Di Jakarta aku senang mengamati burung di halaman rumah. Tidak perlu susah-susah, tinggal buka jendela beberapa ekor Cinnyris jugularis bermain kesana kemari di pohon mangga golek persis depan kamarku. Di Pakis pun begitu. Halaman belakang sekolah adalah hutan yang didominasi dengan kapolaga, pinus dan pohon rambatan yang tingginya seaku. Daripada menanjak naik turun bukit, aku lebih memilih mengamati hewan bersayap ini dari halaman belakang sekolah. Anis Hutan, Paok Pancawarna, Sikatan Emas, Udang-punggung Merah dan Beluk Ketupa adalah beberapa jenis dari list burung yang kutemui di belakang.
Kami bukanlah pendatang terjauh di PAKIS. Beberapa hari setelah kami tinggal di PAKIS. Seekor burung seukuran Burung Gereja, berwarna coklat dan ekor biru, terbang dan bermain-main di kandang kambing depan sekolah. Dia melompat kesana kemari sambil mencari makanan diantara tumpukan tai kambing. Awalnya siapa yang mengira kalau burung yang aku, Mas Ari dan Juni temui adalah pendatang dari daerah asia timur sana. Siberian Blue Robin namanya, ukurannya tidak beda dengan gereja tapi dia menempuh jarak ribuan kilo untuk menghindari musim dingin disana. Ini adalah lifer buatku dan sesuatu yang sangat diluar ekspetasiku. Juni namanya, dia adalah siswa Pakis yang paling antusias dengan dunia per-manuk-an. Bukit-bukit yang tinggi menjulang dan lembah-lembah yang terlihat oleh mata adalah taman bermainnya. Kadang disaat pelajaran sekolah sudah mulai membosankan, dia membawa kamera merahnya dan kain kamuflase lalu masuk ke dalam hutan. Ketika langit sudah mulai memerah, ia balik ke sekolah dengan foto-foto burung yang ditemukan. Hari ini dia pulang dengan foto Beluk Ketupa lalu dihari lain dia pulang dengan foto Elang Jawa hinggap. Awalnya aku tidak ikut serta ke dalam hutan, tapi foto-foto itu seolah memanggilku. Akhirnya setelah tergoda aku ikut serta bersama Juni, beberapa kali mencari burung di sekitar. Sayang beribu sayang, setiap kali aku ikut mengamati, burung-burung ini seolah tidak sudi untuk memunculkan dirinya. Paling bagus, aku melihat Anis Hutan dari jarak yang cukup dekat. Mungkin bauku dan Juni beda, sehingga burung-burung ini takut untuk muncul sekedar menyapa. Menurutku mereka mirip dengan siluman, ada suara dan fotonya tapi tidak ada wujudnya. Aku bukanlah satu-satunya yang dibuat penasaran dengan burung-burung di sini. Minimal ada seratus peserta PBBI IV yang dibuat penasaran selama 3 hari oleh burung-burung disini. Dengan hujan yang mengguyur tanpa henti, semua burung ini ngumpet di dalam hutan. Waktu kegiatan selama 3 hari dihabiskan dengan mencari dimana persembunyian burung-burung ini. Beberapa senang karena berhasil, sementara yang lain lebih memilih masak indomie di gubuk literasi.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|