Pertemuan kali ini spesial, kalau sebelumnya kami hanya ada satu tamu, spesial hari ini ada 3 orang tamu yang membawa cerita mereka masing-masing. Yang pertama dan kedua adalah Pak Amir dan Pak Bun. Pak Amir adalah nelayan asal Poto Tano yang bercerita tentang kehidupannya sebagai nelayan di sana. Sementara itu Pak Bun berasal dari JARi. JARi adalah LSM yang bergerak di bidang kelautan. Saat ini JARi sedang membantu mengembangkan Desa Poto Tano agar lebih maju. Lalu yang ketiga adalah Kak Utari, dia adalah salah satu pendiri Aruna.Id, aplikasi untuk membantu para nelayan menjual hasil tangkapan mereka.
Dari sebelum kelas ini, aku sudah beberapa kali menemukan laman website aruna.id di internet. Aku penasaran seperti apa bentuk usaha mereka, apa saja yang mereka lakukan dan kenapa Kak Utari memutuskan untuk kembali ke kampungnya. Ketika orang lain biasanya lebih memilih untuk tinggal di kota ketika mendapatkan kesempatan. Alhamdullilah semua itu terjawab dari sesi ini.
0 Comments
Pada pertemuan ke sebelas ini, tamu kami adalah Om Parid Ridwannudin dari KIARA (Koalisi Rakyat untuk perikanan). Kiara adalah LSM yang bergerak di bidang masyarakat pesisir. Jadi cerita hari ini kebanyakan tentang masyarakat pesisir di Indonesia, serta ancaman dan masalah yang dihadapi.
Walaupun kelas kali ini mulainya pukul tujuh malam, tapi saking serunya kami masih terus diskusi hingga pukul 10 malam. Banyak sekali cerita menarik tentang masyarakat pesisir dari sesi semalem. Om Parid memiliki pengalaman banyak sekali jadi banyak yang bisa diceritakan ke kita. Oh iya, penting untuk diingat. KIARA tidak hanya mewakili nelayan. Di dalamnya ada juga perempuan nelayan, inland fisheries, pembudidaya garam, masyarakat pesisir dan masyarakat adat. Mereka semua hidup di dekat air dan mempunyai peran masing-masing. Pada pertemuan ke sepuluh ini tamu yang datang adalah Kak Ria. Topik untuk cerita hari ini adalah tentang Perempuan dalam Sektor Perikanan. Aku sebenarnya tidak terlalu mengenal topik ini, dari video-video pr yang diberikan Jaladwara aku menyimpulkan bahwa yang perempuan berperan sama besar dengan laki-laki dalam bidang perikanan akan tetapi mereka tidak mendapat pengakuan karena dianggap hanya sekedar bantu-bantu. Padahal menjadi nelayan adalah pekerjaan yang mereka lakukan setiap hari.
Diawal aku bertanya-tanya sebenarnya apa arti dari pekerjaan nelayan di KTP. Ternyata itu membawa banyak sekali perubahan untuk nelayan. Setidaknya ada 2 hal yang nelayan-nelayan perempuan ini dapatkan. Pertama mereka mendapat pengakuan bahwa mereka bukan hanya sekedar membantu. Dengan pengakuan mereka diharapkan bisa dilibatkan saat ada kesempatan diskusi atau bertukar pendapat, tidak hanya berada di dapur seperti yang umumnya terjadi sekarang. Hari ini (11/01/2021) adalah pertemuan kesembilan. Di pertemuan ini ada Pak Tasrifin yang hadir sebagai narasumber. Dia bercerita tentang kehidupan orang Bajau dan masalah yang dihadapi. Beberapa waktu lalu aku sempat tertarik dengan Suku Bajau, aku penasaran mengapa pemerintah berusaha untuk mendaratkan suku ini. Sehingga kelas hari ini menarik perhatian sejak sebelum dimulai.
