Mati listrik satu negara, trus pusing pala bapak, ibu dan anak-anaknya serta ribuan tetangganya. Itu kayaknya deskripsi singkat dari film Survival Family yang harus aku tonton karena bagian dari tugas untuk Latihan Kepemimpinan Dasar Pramuka (LDK) Maret nanti. Film ini bercerita tentang sebuah keluarga yang tinggal di Tokyo. Mereka mirip banget dengan orang yang tinggal di kota sekarang. Serba instant dan bergantung dengan listrik. Charger nyala terus, TV, Microwave, Kulkas bahkan kompor pun listrik. Bahkan di scene awal mereka mendapat kiriman ikan dari eyangnya di kampung dan tidak ada satupun yang bisa memotongnya. Kalau dipikir-pikir ini tapi mirip aku juga sih. Jika sewaktu-waktu aku disuruh motong ikan utuh, tidak yakin bisa melakukannya dengan benar. Tapi dulu aku jago sih masak ikan cue buat Comel, mungkin ga parah-parah banget berarti. Semuanya berjalan lancar bagi keluarga ini sampai listrik satu kota mati. Bagai terkena kiamat keluarga ini langsung panik dan kesal. Makanan busuk, weker tidak nyala begitu juga lift dan trem untuk pergi ke sekolah, paling parah HP milik mereka semua mati. OMEGAD orang jaman sekarang ketika hpnya mati sudah macam pecandu narkoba, jadi gila sendiri. Atur-atur rencana, akhirnya mereka memilih pergi ke kampung eyangnya yang berada jauh di ujung Jepang menggunakan sepeda. “Lebih baik berusaha daripada mati sia-sia kelaparan di Tokyo” Itu motivasi mereka pergi kesana. Akhirnya setelah mencari satu sepeda tambahan, mereka melakukan roadtrip darurat ke rumah kakeknya di Kagoshima. Jarak dari Tokyo sekitar 1,164 km.
Perjalanan ini menurutku mendekatkan mereka. Apalagi tidak ada hp yang biasanya mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Hubungan keluarga mereka semakin erat… Salah satu scene paling menyedihkan adalah ketika mereka menyebrangi sungai di tengah hujan, menggunakan rakit. Di tengah perjalanan, rakit mereka tenggelam dan semua sepeda ikut tenggelam. Bapaknya yang berpikir betapa susahnya untuk mencapai Kagoshima tanpa sepeda, memilih untuk menyelamatkan ke dalam air dan malah terbawa arus lalu tenggelam. Keluarganya dengan sedih akhirnya meninggalkan dia dan pergi menyusuri rel kereta. Karena ini sebuah film, pasti ada keberuntungan yang tidak masuk akal. Di film ini saat mereka sedang menyusuri rel, tiba-tiba kereta lewat lalu mereka menumpang sampai Kagoshima. Di jalan pun bapaknya hidup lagi dan menembakan flare yang dia punya, semua happy karena berkumpul kembali. Kakek pun senang karena dikunjungi cucunya. Film ini aku lihat mirip banget dengan orang-orang di kota, yang kesusahan saat listrik mati apalagi sampai dua tahun, ga kebayang deh chaosnya. Tapi menurutku Indonesia masih lebih bisa survive jika ini terjadi. Karena kita masih terbiasa dengan yang namanya mati listrik, saat aku pengamatan burung ke kota-kota kecil saja listrik ada jadwal rutin untuk pemadaman listrik. Kalau ini jelek-jeleknya terjadi, menurutku ada beberapa yang penting diketahui. Seperti mana tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak, menyalakan api, menyuling air dan mendirikan shelter untuk beristirahat. Dengan ini aku percaya kita bisa bertahan hidup.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|