemu lagi di Maitan,” kata Kak Inu, “Apaan ini tiba-tiba selesai ngobrol ditinggal!!!!!” pikirku dalam hati. Tapi jika tidak ditinggal kami tidak menghadapi tantangan yang sebenarnya.
0 Comments
Hari ini adalah salah satu hari terbesar di tahun ini bagiku yaitu Eksplorasi. Sudah 4 bulan kami jalani, riset di Jakarta tidak artinya bagiku dibandingkan dengan ini. Sebuah perjalanan ke tempat baru tanpa orang tua dan TANPA PEMANDU, jadwalnya pun diatur sesuai kondisi lapangan.
Pukul 21.00 WIB -- Beruntungnya kami membeli tiket di hari senin, yang bertepatan dengan tanggal merah sehingga aku bisa diantar oleh kedua orang tuaku. Tak sabar rasanya menaiki kereta dan bersiap untuk sebuah perjalanan besar yang aku pikir akan sangat menarik! Terdapat 8 orang yang berangkat dari Jakarta, Adinda, Ceca, Donna, Fattah, Kaysan, Yudhis, Yla, dan Zaky. Stasiun Senen penuh dengan ratusan orang yang menaiki bersiap untuk menaiki kereta ke Jawa. Semua anggota eksplorasi diantar oleh orang tuanya. Sempat terjadi kemacetan saat akan memasuki stasiun, aku juga sudah panik takut tertinggal. Untungnya kemacetan hanya berlangsung sebentar dan aku tetap sampai tepat waktu. Tak berselang beberapa lama kami bersiap memasuki kereta dan memulai perjalanan. Tidak terasa perjalanan Eksplorasi segera dimulai. Kami pun diberi tugas untuk menulis tentang daftar barang yang dibawa. Aku sungguh tidak sabar menunggu waktunya. Untuk persiapan menaruh barang aku tidak terburu-buru karena sudah beberapa kali bepergian sendiri. Tas yang aku bawa adalah Deuter Zugspitze 20 liter. Selain itu aku juga membawa tas ransel lipat untuk tas sehari-hari. Aku menyimpan tiap set pakaian dalam kantong ziplock. Aku tidak membawa kamera atau barang elektronik lainnya karena terlalu berbahaya. Ini adalah foto tasku saat sudah dipacking beserta daftar lengkap barang yang dibawa.
Untuk tugas minggu ini kami mendapat tugas untuk mewawancarai Aktivis Pangan. Aktivis Pangan adalah orang yang menyuarakan suatu hal yang mereka tidak setujui yang berhubungan dengan pangan. Sebenarnya kami ditugaskan untuk mewawancarai saat Festival Desa berlangsung. Tapi aku sedang di Lombok dan tidak sempat ke Festival Desa, sehingga aku mewawancarai orang lain. Ibu berhasil mendapat info tentang seorang pembuat tempe menggunakan kedelai lokal. Nama bapak itu adalah Pak Agus ia tinggal di Rawa Bacang, Pondok Gede.
Minggu ini tugasnya masih sama seperti minggu kemarin yaitu Riset Bersama. Setelah brainstorming selama seminggu sekarang saatnya untuk yang nyata yaitu mewawancarai narasumber. Walaupun kita bekerja berkelompok tetapi narasumbernya berbeda-beda. Aku memilih Petani di PIK, Penjual Beras di Pasar Induk Cipinang dan temanku. Saat riset aku ditemani teman sekelompokku yaitu Dhifie, ia juga mewawancarai Pak Petani. Pada hari Rabu 28/9 Dhifie dan aku merencanakan untuk riset bersama di sekitar rumahku. Pada pagi hari sekitar pukul 08.00 kami bersepeda ke Sawah satu-satunya yang ada di Kelurahan Penggilingan. Karena kami telat matahari sudah lumayan tinggi, Pak Petani juga beberapa sudah hilang untungnya kami menemukan satu orang yang sudah cukup tua sedang beristirahat. Dari mukanya sepertinya berumur 60-70 tahun, namanya Wariyan. Dari keterangannya sawah yang ia garap ini adalah milik warga sekitar mereka bersama-sama menggarap sawah. Jika panen mereka menjual beras saat masih berupa gabah ke orang yang berminat karena mereka tidak punya penggiling, jadi mereka tetap membeli beras di pasar. Beras yang mereka tanam di sawah seluas 1 hektar ini adalah jenis Cierang Jumbo, bibitnya mereka beli di kampung. Setelah selesai mewawancara Pak Wariyan kami langsung pergi ke Pasar Induk Cipinang karena takut pejual di pasar sudah istirahat atau bahkan sudah tutup. Berbeda dengan PIK yang bisa dicapai dengan sepeda, jarak Pasar Induk Cipinang dengan rumahku cukup jauh sehingga kami pergi menggunakan Bus Transjakarta. Sampainya di sana kami masih kebingungan karena tidak