“Zaky sama Ceca mana sih!!” “Udah kita tinggal aja ya,” seru aku, Andro, Yudhis di saat yang bersamaan. Sudah ketiga kalinya Zaky dan Ceca terlambat. Sebelumnya mereka terlambat tapi masih bisa dimaafkan karena tidak di saat yang penting, walaupun tetap menyebalkan. Kali ini mereka telat di saat kita akan ke Palbapang! Kami panggil-panggil tapi mereka tidak keluar. Hampir saja kami tinggal untungnya di saat terakhir mereka masih sempat kalau tidak mereka akan menjadi warga desa Maitan. Hari ini kami akan pergi pindah dusun ke Ngringinan, Palbapang. Sedih rasanya kami akan meinggalkan keluarga kami yang sudah 4 hari tinggali. Sebelum pulang kami sempat mengadakan foto bareng, fotonya nanti rencananya akan aku kirim dengan frame ke keluargaku.
3 Comments
“Hiduplah Indonesia raya, Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri…” Hari ini kami berencana untuk membeli barang atau semacamnya untuk tanda terima kasih ke tuan rumah. Sebenarnya kami sudah diberi tahu dari awal untuk membawa buah tangan tapi kami pikir homestay itu seperti hotel yang masuk tinggal check in dan keluar saja tidak perlu terima kasih dan semacamnya. Ternyata homestay ini lebih asyik, yang paling utama yang membuatku tertarik adalah kita langsung kenal dengan pemiliknya dan becengkrama juga dengan pemilik rumah, jadi lebih terasa kedekatannya, selain itu homestay hanya memiliki 1 tamu. Kami berencana membeli buah dan bahan pokok untuk tanda terima kasih ke Bu Murni. Selain mencari hadiah aku juga akan mewawancarai penjual pupuk di pasar. Oleh sebab itu aku dan Andro menyanyikan ‘Indonesia Raya” membangunkan Adinda agar tidak kesiangan saat pergi ke pasar. Selain itu kami juga ini membalas setelah kemarin ia menggedor-gedor pintu kami agar bangun, padahal yang lain juga belum siap-siap. Tapi cara yang kami lakukan lebih berkelas :D. Kami membangunkannya dengan lagu perjuangan (karena kami berjiwa NASIONALIS, MERDEKA!!) dan hormat di depan jendela kamar tidur Adinda, tidak ada gedor-gedor sedikit pun. Tapi sayang kreafitivas kami tidak dihargai. Bukannya berterima kasih ia malah marah-marah D: Kami akhirnya memutuskan untuk menggantinya dengan “Mars P3r1nd0” sehingga lain kali saat kami bernyanyi, kami akan menyanyikan P3r1nd0. Pukul 06:00 WIB -- Ketika biasanya kami masih bersembunyi di bawah selimut saat di Jakarta, sekarang kami segar dan siap untuk melihat pembuatan gula jawa yang berada dekat dengan homestay kami. Sebuah pohon kelapa yang bagiku susah sekali dipanjat (iyalah orang manjat pohon mangga aja nggak bisa :P) dilaluinya dengan mudah. Pak Muhajir sudah belajar memanjat sejak umur 15 tahun, jadi mungkin pohon dan dia udah menyatu :P. Ia mengambil setiap pagi dan sore hari, jadi mungkin setiap kali selesai mengambil nira ia sikat gigi karena sikat gigi dianjurkan setiap pagi dan sore/malam.
Aku sering mendengar kata nira tapi baru hari ini aku tahu bahwa nira itu berasal dari bunga kelapa yang belum jadi buah. Satu malam diikat menggunakan tali dan paginya disadap. Untuk membuat nira lebih bagus ia mencampurkan kapur! Tapi ini bukan kapur tulis seperti yang biasanya kita gunakan, melainkan kapur masakan. Penggunaannya hanya sedikit tapi efeknya besar. Pencarian kakak fasilitator tidak berlangsung lama. Sempat terjadi insiden karena kami salah keluar pintu stasiun tapi itu juga keberuntungan bagi kami karena kami bisa bertemu Andro, satu-satunya anggota eksplorasi yang tinggal di Jogja. Ia baru saja pindah ke Jogja sehingga saat eksplorasi dibuat ia masih di Jakarta. Ada 3 kakak yang akan menjaga kami selama 7 hari ke depan, Kak Kukuh, Kak Inu Kak Melly. Mereka bertiga sudah kukenal sebelum acara eksplorasi karena sempat beberapa kali pergi ke Jogja dan mereka adalah teman ibu.
Pertemuan untuk pertama kali ini berlangsung sebentar tetapi cukup penting, Kami dibagikan buku saku dan dibriefing tata krama di desa nanti. Beberapa kata dalam bahasa jawa seperti matur nuwun, kula nuwun, dan pareng kami hafalkan untuk kepentingan di perjalanan nanti. “Ya, selamat bertemu lagi di Maitan,” kata Kak Inu, “Apaan ini tiba-tiba selesai ngobrol ditinggal!!!!!” pikirku dalam hati. Tapi jika tidak ditinggal kami tidak menghadapi tantangan yang sebenarnya. Hari ini adalah salah satu hari terbesar di tahun ini bagiku yaitu Eksplorasi. Sudah 4 bulan kami jalani, riset di Jakarta tidak artinya bagiku dibandingkan dengan ini. Sebuah perjalanan ke tempat baru tanpa orang tua dan TANPA PEMANDU, jadwalnya pun diatur sesuai kondisi lapangan.
Pukul 21.00 WIB -- Beruntungnya kami membeli tiket di hari senin, yang bertepatan dengan tanggal merah sehingga aku bisa diantar oleh kedua orang tuaku. Tak sabar rasanya menaiki kereta dan bersiap untuk sebuah perjalanan besar yang aku pikir akan sangat menarik! Terdapat 8 orang yang berangkat dari Jakarta, Adinda, Ceca, Donna, Fattah, Kaysan, Yudhis, Yla, dan Zaky. Stasiun Senen penuh dengan ratusan orang yang menaiki bersiap untuk menaiki kereta ke Jawa. Semua anggota eksplorasi diantar oleh orang tuanya. Sempat terjadi kemacetan saat akan memasuki stasiun, aku juga sudah panik takut tertinggal. Untungnya kemacetan hanya berlangsung sebentar dan aku tetap sampai tepat waktu. Tak berselang beberapa lama kami bersiap memasuki kereta dan memulai perjalanan. Tidak terasa perjalanan Eksplorasi segera dimulai. Kami pun diberi tugas untuk menulis tentang daftar barang yang dibawa. Aku sungguh tidak sabar menunggu waktunya. Untuk persiapan menaruh barang aku tidak terburu-buru karena sudah beberapa kali bepergian sendiri. Tas yang aku bawa adalah Deuter Zugspitze 20 liter. Selain itu aku juga membawa tas ransel lipat untuk tas sehari-hari. Aku menyimpan tiap set pakaian dalam kantong ziplock. Aku tidak membawa kamera atau barang elektronik lainnya karena terlalu berbahaya. Ini adalah foto tasku saat sudah dipacking beserta daftar lengkap barang yang dibawa.
|