Dinginnya malam dan pagi hari di Banyumas cukup untuk membuatku dan aku rasa semua orang yang tinggal di sini untuk tidak jauh-jauh dari api. Hampir di semua rumah terdapat perapian dengan kayu bakar. Walaupun kompor gas sudah menggantikan kayu bakar, tapi banyak yang tetap mempertahankan perapian sederhana milik mereka untuk menghangatkan badan. Ini adalah sesuatu yang tidak biasa aku lakukan kalau di Jakarta, punya perapian tidak pernah terpikirkan olehku sedikit pun. Karena ga mungkin di tempat kayak oven kita menghangatkan badan lagi kan, mau jadi ayam panggang emang? Ketika aku tinggal di rumah Bagas, di pagi hari dan malam hampir semua angota keluarga mengelilingi perapian yang ada di dapur rumah. Tidak ada paksaan untuk kumpul bersama, tapi tentu saja hangat lebih baik daripada kedinginan.
Di ruangan 3 x 3 meter beralas tanah, semua duduk bersama. Kakek, nenek, Ibu, Bapak dan Adik Bagas biasanya mengelilingi perapian. Ada yang duduk di dingklik, kursi kayu atau lantai ubin yang di dekat pintu ke dapur. Aku dan Bagas juga ikut serta menghangatkan badan bersama. Tidak ada kayu khusus yang dipakai untuk kayu bakar. Syaratnya hanya dua yaitu kering dan cukup besar. Ini adalah salah satu pekerjaan rumah untuk Bagas, dia biasa mengumpulkan kayu-kayu ini ketika stok kayu di rumah sudah menipis. Tapi sayang selama aku di sana, persediaan kayu masih banyak sehingga aku tidak perlu mencarinya lagi. Kayu-kayu ini menyimpannya unik, mereka ditaruh di atas papan kayu yang tergantung ke langit-langit dengan tali. Semua kayu ini ditumpuk dan saat akan dipakai tinggal diambil yang paling atas. Aku tidak tahu kenapa kayu-kayu ini disimpan melayang, bukannya ditanah. Tapi menurutku sepertinya agar lebih hemat ruang. Kanan, kiri, depan dan belakang rumah Bagas adalah saudara-saudaranya. Terkadang bibi, paman atau saudaranya juga ikut serta menghangatkan badan sambil menyeruput teh hangat tawar. Semuanya mengobrol dengan lepas dan tertawa. Kesan yang kurasakan adalah seperti menjadi bagian dari keluarga. Karena kehangatan yang aku rasakan, baik dari perapian dan keakraban serta keramahan yang diberikan semuanya. Di perapian diskusi terjadi. Mulai dari cerita tentang apa yang baru saja dipanen sampai siapa yang besok kawin. Menurutku ini bagaikan whatsapp dimana semua orang mengupdate berita-berita yang mereka lewatkan. Tapi bedanya di sini ada kontak fisik tidak hanya lewat chat-chat singkat atau tulisan. Ini hal yang sangat menarik untukku, di rumah pun aku senang mendengar kalau ada yang sedang mengobrol atau istilah kerennya nguping. Jadi selama di sini aku berusaha bangun sepagi mungkin dan menahan kantuk untuk mendengarkan apa saja cerita hari ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
KATALOG KARTUGenius is one percent inspiration, ninety-nine percent perspiration. Tentang AkuNamaku Kaysan. Belajar melalui pengamatan alam, perjalanan, dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menyimpan jurnal perjalanan dan foto. Berbagi cerita lewat blog ini, instagram, dan video #OASEmenit KategoriPROJEK 2020
Kelas Rahasia Di Balik Gambar Kelas Menulis Kak Irma Kelas Filsafat #MasaPandemi BURUNG Lifelist JBW Birdrace #AmatiJakarta KLUB OASE Pramuka OASE Media Juru Rupa PERJALANAN Australia 2014 Banyumas 2019 Cirebon 2014 Garut 2014 Kupang 2017 Lombok 2016 Malang 2017 Sumba Yogyakarta Sehari Arsip
September 2021
Indeks
All
|