Pesawat Lion Air mengantarkanku, ibu dan Tante Tezza terbang menuju NTT, tepatnya di Sumba. Acara bird race lah yang membuatku pergi ke sini. Lomba yang diselenggarakan di TN Matalawa ini sangatlah menarik perhatianku karena, sudah lama aku ingin pergi ke Indonesia tengah dan timur, dan dari postingan di instagramnya burung-burung yang ada di sana sangatlah menarik. Sudah dari 4 bulan yang lalu aku mencari-cari anggota untuk tim bird race. Tapi tidak ada orang yang bisa ikut, atau pergi ke lomba. Akhirnya pilihan terakhir jatuh kepada ibu yang walapun pengamatan sudah sama lamanya denganku tapi terkadang masih keliru membedakan burung gereja dengan tekukur…. dan satu lagi Tante Tezza, temannya yang baru saja pulang dari Barcelona dan butuh liburan. Timku untuk bird race kali ini sungguh luar biasa. Aku saja tidak ikut lomba jika Tante Tezza tidak langsung membeli tiket. Maka kami berangkat ke Sumba dengan motivasi jalan-jalan. Perjalanan ke Waingapu membuatku kaget. Pertama, adalah pesawatnya. Pesawat ini sangat kecil, dan menggunakan baling-baling. Aku tidak yakin pesawat ini bisa sampai tujuan. Terbayang olehku pesawat ini seperti berusaha terbang namun keberatan penumpang, lalu suaranya “teketektektektek” Tapi ternyata rasanya sama seperti pesawat besar yang biasa. Isi pesawat tersebut alah peserta lomba semua! untuk pertama kalinya aku jalan sepanjang kabin dan aku kenal hampir semuanya. Bandara Waingapu tak lebih besar daripada terminal Rawamangun, dan sepiii sekali. Dalam satu hari saja hanya ada tiga kali penerbangan yaitu pagi pukul 07.30, 10.30 dan sore pukul 03.30, jadi setelah itu petugas bandara gabut. Semua peserta diinapkan oleh panitia di Hotel Jemmy, tempat ini menampung sekitar 20 tim. Untuk menghemat tempat, panitia membagikan kamarnya untuk beberapa orang. Ada yang tidur ber empat ada juga yang berdua.
Tampaknya semua peserta sudah tidak sabar pengamatan. Oleh sebab itu sorenya sebagian besar pergi ke sungai mencari seriwang yang katanya banyak dan mudah ditemui. Ternyata memang seriwang sangatlah mudah. Baru sedikit saja kami menyusuri sungai sudah terlihat seekor seriwang betina, ditemani dengan Kipasan dada hitam. Sayang kameraku ditinggal di hotel, karena baterenya habis. Karena melihat seriwang, kami memutuskan untuk menunggu di tempat itu terlebih dahulu. Pipit Zebra, Isap madu, Decu Belang, Raja Udang erasia dan masih banyak lagi semua terbang-terbang di depan kami. Gatel rasanya ingin memotret tapi kameraku tak ada. Selama 1 jam pengamatan sekitar 20 burung lewat-lewat, favoritku tentunya Seriwang Asia, karena burung ini di Jawa susahnya setengah mati. Malamnya acara birdrace dibuka oleh Kepala Taman Nasional. Kami dibrief untuk kegiatan besok. Kalimat sambutan yang dibacakan oleh Pak Maman, ketua TN Matalawa, cukup menarik untuk membuatku tidak tidur. Acara sampai pukul 10.00 belum selesai juga, sehingga akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja, apalagi besok pagi kita akan melakukan perjalanan super jauh.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|