tahu mana yang akan diwawancara. Terdapat lebih dari 10 toko dan semua menjual beras, selain itu kami minder karena tidak kenal dengan narasumber. Karena kami harus mewawancarai untuk Eksplorasi akhirnya kami memilih salah satunya karena kami lihat sedang beristirahat. Ternyata ia tidak bisa dan menyarankan untuk pergi ke toko sebelahnya. Beruntung sekali kami, orang yang kami wawancarai sangat koperatif dan suaranya jelas. Ternyata ia baru berjualan selama 9 tahun. Dari yang keterangan yang kudapat temannya ada yang sudah berjualan selama 50 tahun. Walaupun tulisan di atap Pasar Cipinang adalah "Pasar Beras dan Palawija" tapi yang sekarang dijual tinggal beras dan ketan. Nama toko yang kami wawancarai adalah Toko "Sinar Jaya" Dalam sehari Toko "Sinar Jaya" bisa menjual 30 ton beras, itu termasuk menengah kebawah, untuk menengah keatas bisa sampai 300 ton dalam sehari. Jika kamu berkeliling Jabotabek dan bertanya ke tukang beras mungkin sebagian besar menjawab berasnya berasal dari Cipinang. Menurut Pak Ayong pemilik toko "Sinar Jaya" hampir seluruh beras yang ada Jabotabek di kirim dari Pasar Beras Cipinang. Terdapat empat kualitas beras yang dijual di Pasar Induk Cipinang, yaitu kualitas buruk, ini merupakan yang termurah dengan harga kisaran Rp. 7,000, lalu kualitas sedang ini merupakan yang paling banyak dibeli orang karena cukup baik dan murah, harganya kisaran Rp. 8,000, lalu kualitas bagus dan terakhir premium dengan harga Rp. 13,500. Beberapa bulan yang lalu sempat beredar kabar bahwa terdapat Beras Plastik yang diimpor dari Cina, tapi itu tidak mungkin karena import beras adalah sesuatu yang sangat dilarang sehingga para pedagang tidak berani melakukannya. Kata Pak ayong juga itu hanya isu yang beredar, karena di Pasar Induk Cipinang tidak ada beras plastik. Saat wawancara aku merekamnya dalam bentuk mp3, lalu aku tulis transcriptnya silahkan click disini untuk melihat transcript. Setelah berhasil mengetahui tentang asalnya beras aku jadi penasaran apakah teman-temanku bisa memasak beras dan paling suka berasnya dibuat apa? Aku mengambil 3 orang, dan semuanya tidak bisa memasak nasi bahkan menggunakan rice cooker. Pada hari sabtu aku pergi ke Toko beras yang menjadi laggananku. Pemilik toko ini adalah Bu Andi, ia adalah tetanggaku di komplek. Ia awalnya berjualan beras karena isu Beras Plastik, ia mempunyai sawah sendiri sehingga tahu persis apa yang dilakukan dengan berasnya. Sawahnya terletak di Temanggung, setiap bulan diantarkan hasil panennya ke Rumah Bu Andi menggunakan Truk Hino yang besar. Beras yang dikirm setiap bulan sekitar 3 kilo, jika dibandingkan dengan Toko "Sinar Jaya" sangat jauh perbedannya tu menunjukan bahwa pembeli beras yang dijual oleh Bu Andi jauh lebih sedikit dibandingkan Pak Ayong. Jika lewat depan rumahnya terdapat sebuah banner bertuliskan jual beras tanpa pemutih, pengawet, plastik dan pewangi. Jadi beras yang dijual ini karena tidak menggunakan pemutih dan pengawet jadi lebih cepat kutuan dan warnanya kurang menarik. "Beras diJakarta itu sebagian besar menggunakan pemutih dan pengawet dek, jadinya lebih menarik dan lebih tahan lama" ujar Bu Andi, walaupun begitu aku belum bisa memastikan kebenarannya karena belum di kroscek. Aku sangat senang dengan tugas minggu ini karena menyenangkan dan sangat menantang, apalagi saat kita harus bekerja sebagai tim, berbagai masalah menghampiri kami. Seperti habis pulsa, tidak memiliki waktu dan yang paling utama adalah kurang percaya diri. Aku belajar sangat banyak di tantangan kali ini seperti percaya diri berbicara dengan orang baru, berbagai jenis beras dan bekerja sebagai kelompok bukan perorangan. Minggu ini tugas dari eksplorasi adalah membuat brainstorming untuk riset. Kami mendapat tuga untuk meriset Beras. Untuk minggu ini kami belum diharuskan wawancara dan semacamnya, untuk minggu ini kami mendapat tugas untuk merencanakan 5 pertanyan penting selain pertanyaan yang sudah diberikan dari kakak.