Suku Bajau ini unik. Mereka adalah satu dari 5 suku laut di Indonesia dan hanya merekalah yang tinggal di atas laut. Sejak dulu kala Suku Bajau sudah berlayar lintas negara, karena mereka tidak mengenal wilayah. Baginya laut adalah detak jantung kehidupan dan tidak ada garis batas wilayah yang membatasi. Dahulu, suku Bajau hanay mengenal dua suku. Suku Sama (mereka sendiri) dan Suku Bagai (Orang di luar Bajau) Jadi tidak ada yang namanya Orang Indonesia, Orang Malaysia dan lainnya. Pada pertemuan kedelapan (7 Januari 20201, kami kedatangan satu narasumber yang bercerita tentang Nelayan Tradisional di Indonesia, Kak Wiro namanya. Cerita Kak Wiro sangat menarik, ceritanya memberikan gambaran baagaimana kehidupan nelayan di seluruh Indonesia, khususnya nelayan tradisional. Selama ini aku tahu bahwa Indonesia sebagian besar wilayahnya laut tapi aku baru tahu bahwa 10% ikan di dunia asalnya dari Indonesia. Salah satu komoditi yang ikut serta adalah rumput laut. Aku tidak pernah mengira rumput laut dihitung sebagai komoditas perikanan, karena mereka sangat berbeda dengan ikan ataupun mahluk air lainnya.
Pada tanggal 4 Januari kemarin, kami bertemu lagi untuk pertama kalinya pada tahun ini. Pertemuan ini adalah pertemuan perdana untuk tahap kedua dari kelana maya.
Kalau di tahap kpertama kami belajar tentang riset, di tahap kedua kami lebih mendalami topik nelayan yang jadi bahan utama untuk penelitian Kelana Maya. Jadi kedepannya setiap pertemuan bakal diisi oleh tamu yang akan bercerita tentang maritim dari sisi mereka. Untuk kelas kali ini ada bintang tamu di akhir kegiatan, akan tetapi karena ini pertemuan pertama, kami membahas pengerjaan PR yang diberikan selama masa liburan. Setelah melakukan riset di internet, aku baru tahu bahwa Indonesia adalah produsen tuna terbesar di dunia. 16% dari keseluruhan tuna yang ada didunia berasal dari Indonesia atau sekitar 1,2 Juta Ton.
Walaupun begitu dari banyaknya tuna berkualitas yang dihasilkan, orang Indonesia hanya kebagian dalam jumlah kecil, itupun kelas 2, bukannya yang premium. Kebanyakan tuna premium diimpor baik dalam keaadan fresh ataupun beku. Bahkan tuna menjadi komoditas eskpor seafood kedua terbanyak di Indonesia setelah udang. Pembelinya mayoritas dari Jepang untuk yang kondisi fresh dan Amerika untuk yang kondisi frozen. Sementara kita dapat sisanya. Ada 4 pekerjaan rumah yang diberikan Jaladwara untuk mengisi liburan. 3 yang awal tidak menjadi masalah buatku karena hanya menonton dan merefleksikannya, tapi yang terakhir berbeda.
Tugasku yang satu ini adalah mengolah ikan laut untuk makanan keluarga. Ini merupakan tantangan yang cukup sulit buatku, karena bingung ini menggunakan ikan apa. Jenis ikan laut yang ada di tukang sayur memang beragam, tapi ikan laut yang kusukai bisa dihitung dengan jari. Salah satu kriteria utamaku adalah tidak ada duri. Duri menjadi perusak ketika aku makan ikan, karena harus repot-repot dan makan dengan hati-hati. Tugasku selama liburan salah satunya adalah menonton 3 kuliah umum terkait kemaritiman untuk mendapatkan gambaran lebih jelas. Apa yang bakal diriset kedepannya.
Dari 3 video youtube yang wajib untuk ditonton. Menurutku paling menarik adalah kuliah tentang Budaya Kemaritiman oleh Dedi S Adhuri. Banyak poin-poin penting yang menurutku bakal jadi dasar buatku meriset dan memandang masalah kemaritiman kedepannya. Kuliah ini juga membangkitkan ketertarikanku pada bidang kemaritiman. Video yang diberikan oleh kakak Jaladwara diberikan berurutan, aku menafsirkannya harus ditonton berurutan. Kalau menurutku harusnya video tentang budaya kemaritiman dahulu baru video tentang Bu Susi. Di pertemuan terakhir fase pertama, kami belajar tentang mempersiapkan riset. Setelah sebelumnya belajar bagian-bagian dari riset, sekarang kami fokus kepada riset secara keseluruhannya. Apa saja komponen didalamnya, pertanyaan risetnya, pendekatan penlitian, desain penelitian dan pengambilan datanya.
Hal terpenting dari kelas kemarin adalah menyiapkan pertanyaan risetnya. Setelahnya lebih mudah untuk menentukan turunannya. Walaupun kelihatannya mudah, menentukan topik yang menarik, tapi saat diberikan 10 menit oleh Om Yanuar untuk mencari tema aku sempat kesulitan untuk menemukan yang sesuai. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|