Macaca nemestrina atau panggilan sayangnya Beruk, adalah keluarga macaca yang kalau di kampungku, di Sumatera Barat bertugas untuk memetik kelapa. Mereka tentu dengan mudah naik turun pohon kelapa, bagaikan naik tangga. Aku tinggal menunggu di bawah, sambil berhati-hati agar tidak terkena kelapa yang jatuh. Sayangnya tidak ada beruk di Banyumas... Aku senang sekali dengan kelapa, apalagi di hari yang panas. Itu merupakan minuman paling enak di dunia! Dimakan langsung, dijadiin es teler, es campur, kopyor banyak cara menikmati kelapa dan semuanya enak :D Banyak sekali pohon kelapa di Karanggondang, setiap pagi dan sore hari selama aku meningap di sana. Kanan dan kiriku dihiasi dengan puluhan pohon kelapa yang berjajar, tentu saja dengan buah kelapanya yang sangat menggoda. Awalnya tidak ada di pikiranku untuk mencoba memanjat pohon kelapa dan memetiknya. Membayangkan aku di atas saja sudah ngeri setengah mati. Tanpa alat safety apapun dan jarak ke tanah paling dekat 4 meter, cukup untuk membuatku patah tulang atau keseleo kalau tiba-tiba terpeleset saat memanjat. Tapi itu berubah ketika melihat Bagas dengan sangat keren memetikan kelapa untuk aku, Alev, Naufal dan David di tengah siang hari bolong, panasnya saja sama di gurun 11-12. Dia seperti malaikat membawakan kami 3 kelapa muda yang sangat manis dan menyegarkan. Walaupun bagiku dia seperti malaikat tapi saat memanjat persis seperti beruk. Dia memanjat dengan lancar sampai atas dan tinggi pohonnya MINIMAL 20 METER. “Wah gokil juga Bagas, setinggi itu manjatnya gampang banget kayak beruk." begitu pikirku dalam hati melihat pertunjukan yang begitu spektakuler buatku. Seluruh keberanianku tiba-tiba muncul dan mendorongku untuk mencoba, walaupun bukan pohon yang Bagas naiki. Akhirnya datang juga kesempatanku untuk mencoba memanjat. Saat di rumah Lia, setiap sore aku, Lia dan Alfa selalu berjalan-jalan ke sawah. Banyak hal menarik di sawah seperti mencari uceng atau melihat gerombolan burung bondol di padi yang sudah hampir panen. Awalnya niatku hanya ikut Lia mencari uceng di sawah, tapi agenda mencari uceng berganti menjadi memanjat pohon kelapa. Ketika aku menyusuri pematang sawah dengan Lia ada sebuah pohon yang cukup rendah untuk dipanjat. Keberanianku pun datang lagi, apalagi pohon ini pendek. Jatoh paling nyebur ke sawah dan malu tidak sampai menimbulkan bahaya. Kepercayaan diriku pun meningkat. Dengan yakin aku meletakkan kaki di pijakan satu demi persatu. Di sini hampir semua pohon digunakan oleh penderes nira sehingga ada pijakan bekas mereka yang bisa digunakan. Tak lama aku sudah ada di atas pohon. Iyalah, pohonnya aja cuman 2 meter. Berapa kali menjejakkan kaki sudah sampai atas. Setelah puas berhasil menyelasaikan pohon kelapa pertamaku, aku jadi ingin memetik kelapa. Sialnya pohon ini sudah kosong alias tidak ada lagi buah yang bisa dipetik. Aku akhirnya bertekad untuk mencari pohon lain. “Pantang pulang sebelum dapat kelapa” begitu pikirku dalam hati. Setelah berjalan beberapa saat, kulihat di tengah sawah ada pohon kelapa dengan buah warna hijau yang sangat menggoda untuk dipetik. Selintas terbersit pikiran untuk memetiknya, tapi aku tidak kenal siapa pemilik pohon itu, aku tidak mau menjadi maling kelapa. Maka aku pun mencari dekat-dekat tempatku berdiri dan terlihat beberapa pohon yang tingginya hanya 5-6 meter. Aku masih punya nyali untuk yang segini wkwk. Kulihat beberapa buah kelapa warna kuning seakan memanggil untuk dipetik. Pohon pertama pun segera ku panjat tentu saja setelah minta izin. Dengan kepercayaan diri karena berhasil menaklukan pohon pertama, walau hanya 2 meter. Aku dengan yakin dan cepat memanjat ke atas. Setengah pohon berhasil kulewati dengan pasti. Ketika tinggal 1/4 lagi dari pelepah dan buah kelapa yang kuning kehijauan tidak ada lagi ceruk milik penderes untuk pijakan. Hilang sudah kesaktianku aku belum bisa memanjat tanpa ceruk-ceruk tersebut. “Tolonggg…gimana ini gaada buat kakinya lagi” teriakku ke Anja, Lia dan Sulis yang berada di bawah. Parahnya mereka hanya tertawa saja melihat penderitaanku diatas. Akhirnya ku putuskan untuk turun dengan kaki tangan yang penuh lecet akibat tergesek-gesek dengan batang pohon. Dibanding turun, aku lebih memilih naik. Saat turun yang terlihat lebih sedikit karena kepala kan tidak bisa berputar 360 derajat. Salah-salah pijak bisa koit aku x_x Pohon ketiga sudah dilihat-lihat oleh Lia dan ada pijakannya hingga puncak pohon. Tidak ada namanya berhenti di tengah pohon kayak tadi. Dengan bendo (golok) terikat di pinggang aku pun naik. Karena sudah tiga kali aku memanjat pohon kelapa. Aku sudah menguasai dan sedikit-sedikit paham caranya agar lancar saat memanjat. Tidak susah sampai di atas, tapi begitu kuputar kepala melihat ke bawah kakiku langsung lemes. “Astaghfirullah tinggi juga, ngapain sih ini sebenernya” pikirku. Apalagi ketika aku hendak memotong kelapa dari pohon dengan bendo. Kelapanya tidak jatuh, bahkan bergerak seinci pun tidak. Justru peganganku yang bergerak. Hiii serem banget pokoknya, kayak berasa melayang di udara.
Karena gagal dengan bendo, akhirnya aku sarungkan kembali dan lebih memilih mengambilnya seperti beruk. Yaitu menggunakan tangan. Awalnya aku lebih memilih bendo karena khawatir jika dengan tangan, lalu aku menariknya terlalu kencang bukan hanya kelapanya yang menyentuh tanah, tapi kepalaku ikut juga. Untung semua kekhawatiranku tidak terjadi dan semua kelapa terjatuh tanpa ada yang ikut dengan suara “bedebum” yang kencang. Di atas karena pohon ini lebih tinggi dari pohon-pohon lain terlihat semua sawah, rumah-rumah penduduk dan gunung di kejauhan ditambah semilir angin yang menyejukkan, keren bangettt. Jadi kalau mau liat pemandangan yang indah tanpa tertutup pohon segeralah naik ke pohon kelapa tertinggi dan lihat dari atas, tapi jangan sekali-kali lihat ke bawah, nanti gak indah lagi.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|