“Jebrak-jebruk, duar, duar BOOM,” kira-kira seperti itu bunyinya saat aku dan Andro bersiap-siap kembali ke Jakarta (maunya sih extend tapi nggak boleh :P).
Memang suaranya lebih mirip perang dibandingkan berkemas. Tapi itu semua mungkin karena aku membawa tas carrier dan tas daypack...ditambah pepaya, mangga pisang, jambu kubawa dari pasar minggu, emping, sendal, beras, dan masih banyak lagi buah-buahan dan segala macam makanan. Daripada anak yang keliatannya habis pulang dengan tentengan sedikit, kami lebih mirip orang yang sedang pulang kampung dan membawa semua hasil bumi yang ada! Kami tidak malu dengan barang yang luar biasa banyaknya tapi yang menjadi masalah adalah ini super-duper berat. Semua barang ini juga tidak masuk di dalam tas sehingga beban semakin bertambah. Untungnya ada kakak-kakak dari Jaladwara yang menyelamatkan kami. Mereka berhasil memasukan pepaya ke dalam tas dan emping ke dalam tas jinjing yang dipinjamkan.
0 Comments
"Enak ya nginjek-nginjek kedelai," seru salah satu temanku.
Hari ini kami belajar membuat tempe organik mulai dari proses perebusannya sampai selesai. Salah satu prosesnya adalah menginjak-nginjak kedelai setelah direbus agar kulit arinya lepas dan bisa dimasak. Jadi kedelai-kedelai yang sudah direbus kami injak-injak menggunakan kaki kami yang selesai dipakai nyeker di halaman rumah Bu Cicil. Jangan dikira hanya tempe kami yang mengupasnya menggunakan kaki, hampir semua tempe juga mengupasnya menggunakan kaki lho. Makanya jangan heran jika tempe yang dimakan bau kaki :P Kedelai bisa dibuat dari berbagai macam kacang, seperti Koro Pedang, Kacang Tanah, Biji Kecipir, Kacang Hijau, Koro Mini dan Kedelai Hitam yang dijaga seperti anak sendiri *<- Striketrough (Iklan Bango) Untuk jadi tempe kita membutuhkan lebih dari 20 jam dan 6 proses, "wuihh" sungguh lama dan berat perjalanan kedelai menjadi tempe, lebih lama dari kereta Jogja-Jakarta, jadi jangan membuang-buang kedelai atau tempe. Setelah dilepas kulit arinya, kedelai di rendam selama 6-10 jam. Hari ini akhirnya kita jalan-jalan ke pantai :) Pantai ini bernama Pantai Depok, jaraknya sekitar 20 km dari Desa Ngringinan. Kami berangkat ke Pantai menggunakan angkot yang disewa seharian. Walaupun kami pergi ke pantai kami tetap tidak bermain air karena ombaknya yang besar, bahkan banyak orang yang terseret dan hilang di laut.
Perjalanan ke pantai cukup lama. Muka-muka temanku tampak tidak sabar melihat pantai. Sepanjang jalan kami berbincang-bincang tidak jelas, karena Andro dan Zaky berada di depan keriuhan berkurang (yang di belakang garing semua ;D). Sepanjang jalan kami mengebut seperti kebelet BAB. Sempat kami berhenti sekali karena Yudhis ingin membeli bolpen. |