Ini Pertanyaannya besar yang kami putuskan 1. Apakah beras yang ada di Indonesia lebih banyak yang impor? 2. Jenis beras apa yang paling disukai? 3. Bagaimana mengubah padi menjadi beras? 4. Bagaimana cara menanam padi dan bagaimana cara mengurus padi? 5. Beras yang teman2 di rumah paling sukai apa? 6. Kenapa Ornag indoneisa paling suka Nasi bukan karbohidrat lainnya? Setiap orang mewawancarai orang yang berbeda Kaysan: Pedagang Beras di Pasar Induk CIpinang, Petani di Sawah PIK, dan teman2 di Rumah Fattah: Teman2 di rumah, Tukang beras dekat Rumah Dhifie: Sawah di PIK Hasil akhirnya nanti kami akan buat dalam Lapbook, tapi kami belum memutuskan lapbooknya seperti apa Minggu ini tugas eksplorasi adalah membuat 5 inferensi dari 10 pola data. Inferensi menurut KBBI adalah Simpulan; yang disimpulkan. Jadi inferensi adalah membuat kesimpulan dari sebuah pola data. Tugas ini cukup susah, aku baru mengerjakannya hari minggu karena sibuk latihan untuk Triathlon minggu depan. Kami mengambil pola data dari jurnal tugas eksplorasi yang minggu lalu.
Di tantangan kali ini aku belajar sangat banyak hal, seperti membuat infografis dan mencari inferensi. Sebelumnya aku belum pernah membuat infografis sehingga saat tugas ini datang dan aku berencana untuk belajar mebuat infografis. Ternyata membuat infografis itu tidak terlalu sulit karena ada beberapa website photo editor yang menyediakan template infografis.
Pagi ini selepas mengaji, aku mewawancarai Kak Amar. Ia adalah seorang hafidzh Quran yang juga mengajariku mengaji setiap pagi. Ia adalah salah satu santri di Pesantren Roudhotul Muhibbin. Ia masuk ke pesantren sejak lulus SMP, sekarang umurnya sudah 21 tahun, dia berasal dari Pekalongan. Selama 6 tahun ia sudah hafal 30 juz, dan sudah menjadi salah satu santri paling senior.
Untuk tugas kali ini kami harus mewawancarai seseorang yang tidak terlalu kita kenal dan makanan favoritnya. Makanan yang paling ia sukai adalah sate kambing dengan kuah kecap. Daging yang paling ia sukai untuk sate kambing adalah yang diberikan dari orang lain secara cuma-cuma. Karena dagingnya yang empuk dan segar. Ia bisa memasak sate kambing jika sedang ingin dan tidak ada yang jual. Selain sate kambing ia juga suka nasi megono karena makanan khas Pekalongan. Bahan utama dari nasi megono adalah nangka muda dan nasi putih ditambah dengan beberapa rempah-rempah. Nasi megono ini unik karena tidak semua orang bisa membuatnya. Menurut Kak Amar hanya orang asli Pekalongan yang bisa membuatnya, karena resep Nasi Megono itu turun temurun. Orang lain bisa membuat Nasi Megono juga tapi tidak sesedap buatan orang asli Pekalongan. Walaupun berasal dari Jawa Tengah Nasi Megono katanya lebih didominasi rasa asin. Di sekitar rumahku sebenarnya ada yang menjual nasi megono tapi aku tidak beruntung, warung tersebut masih tutup karena Idul Adha jadi aku belum sempat mencoba nasi megono. Dibawa ini aku kutip dari resepmemasakkhas.blogspot.com Bahan-Bahan Nasi Megono
Cara Membuat Nasi Megono
Minggu ini kami mendapat tugas untuk mencoba barter dengan orang yang tidak dikenal. Pada awal minggu kami hanya diberi sebuah paperclip tapi di akhir minggu kami harus membawa barang baru dan bukan sebuah paperclip. Orang yang bertukar barang harus orang yang tidak pernah kita lihat. Kita harus mencoba bertukar minimal 2 kali. Aku bertukar barang di hari pertama pengerjaan tugas dan hari terakhir karena sibuk.
Selain ketiga orang diatas aku juga bertemu 2 orang lainnya. Tetapi mereka karena alasan tertentu mereka tidak bisa menukarkan barangku dengan miliknya.
Aku sangat senang dengan kegiatan ini karena menantangku berbicara ke orang yang tidak pernah dikenal. Setiap akan bertanya aku selalu tegang, tapi saat selesai aku rileks kembali. Dari kelima orang yang kutemui 3 diantaranya berada di kompleksku sementara 2 lagi di tempat yang berbeda. Tampaknya tugas ini terinspirasi dari Proyek One Red Paperclip. Disana seorang blogger asal Canada memiliki proyek selama setahun menukarkan barang yang ia punya, hingga ia mendapat 2 buah rumah! dan semua itu berawal dari sebuah Paperclip berwarna Merah. |